Gara-gara salah masuk ke dalam kamarnya, pria yang berstatus sebagai kakak iparnya itu kini menjadi suami Ara. Hanya dalam satu malam status Ara berubah menjadi istri kedua dari seorang Dewa Arbeto. Menjadi istri kedua dari pria yang sangat membencinya, hanya karena Ara orang miskin yang tak jelas asal usulnya.
Dapatkah Ara bertahan menjadi istri kedua yang tidak diinginkan? Lalu bagaimana jika kakak angkatnya itu tahu jika ia adalah istri kedua dari suaminya.
Dan apa sebenarnya yang terjadi di masa lalu Dewa, sampai membuat pria itu membenci orang miskin. Sebuah kebencian yang tenyata ada kaitannya dengan cinta pertama Dewa.
Semua jawabannya akan kalian temukan di kisah Ara dan Dewa, yuk baca🤭
Jangan lupa follow akun dibawah ini
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Keesokan harinya.
"Tuan, apa Anda tidak lelah menyentuh tubuh jelek ini?" sindir Ara dengan raut wajah kelelahan.
Padahal ia baru bangun tidur, tapi tubuhnya kembali merasa lelah setelah pagi tadi melayani keinginan Dewa. Terlebih lagi perutnya baru saja terisi, setelah kemarin melewatkan makan sore dan makan malam.
"Diam dan habiskan makanannya, kalau tidak aku akan memasukimu lagi."
Ara pun langsung diam dengan wajah yang ditekuk. Ia menyantap makanan yang ada di atas meja meskipun tidak nyaman karena tubuhnya yang sudah bersih itu hanya tertutup Bathrobe. Terlebih di hadapannya ada Dewa yang tengah duduk dengan pakaian santainya, sambil memegang ponsel.
Lihatlah, sungguh tidak adil bukan. Ia tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian, sementara Dewa bisa dengan santai menggunakan pakaiannya.
"Em, Tuan. Apa Anda tidak berangkat kerja?" tanya Ara setelah lima menit diam tanpa suara.
"Kalau aku masuk kerja, lalu siapa yang akan menghukummu?"
Gleg.
Ara menelan salivanya susah payah, karena diingatkan kembali dengan hukumannya yang harus melayani Dewa selama dua hari. Hukuman yang dinilai sangat aneh, karena biasanya orang menghukum dengan cara menyakiti bukan dengan cara memuaskan.
"Sebenarnya apa kesalahanku sampai harus dihukum seperti ini?" tanya Ara dengan kesal.
Walaupun tidak bisa dipungkiri ia juga menikmati hukuman tersebut. Tapi jika terus di gempur seperti tadi malam, tubuhnya lama-kelamaan akan ambruk. Bahkan tadi saja Ara kesulitan untuk berjalan ke bathroom sampai harus di gendong oleh Dewa.
"Kesalahanmu sangat banyak." Dewa menaruh ponselnya ke atas meja, menatap Ara dengan tatapan mengintimidasi agar wanita itu cepat menghabiskan makanannya tanpa banyak bicara.
"Kalau begitu sebutkan satu saja kesalahan yang aku buat," sahut Ara dengan menantang.
Karena ia yakin Dewa berbohong dengan mengatakan dirinya banyak melakukan kesalahan. Karena seingatnya, Ara tidak pernah melakukan kesalahan pada pria angkuh dan kejam itu. Ara lebih banyak diam bahkan berusaha menghindar dari suaminya jika mereka berada di dalam satu ruangan.
"Kemarilah kalau kau ingin tahu!"
Ara pun berjalan mendekat karena ingin tahu apa kesalahannya. Namun ia terkejut saat tiba-tiba Dewa menariknya hingga terjatuh ke atas pangkuan pria itu.
"Kesalahanmu karena terlalu banyak bicara," ucap Dewa lalu mencium bibir Ara dengan sangat menuntut.
Tangannya dengan cepat melepas tali Bathrobe, lalu membukanya hingga tampak tubuh bagian depan Ara yang polos.
"Tuan..." Ara berusaha menahan ******* yang hendak keluar dari mulutnya saat Dewa mencium tengkuknya dengan sangat lembut. "Apa kau tidak takut jatuh cinta padaku jika terus menyentuhku?"
Deg.
Dewa menghentikan cumbuannya, saat kata-kata Ara mengingatkan pada masa lalunya.
...Apa kau tidak takut jatuh cinta padaku, jika terus bersamaku....
Kata-kata yang pernah diucapkan oleh Diandra dulu, kini menari-nari dibenaknya.
"Tuan, sakit..." lirih Ara saat bahunya dicengkeram dengan sangat kuat oleh Dewa yang tiba-tiba menghentikan cumbuannya.
Bahkan kini tubuhnya di dorong dengan sangat kasar hingga terjatuh ke atas lantai.
"Cepat pakai pakaianmu, kita pulang sekarang!" ucap Dewa sembari beranjak dari ruangan. Meninggalkan Ara yang masih terduduk di atas lantai dengan penuh tanda-tanya.
"Dia kenapa? Bukankah hukumannya masih satu hari lagi?" gumam Ara dengan bingung.
Namun sedetik kemudian ia tak lagi peduli pada apa yang terjadi pada Dewa, sampai pria itu berubah pikiran dengan mengajaknya pulang. Karena yang terpenting saat ini ia harus segera berpakaian, dan bersiap untuk pulang sebelum Dewa berubah pikiran dengan mengurungnya lagi.
*
*
Selama di perjalanan pulang baik Ara maupun Dewa saling diam tak ada yang bersuara. Sampai akhirnya mobil yang ditumpangi keduanya berhenti di mansion utama.
Dewa keluar lebih dulu dari dalam mobil, meninggalkan Ara begitu saja. Ara pun menyusul suaminya itu dari belakang sampai langkahnya terhenti saat melihat Vivian yang berdiri di hadapan mereka dengan raut wajah penuh kemarahan.
Ya, siapa juga yang tidak marah jika ditinggalkan suaminya begitu saja dengan membawa wanita lain. Terlebih lagi suaminya itu tidak pulang dan menginap di tempat lain bersama seorang wanita.
"Dari mana kalian?" tanya Vivian dengan menatap tajam Ara. Karena tidak mungkin ia berani menatap tajam pada Dewa, sekalipun pria itu sudah membuatnya begitu marah.
Dewa yang sempat diam, kembali melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan pertanyaan Vivian yang tidak penting.
Vivian yang semakin emosi karena Dewa tidak mempedulikan kemarahannya, langung menarik rambut Ara dengan kuat lalu mendorongnya hingga terjatuh ke atas lantai.
"Berani sekali kau pergi bersama suamiku!" bentak Vivian dengan kembali menarik rambut adik angkatnya.
Ara yang belum siap menerima perlakuan kasar Vivian, hanya bisa diam tanpa berani melawan kakak angkatnya tersebut. Ia hanya bisa berharap pada Dewa yang tengah berhenti melangkah, untuk mau membantunya.
Namun harapannya itu langsung pupus seketika, saat melihat Dewa kembali berjalan tanpa mau menolongnya sama sekali. Ara pun hanya bisa menatap punggung Dewa yang semakin menjauh tanpa peduli pada Vivian yang tengah menamparnya berulangkali.
"Kenapa hatiku rasanya sangat sakit..." lirih Ara dengan menahan air matanya yang berdesakan ingin keluar. Saat menyadari kenyataan jika ia tidaklah cukup berarti bagi seorang Dewa Arbeto untuk dilindungi.
Palagi pas Ara hamil dan kau yg mendapatkan morning sickness parah.. baru tau rasa kau Dewa 🫣😜