Felicia, seorang mahasiswi yang terjebak dalam hutang keluarganya, dipaksa bekerja untuk Pak Rangga, seorang pengusaha kaya dan kejam, sebagai jaminan pembayaran utang. Seiring waktu, Felicia mulai melihat sisi manusiawi Pak Rangga, dan perasaan antara kebencian dan kasih sayang mulai tumbuh di dalam dirinya.
Terjebak dalam dilema moral, Felicia akhirnya memilih untuk menikah dengan Pak Rangga demi melindungi keluarganya. Pernikahan ini bukan hanya tentang menyelesaikan masalah utang, tetapi juga pengorbanan besar untuk kebebasan. Meskipun kehidupannya berubah, Felicia bertekad untuk mengungkapkan kejahatan Pak Rangga dan mencari kebebasan sejati, sambil membangun hubungan yang lebih baik dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi'rhmta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 8: Tanda-Tanda Perhatian
Felicia datang lebih awal ke kantor, siap untuk memulai hari. Ia mengatur mejanya dan memeriksa agenda hari itu. Saat ia sedang berkonsentrasi, Pak Rangga memasuki ruangan dengan senyum hangat.
Pak Rangga: "Selamat pagi, Felicia. Bagaimana kabarmu hari ini?"
Felicia: "Selamat pagi, Pak. Saya baik-baik saja, terima kasih. Sedang mempersiapkan laporan untuk rapat siang ini."
Pak Rangga: "Luar biasa! Saya yakin kamu akan melakukannya dengan sangat baik, seperti biasanya."
*Felicia merasa senang dengan pujian tersebut, tetapi ia tidak ingin terlalu terbawa perasaan.*
Felicia: "Terima kasih, Pak. Saya akan berusaha sebaik mungkin."
Pak Rangga mengangguk dan melanjutkan perjalanannya ke ruang kerjanya, meninggalkan Felicia dengan senyuman di wajahnya.
Di ruang istirahat, Felicia duduk bersama beberapa rekan kerjanya. Mereka berbincang-bincang tentang proyek yang baru-baru ini berhasil mereka selesaikan.
Rekan Kerja 1: "Kamu tahu, Felicia, Pak Rangga sangat menghargai kerja kerasmu. Dia sering menyebut namamu dalam rapat."
Felicia: "Benarkah? Saya tidak menyadari itu."
Rekan Kerja 2: "Tentu saja! Dia sangat terkesan dengan cara kamu menangani proyek itu."
Felicia merasa sedikit canggung mendengar pujian tersebut, tetapi ia tetap tersenyum.
Felicia: "Saya hanya melakukan pekerjaan saya. Tidak ada yang istimewa."
Saat itu, Pak Rangga masuk ke ruang istirahat dan menghampiri Felicia.
Pak Rangga: "Felicia, saya ingin mengucapkan terima kasih secara pribadi atas kerja kerasmu. Proyek itu sangat membantu perusahaan kita."
Felicia: "Terima kasih, Pak. Itu semua berkat dukungan tim."
Pak Rangga: "Tetaplah seperti ini. Kamu memiliki potensi besar, dan saya ingin melihatmu berkembang."
Felicia merasa tersanjung, tetapi ia juga merasa bingung dengan perhatian Pak Rangga.
Suatu hari, Pak Rangga mengundang Felicia untuk menemani dia dalam pertemuan dengan klien di luar kantor. Felicia merasa terhormat dan sedikit gugup.
Pak Rangga: "Felicia, saya ingin kamu ikut serta dalam pertemuan ini. Ini akan menjadi kesempatan baik untuk menunjukkan kemampuanmu."
Felicia: "Tentu, Pak. Saya senang bisa membantu."
Di dalam mobil menuju lokasi pertemuan, Pak Rangga berusaha mencairkan suasana.
Pak Rangga: "Jadi, Felicia, bagaimana kamu merasa tentang pekerjaanmu di sini?"
Felicia: "Saya merasa senang, Pak. Saya belajar banyak dan berusaha memberikan yang terbaik."
Pak Rangga: "Kamu melakukannya dengan sangat baik. Saya tahu bahwa kamu memiliki masa depan yang cerah di perusahaan ini."
Felicia merasa senang mendengar pujian itu, tetapi ia tidak ingin terlalu berpikir tentang makna di baliknya.
Setelah pertemuan, Pak Rangga mengajak Felicia untuk makan siang bersama. Ia berusaha membuat Felicia merasa nyaman.
Pak Rangga: "Mari kita makan siang bersama. Saya ingin mendengar lebih banyak tentang ide-ide yang kamu miliki untuk proyek mendatang."
Felicia: "Baik, Pak. Saya memiliki beberapa ide yang ingin saya diskusikan."
Selama makan siang, Pak Rangga sering memberikan perhatian khusus kepada Felicia, mendengarkan dengan seksama dan memberikan pujian atas ide-idenya.
Pak Rangga: "Itu ide yang sangat bagus, Felicia. Saya yakin itu akan membawa dampak positif."
Felicia merasa senang tetapi juga ragu. Ia tidak yakin apakah perhatian Pak Rangga hanya bersifat profesional atau ada makna lain di baliknya.
Setelah makan siang, Felicia kembali ke mejanya dengan perasaan campur aduk. Ia memikirkan semua interaksi dengan Pak Rangga.*
Felicia (dalam hati): "Apakah dia hanya bersikap profesional, atau ada sesuatu yang lebih? Dia selalu begitu baik padaku."
Felicia merasa bingung dengan perasaannya sendiri. Ia mulai bertanya-tanya apakah ia telah mengabaikan tanda-tanda yang mungkin menunjukkan ketertarikan Pak Rangga.
Di sisi lain, rekan-rekan kerjanya mulai menyadari perhatian Pak Rangga terhadap Felicia dan mulai membicarakannya.
Rekan Kerja 1: "Saya rasa Pak Rangga sangat menghargai Felicia. Dia sering memberikan perhatian lebih padanya."
Rekan Kerja 2: "Ya, mereka terlihat cocok. Mungkin ada sesuatu di antara mereka."
Felicia mendengar bisikan itu dan merasa semakin bingung. Ia tidak ingin berpikir terlalu jauh, tetapi perasaan itu terus menghantuinya.
Di malam hari, Felicia pulang ke rumah dan duduk di depan cermin, berbicara pada dirinya sendiri.
Felicia: "Apa yang sebenarnya aku rasakan? Apakah ini hanya perasaanku, atau ada yang lebih dari itu?"
Ia merasa terjebak antara perasaannya sendiri dan kenyataan bahwa Pak Rangga adalah atasan yang sangat profesional.
Felicia (dalam hati): "Aku harus fokus pada pekerjaanku dan tidak membiarkan perasaan ini menggangguku. Namun, apakah mungkin ini adalah kesempatan untuk sesuatu yang lebih?"
Felicia menutup mata, berusaha menenangkan pikirannya, tetapi rasa ingin tahunya tentang Pak Rangga terus mengganggu.
Layar perlahan meredup, menandakan akhir episode ini.
