Seorang pria muda yang sedang menunggu interview dan seraya menunggu panggilan, dia memilih meluangkan waktunya untuk menjadi driver ojek online, tapi pria yang bernama Junaidi ini cukup apes dan apesnya ini bukan hanya sekali dua kali, tapi berkali-kali.
Singkatnya, pada malam itu pria muda tersebut tengah terburu-buru untuk mengantarkan pesanannya, tanpa sengaja, dia menyerempet nenek tua yang sedang menyebrang jalan.
Bukannya menolong, dia justru acuh tak acuh dengan alasan takut diberi bintang satu jika terlambat datang.
Namun, siapa sangka kalau nenek yang dia serempet bukanlah sembarang nenek dan setelah malam itu, mata batinnya terbuka. Inilah KUTUKAN SEMBILAN PULUH SEMBILAN HARI yang harus Junaidi terima.
Cerita ini merupakan karya fiksi murni. Nama tempat, kejadian dan karakter yang disebutkan tidak memiliki koneksi dengan kenyataan dan hanya untuk tujuan kreatif semata ditulis oleh Tsaniova.
Jam Update pukul 9.00 pagi dan malam pukul 19.00 wib
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsaniova, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Tua Misterius
Benar saja, pria itu sudah mulai buka praktiknya setiap hari. Dia bekerja dengan dibantu Melati yang setia menemaninya. Pundi-pundi rupiah kini sudah terkumpul banyak di rekeningnya. Tapi semakin hari semakin ada yang membuat khawatir yaitu sisa hari kutukannya yang sudah semakin berkurang.
Junaidi sedang bersiap, dia memakai jaket hitamnya, sebagai seorang pengusir arwah penasaran dia mengganti outfitnya serba hitam demi meyakinkan pelanggan.
"Siap?" tanya Junaidi pada kekasihnya yang berdiri tepat di sampingnya.
Melati menjawab dengan mengangguk dan saat mereka berkendara, mereka melihat sosok Nino yang sepertinya sudah tidak penasaran lagi, hantu kecil itu sudah menemukan neneknya, sekarang mereka bisa pergi bersama dengan bergandengan tangan membuat Melati sempat berpikir kalau dirinya inginkan Junaidi seutuhnya maka dia harus membawanya ke alamnya.
Tapi, hantu cantik itu segera tersadar dengan apa yang dia pikirkan. "Astaga, aku udah janji sama diri sendiri, sepakat kalau aku bakalan ikhlasin Bang Juna kalau dia udah ketemu jodohnya! Aku nggak boleh jahat sama orang yang ku sayang!" ucapnya dalam hati, kemudian, Melati mengeratkan pelukannya membuat prianya yang sedang fokus mengendarai motornya itu bertanya, "Sayang, kamu kenapa?"
Ya, begitulah Junaidi, sekarang dia menggunakan bahasa yang halus, baik dan benar ketika bicara dengan dia yang sangat di cintai.
"Nggak papa, Bang. Cuma terlalu sayang aja aku sama Abang!" jawab Melati berbohong.
Sementara itu, Junaidi tengah digalaukan oleh sisa waktunya yang sekarang tersisa hanya dua bulan sembilan hari.
"Nggak kerasa waktu berlalu begitu cepat, tau-tau udah sebulan aja dan gua udah nabung sebanyak seratus juta, gua harus manfaatin keadaan ini sebelum mata batin gua tertutup," ucapnya dalam hati.
Sekarang, Junaidi sudah sampai di depan rumah tua, di depan gerbang, Junaidi merasakan aura yang sangat kuat, dia juga melihat beberapa penampakan yang sedang menatapnya dari setiap pintu dan jendela, mereka adalah para lansia.
Dan yang membuat Junaidi bingung adalah kenapa para arwah itu tak pergi dari rumah tua yang disebut sebagai panti jompo itu? Junaidi menatap Melati dan yang ditatap seketika teringat dengan orang tua asuhnya yang juga sebenarnya sudah sepuh.
Tidak lama kemudian, seorang wanita yang usianya mungkin sekitar empat puluh tahun menghampirinya, wanita itu sebagai suster yang bekerja sebagai pengurus di panti tersebut, dia datang dengan sedikit tergopoh. Ceklek... Ceklek. Suara suster tersebut yang membukakan pintu pagar.
"Mas Jun, ya?" tanyanya seraya menatap Junaidi.
"Iya, saya Jun, Bu,' jawabnya seraya membalas jabat tangan si ibu.
"Mari masuk, saya akan menjelaskan apa yang terjadi dan apa yang saya alami di sini, Mas," ucapnya seraya mempersilahkan Junaidi masuk ke area rumah tua yang terlihat luas dan menyeramkan itu.
"Memangnya di sini nggak ada lampu? Kenapa lorong sebesar ini dibiarkan gelap?" tanya Junaidi seraya terus melangkah.
"Sebenarnya saya sudah mengganti lampu ini berkali-kali, Mas. Tapi ya, begitu, berkali-kali mati lagi lampunya. Juga ada yang buat saya nggak nyaman di sini, Mas," ungkapnya dan tiba-tiba saja ada seseorang yang sudah berdiri di depan mereka memotong pembicaraan. Dia terlihat berwibawa, berdiri tegap dengan tangan yang berada di balik badan. Wanita tua berambut putih tersebut menatap Junaidi juga suster dengan tatapan tajamnya.
Wanita yang juga berpakaian seperti suster itu bertanya, "Apa yang membuat suster Dina tidak nyaman? Kenapa lebih percaya pada pria asing dari pada harus bercerita pada kami sesama satu profesi?" tanyanya dengan datar dan walaupun rambutnya sudah memutih juga terlihat berumur, tapi ketua asrama itu terlihat lebih muda dan segar untuk wanita seusianya.
Mendengar itu tentu saja membuat Junaidi merasa tak enak hati, dia pun memilih untuk diam membiarkan suster Dina untuk menjelaskannya sendiri.
Sementara Melati, hantu itu tertarik berkeliling di rumah tua tersebut dan dia melihat salah satu ruangan yang sama sekali tak boleh dibuka, tertulis di depan pintu kalau dilarang keras untuk masuk ke dalam. Tapi, Melati yang ingin tau itu melongokkan kepalanya dan ternyata di dalam sana cukup sangat mengejutkan yaitu banyak sekali tuyul yang sedang tidur pulas berjejer di tempatnya masing-masing.
Melati segera keluar, dia ingin memberitahu Junaidi tentang apa yang dilihatnya, lalu ada sesosok wanita tua yang terlihat menghampirinya, dia berjalan dengan cara hilang timbul dan sekarang sudah ada tepat di depan wajahnya. "pergi!' perintahnya dan Melati tak tau apa maksud perkataannya itu yang dia tau bahwa arwah tersebut tidak mau ada hantu lain yang datang ke rumahnya.
Dengan perlahan Melati pun mulai pergi, dia pergi ke tempat lain dan saat itu juga dia mendengar jeritan yang terdengar amat menyakitkan.
"Aaaaaaaaaaaah!" Jeritan itu hanya terdengar sekali dan ternyata Junaidi juga mendengarnya.
Sementara suster Dina, dia merasa merinding. Dia pun mengusap lehernya yang bulu kuduknya sudah berdiri.
"Maaf, Nyonya. Sebelumnya saya sudah meminta ijin untuk mengundang seseorang dan orang itu adalah Mas Jun ini, saya dengar dia bisa berkomunikasi sama para arwah penasaran makanya saya menghubunginya. Saya kira banyak arwah penasaran di sini yang mungkin ingin menyampaikan sesuatu supaya bisa pergi ke alam selanjutnya," ungkap suster Dina, dia berharap kalau pimpinan tersebut bisa mengerti kekhawartirannya.
Tapi, yang terjadilah, justru ketua pimpinan tersebut menertawakan suster Dina yang dianggapnya mengada-ada. "Hahahahaha!"
Suster Dina yang merasa tidak enak hati pada Junaidi itu menoleh, dia menatapnya. Sementara pria tinggi tegap itu terus memperhatikan pimpinan yang terlihat sangat mencurigakan.
Lalu, wanita tua yang rambutnya digelung itu terdiam, dia menatap tajam Dina yang dianggapnya sudah melampaui batas. "Kamu tau? Semua yang kamu ceritakan itu hanya kekhawatiranmu saja, Bu Dina. Lagi pula wajar saja kalau kamu mendengar suara jeritan. Di sini banyak lansia, wanita yang diabaikan oleh keluarganya, wajar saja jika mereka berteriak untuk melepaskan amarahnya, sudah saya katakan itu berulang kali!" tukas ketua.
Sekarang wanita tua itu pergi, dia meninggalkan Dina dan Junaidi di lorong panjang nan gelap itu tanpa sepatah katapun.
Suster Dina menatap Junaidi yang ternyata sedang menatapnya. "Begini Mas Jun, Sebenarnya saya merasa sering diganggu di sini, bukan soal jeritan yang ketua ceritakan saja. Tapi karena ketua tidak mengizinkan orang asing masuk ke sini, saya mohon maaf karena harus membatalkan janji sama Mas Jun," ucapnya dengan lirih dan Junaidi yang mencoba memahami itu mengangguk.
"Tidak apa, kalau begitu saya permisi dulu," jawab Junaidi. Sekarang junaidi mencari-cari keberadaan Melati dan hantu itu tak segera datang.
"Kemana dia, tumben survey tempatnya lama," gumam Junaidi dalam hati.
Sekarang, dia sudah duduk di motornya menunggu Melati yang entah sedang apa dan dimana. Yang Junaidi tau banyak arwah penasaran sedang memperhatikannya.