Yaya_ gadis ceria dengan sejuta rahasia.
Ia selalu mengejar Gavin di sekolah,
tapi Gavin sangat dingin padanya.
Semua orang di sekolah mengenalnya sebagai gadis tidak tahu malu yang terus mengemis-ngemis cinta pada Gavin. Namun mereka tidak tahu kalau sebenarnya itu hanya topengnya untuk menutupi segala kepahitan dalam hidupnya.
Ketika dokter Laska memvonisnya kanker otak, semuanya memburuk.
Apakah Yaya akan terus bertahan hidup dengan semua masalah yang ia hadapi?
Bagaimana kalau Gavin ternyata
menyukainya juga tapi terlambat mengatakannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Savaro membawa Yaya ke atap sekolah. Tempat biasa ia menyendiri. Mereka duduk di sebuah bangku yang ada disitu. Dua-duanya hanya diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sebenarnya Yaya lebih sibuk dengan ketakutannya pada sih kakak kelas karena kejadian naik motor kemaren. Ia takut cowok itu tersinggung karena sikapnya yang tidak hormat. Tapi kan bukan sepenuhnya salahnya juga. Siapa suruh tuh cowok nggak nunjukin muka. Mana bisa dia kenal coba. Belum lagi kabar hutangnya, entah uang yang dia titipkan tadi sudah sampai ke tangan cowok itu atau belum. Yaya bergerak gelisah.
Siapapun itu, tolongin dong. Kan dia udah lunasin hutangnya. Meski belum sampai ke tangan kakak kelas ini kayaknya.
"Kenapa lo?" suara itu membuat Yaya hampir melompat. Tangannya berkeringat dingin. Sungguh ia sangat tidak suka berhadapan dengan modelan cowok kayak kakak kelasnya ini. Terlalu mengintimidasi.
Savaro menatap Yaya dengan raut wajah bingung. Dua tangannya menggapai bahu gadis itu membuatnya menghadapnya.
"Jawab gue." ucapnya datar dan penuh penekanan. Ia tidak bermaksud menakuti gadis itu, tuh cewek aja yang terlalu penakut. Belum di apa-apain juga.
"A.. j.. ja.. jangan ro..rontokin g.."
Savaro menghembuskan nafas panjang. Nih cewek kenapa sih. Tangannya masih setia berada dibahu Yaya, ia mendekatkan wajahnya ke gadis itu.
"Sekarang lo tarik nafas panjang, tenangin diri lo, baru ngomong. Nggak usah takut. Gue nggak bakal apa-apain lo." ucapnya penuh kesabaran.
Kalimat terakhirnya membuat Yaya sedikit lega, meski belum sepenuhnya. Ia mengatur nafasnya seperti yang dikatakan Savaro dan menatap cowok itu.
"Sekarang ngomong." perintah cowok itu lagi. Tangannya turun dari bahu Yaya.
Gadis itu mencoba memberanikan diri dengan membuang nafas berkali-kali.
"Gigi aku nggak bakal dirontokin kan? Kan utang aku udah lunas. Tadi aku nitipin sisa utang aku ke temen sekelas kakak. Kak Sava kan? Apa belum dikasih ya?" jelasnya panjang lebar ditutup dengan pertanyaan. Ia menatap Savaro, menunggu jawaban. Gadis itu tidak gagap lagi tapi masih sedikit was-was.
Tak sampai lima detik terdengar gelak tawa keluar dari mulut sang kakak kelas. Ini pertama kalinya ia melihat cowok sarkas itu tertawa lebar, tentu saja gadis itu kebingungan dengan mulut terbuka dan wajah cengonya. Ganteng-ganteng gila. Batinnya menatap Savaro. Memangnya ada yang lucu?
"Lo kayaknya takut banget gigi lo gue rontokin. Tiap kali ketemu, itu mulu yang lo bahas." gurau Savaro setelah tawanya reda. Heran juga kenapa dirinya jadi suka becanda kalau sama nih cewek. Habisnya lucu. Gadis itu tak ada habis-habisnya membahas soal gigi. Padahal dia sendiri sudah lupa.
Yaya langsung mengangguk kuat.
"Nanti nggak cantik lagi." gumamnya pelan lalu menatap ke bawah. Savaro tak tahan mengacak-acak rambut gadis itu gemas. Setelah itu ia mengeluarkan uang tiga ratus ribu dari dompetnya.
"Nih ambil." cowok itu mengembalikan uang ganti rugi buku yang dikasih Yaya padanya. Sebenarnya waktu itu ia hanya bermaksud mengancam, sayangnya gadis itu malah menganggap serius ancamannya. Tapi ada untungnya juga karena ia bisa kenal seorang adek kelas langka dan berharga yang tersembunyi di sekolah ini.
"Kok uangnya dikasih ke aku lagi?" tanya Yaya curiga. Rasa takutnya kembali muncul.
"Ambil, sebelum gue cabut semua gigi lo."
tak sampai hitungan dua uang ditangannya sudah di rampas oleh Yaya. Cowok itu terkekeh. Ia kembalikan uang itu alasannya adalah karena ia ingat gadis itu sudah kehabisan seluruh uang sakunya. Lagian cowok itu sendiri juga tidak kekurangan uang. Ia tidak segalak dan setega yang orang lain lihat. Savaro masih memiliki sifat lembut tergantung dengan siapa dia berhadapan.
"Nama lo Yaya?" tanyanya kemudian. Yaya mengangguk.
"Lo segitu nggak suka ya sama kakak tiri lo? Sih Sara." Savaro mengubah pembicaraan. Yaya mengerutkan kening.
"Kak Sava masih ingat? Kok tadi pura-pura nggak tahu?"
wah... pinter juga aktingnya nih kakak kelas. Gadis itu bertepuk tangan dalam hati. Ia melihat
Savaro menyandarkan dirinya ke dinding sambil terus menatapnya, yang duduk disebelahnya tentu saja.
"Jadi kenapa lo nggak suka Sara? tanyanya lagi ingin tahu. Ia penasaran. Juga ingin tahu seperti apa sifat aslinya seorang Sara dari sudut pandang Yaya.
Yaya mendesah berat.
"Karena dia sama mamanya suka akting." ceritanya sambil mengingat kejadian-kejadian tidak menyenangkan yang pernah dialaminya karena mereka.
Savaro bisa melihat sorot mata sedih gadis itu. Sesaat ia terpaku menatap Yaya. Ia seolah melihat ada beban yang dipikul oleh gadis gitu. Padahal gadis itu tidak cerita apa-apa. Biasanya ia tidak pernah merasa simpati pada orang lain, tapi gadis ini, entah kenapa ia ikut merasakan perasaan sedih itu. Mereka terdiam cukup lama. Kemudian owok itu tersenyum, tangannya terangkat merangkul bahu Yaya.
"Cari gue kalo lo mau curhat. Gue pendengar yang baik dan bisa simpan rahasia. Gue pastiin lo nggak bakal nyesel." katanya percaya diri. Yaya hanya menatapnya heran. Masih ada ragu di hati gadis itu namun melihat senyum tulus Savaro, keraguannya perlahan hilang. Mungkin dirinya yang terlalu menilai berlebihan. Ternyata kakak kelasnya ini tidak galak-galak amat. Ia balas tersenyum. Senang juga kalau dapat teman cowok seganteng kak Savaro. Bisa di ajak curhat juga. Hihi. Gadis itu terkikik sendiri.
Ketika ia memandang kedepan, tatapannya berhenti ke seseorang yang tengah menatap mereka dari jauh. Ia mengerjap kaget dan langsung berdiri seketika saat menyadari siapa cowok itu.
"Gavin?"