Aku hidup kembali dengan kemampuan tangan Dewa. Kemampuan yang bisa mewujudkan segala hal yang ada di dalam kepalaku.
Bukan hanya itu, banyak hal yang terjadi kepadaku di dunia lain yang penuh dengan fantasi itu.
Hingga akhirnya aku memiliki banyak wanita, dan menjadi Raja Harem yang membuat semua pria di dunia ini merasa iri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Karma-Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sihir Pemikat
"Tolong jangan terlalu dipikirkan, Tuan Muda, Saya yakin kekuatan sihir Anda hanya mengilang untuk sementara, nanti juga pasti akan kembali lagi kok. Selain itu, Tuan Muda sudah sangat kuat meski tanpa kekuatan sihir, saya malah sangat menyukainya ketika melihat Tuan Muda bertarung menggunakan pedang."
"Apalagi waktu Tuan Muda membantai sekelompok bandit itu seorang diri, saya seperti sudah melihat sosok pahlawan besar dari penampilan Tuan Muda. Pokoknya, Tuan Muda terlihat sangat keren hingga membuat saya cinta mati."
Catrine terus mengeluarkan suaranya sedari tadi, ia mungkin ingin menghiburku gara-gara aku sudah tidak memiliki kekuatan sihir lagi.
"Aku sebenarnya tidak terlalu memikirkannya, Catrine. Hanya saja aku masih membutuhkan sihir untuk masuk ke sekolah Elliot. Aduh, bisa sulit jadinya kalau aku hanya bisa menggunakan kekuatan berpedang," ujarku sembari menghela nafas tak berdaya.
Catrine tiba-tiba menyenderkan kepalanya di pundakku, kurasakan kelembutan dari rambut putih wanita kucing itu serta wangi tubuh yang masuk ke dalam hidungku.
"Jangan pernah menganggap segala hal menjadi sulit, Tuan Muda. Saya yakin Tuan Muda bisa melakukan semuanya dengan mudah, dan Tuan Muda juga bisa menjadi orang besar suatu hari nanti. Saya sangat percaya kepada Tuan Muda, karena Tuan Muda sudah mengambil hati saya," ucap Catrine lembut.
Aku langsung memikirkan sesuatu usai mendengarnya, seketika paham kalau Catrine ingin aku berusaha lebih keras lagi demi bisa masuk ke sekolah Elliot.
Sebuah ide pun tiba-tiba terbesit di dalam benakku, lalu ku apilkasikan saja langsung ke tangan sakti.
'Aku ingin mengambil kekuatan sihir Catrine, dan menggunakannya sebagai kekuatan sihirku,' ucapku di dalam hati, kemudian kutempelkan tanganku di punggung Catrine.
"Meow!!!" Catrine menjerit manja, tubuhnya gemetar halus seakan baru meraih puncak pelepasan.
"A-Apa yang sudah Tuan Muda lakukan? Kenapa rasanya sangat enak sekali?" tanya Catrine dengan wajah memerah.
"Oh ya, kamu bisa pakai jurus apa, Catrine? Bisakah kamu menunjukannya padaku?" kubalas pertanyaan Catrine dengan pertanyaan lagi.
"Saya tidak terlalu pandai menggunakan sihir, tapi saya masih bisa melakukan ini," sahut Catrine seraya mengeluarkan cahaya hijau dari telapak tangannya.
"Loh kok bentuknya sangat kecil? Tidak seperti biasanya?" gumam Catrine, merasa aneh dengan jurus sihir yang baru dikeluarkannya.
"Apa yang terjadi, Catrine?" tanyaku penasaran.
"B-Bukan apa-apa, Tuan Muda. Tolong perhatikan jurus saya baik-baik," jawab Catrine, kemudian melempar cahaya hijau itu ke arah depan.
Wush!
Hanya ada hembusan angin kecil yang tercipta, tak ada efek lain dari jurus yang sudah dikeluarkannya.
"Maaf, Tuan Muda. Saya sepertinya kehabisan tenaga gara-gara permainan di kamar mandi tadi siang. H-Habisnya punya Tuan Muda terlalu enak sampai saya keluar berkali-kali," alasan Catrine.
"Oh begitu, kamu mau mengeluarkan sihir apa memangnya? Apa sihir itu memiliki daya serang tinggi?" tanyaku memastikan, soalnya tanganku sudah kesemutan hebat.
"Harusnya sih sudah cukup untuk membuat orang lain terhempas, tapi sihir saya barusan terlihat sangat lemah karena kekuatan saya tiba-tiba menghilang," jelas Catrine.
"Bisakah kamu mengajariku cara memanggil sihir barusan? Misalnya tentang merapalkan mantra atau sejenisnya?" pintaku.
"Tuan Muda tidak perlu merapal mantra apapun, cukup alirkan saja kekuatan ke telapak tangan dan bayangkan bentuk sihir yang ingin Tuan Muda pakai. Namun, tidak semua orang bisa menggunakan metode sihir yang saya pakai, hanya keturunan raja Bellfast saja yang bisa menggunakannya," terang Catrine, ekspresinya agak berubah saat ia menyebut tempat asalnya.
"Sangat bagus sekali, Catrine. Aku akan mencobanya kalau begitu," ucapku seraya berjalan ke tengah halaman, lalu kuulurkan tangan ke tembok di depanku.
Aku langsung saja mengikuti ucapan Catrine barusan dengan mengalirkan kekuatan sihir pada tanganku, kemudian kubayangkan bentuk sihir sesuai imajinasiku. Dan entah kenapa aku malah terbayang sihir angin Yuno dari anime Black Clover.
Aku gambarkan wujud sihir itu ke tangan sakti, terus ku tembakan langsung ke arah tembok kastil.
WUSH!!!
Putaran angin seketika melesat dari telapak tanganku, kekuatannya lumayan kuat sehingga ada bekas goresan pada tembok itu.
"Tuan Muda ...." suara Catrine mandek, mungkin tak menyangka kalau aku bisa menggunakan kekuatan sihir.
“Hahaha, aku akhirnya bisa menggunakan sihir, ini sangat hebat sekali Catrine!” Seruku sembari berlari menuju Catrine, spontan kupeluk gadis kucing itu lalu ku angkat tinggi-tinggi dan kuputar di udara.
Aku merasa bahagia sekali ketika bisa menggunakan kekuatan sihir, rasanya seperti ada jerawat batu yang baru saja pecah dari wajahku.
“Selamat, Tuan Muda. Kekuatan sihir Anda akhirnya kembali lagi. Saya percaya Tuan Muda bisa masuk ke sekolah Elliot bila menggunakan kekuatan sihir sehebat itu,” ujar Catrine sembari tersenyum manis padaku.
“Ya, aku akan membuktikan kepada orang-orang yang sudah menghinaku dengan kekuatan sihir ini. Terima kasih, Catrine. Kamu sangat membantuku,” balasku, lalu aku kecup manja mesra kening Catrine.
Kini aku sudah bisa mengatasi masalah sihir, tinggal mencari mangsa saja untuk aku curi kekuatan sihirnya, terus kujadikan sebagai kekuatan sihirku sendiri.
“Wah, ada apa ini? Kenapa kalian malah bermesraan saat Mama lagi pergi ke kamar mandi?” Suara Mama Laura tiba-tiba terdengar dari belakang kami.
Seringai licik pun seketika terbentang di sudut mulutku saat kulihat Mama Laura mendekat.
‘Hei, tangan sakti. Bantu aku mengambil kekuatan sihir Mama Laura, aku ingin sihir penggoda,’ ucapku di dalam hati.
Segera saja kudekati Mama Laura dengan langkah santai, lalu aku pura-pura tersandung agar tanganku bisa menyentuh buah dadanya.
“Uhh ….” Lirih Mama Laura lirih.
“Maaf, aku tak sengaja barusan, tolong jangan marah Ma,” ucapku beralasan.
“Tak apa kok, Brian. Mama hanya kaget saja,” ujar Mama Laura.
Aku tahu Mama Laura sebenarnya merasa keenakan saat kekuatan sihirnya aku ambil, bisa kulihat dari rona wajahnya yang sangat merah bagai tomat itu.
“Omong-omong kekuatan sihirku sudah kembali loh, Mama mau lihat nggak?” Tawarku.
“Benarkah? Kamu tak lagi membual, kan?” Mama Laura memastikan.
“Benar, Ma. Lihat saja sendiri kalau tidak percaya,” ujarku, kemudian aku mengeluarkan jurus angin lagi di depan Mama Laura.
“Ini ….” Mama Laura tercengang.
“Gimana? Kekuatan sihirku hebat, kan?” Tanyaku.
“Siapa yang sudah mengajari kamu sihir raja Bellfast? Mungkinkah Catrine sudah mengajari kamu?”
“Iya, Ma. Hehehe.”
Mama Laura hanya bisa geleng-geleng untuk menanggapinya, ia mungkin merasa kaget sekaligus bingung pada saat yang sama.
“Apa aku tak boleh menguasai sihir tanpa rapalan?” Tanyaku.
“Sebenarnya tak masalah sih, bahkan itu kemampuan yang sangat langka. Hanya saja orang lain pasti akan kebingungan saat melihat sihirmu,” jelas Mama Laura.
“Gimana maksudnya, Ma? Kenapa orang lain akan kebingungan?” Tanyaku lagi.
“Karena hanya anggota keluarga kerajaan Bellfast yang bisa menggunakan sihir tanpa rapalan di benua ini. Mama khawatir orang-orang akan mencurigai kamu sebagai anak haram dari raja Bellfast,” ujar Mama Laura.
Aku tahu banyak kekhawatiran yang dirasakan Mama Laura sejak aku memutuskan untuk menyutubuhi Catrine, terutama ia sangat khawatir tentang urusan dengan kerajaan Bellfast.
Karena itu, segera kubawa saja Mama Laura ke dalam pelukanku agar ia tidak terlalu banyak berpikir. Kuberikan pelukan hangat layaknya seorang kekasih demi menenangkan hati Ibu tiri si Brian itu.
“Omong-omong, aku juga masih bisa menggunakan sihir lain, Mama mau lihat nggak kira-kira?” Tanyaku usai melepaskan pelukan dari Mama Laura.
“Mungkinkah sihir api kamu sudah kembali?” Tebak Mama Laura.
Aku menggeleng pelan sebagai tanggapan, kaki ku mundur beberapa langkah untuk membuat jarak dari Mama Laura.
Aku berniat membalas Mama Laura menggunakan sihir pemikat, biar saja Mama Laura merasakan perasaan seperti yang sudah aku rasakan tadi.
“Jurus pemikat,” teriakku sembari mengulurkan tangan kepada Mama Laura.
“Eh? Eh? Kenapa kamu bisa menggunakan jurus ini, Brian?” Mama Laura tampak kebingungan saat tubuhnya bergerak sendiri ke arahku.
“Kemarilah, wanita cantik. Biarkan pria tampan ini mencicipi tubuhmu,” ucapku tanpa sadar karena efek samping jurus pemikat.
Hap!
“Bantu aku, Catrine. Aku tak bisa menghentikan jurus ini,” teriak ku meminta bantuan.
“Ma-Maaf, Tuan Muda. Jurus itu tak bisa dihentikan secara paksa, Tuan Muda harus membuat nyonya kalah dulu,” sahut Catrine.
“Saya permisi kalau begitu, saya tak ingin mengganggu aktivitas Tuan Muda dan Nyonya,” lanjut Catrine seraya beranjak pergi meninggalkan kami.
“CATRINE!!!” Teriakku memanggil Catrine.
“Jangan palingkan wajahmu, sayang. Cepatlah makan aku. Kamu harus tanggung jawab hingga tuntas,” bisik Mama Laura, sekujur tubuhku langsung bergidik kemudian.
“Kita tak bisa melakukan ini, Ma. Aku takut ada orang lain yang melihat ….”
Aku tak sempat menyelesaikan ucapanku, karena Mama Laura keburu menutup mulutku dengan bibirnya.
Brug!
Dia lalu mendorongku hingga terjatuh di tanah, lalu menindihku degan gaya sangat dominan.
‘Oh sial! Aku menggunakan jurus pada orang yang salah. Harusnya aku jangan main-main sama wanita rubah haus kenikmatan ini,’ batinku meringis getir, dan aku hanya bisa pasrah saat tubuhku dinikmati Mama Laura di halaman kastilku sendiri.
…