Ranti gadis berusia 20 tahun, memiliki otak cerdas dan juga ceplas ceplos ketika sedang berbicara, sejak kecila dia memiliki kehidupan yang sangat tidak beruntung. Karna terlahir dari keluarga amat sangat miskin, bahkan Ranti tidak bisa melanjutkan kuliahnya karna harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, setiap hari Ranti selalu berhayal akan menjadi wanita kaya dan memiliki suami Ceo seperti di novel novel yang ia baca setiap pulang kerja, pasti hidupnya akan sangat bahagia.
Dan apa jadinya jika ternyata hayalan Ranti terwujud, dia masuk ke raga istri Ceo, namun sayangnya dirinya tidak pernah mendapat cinta dari suaminya, karna suaminya yang masih mencintai mendiang kekasihnya.
Apa yang akan di lakukan oleh Ranti, apakah dia akan menyerah ?, atau akan berjuang untuk mendapat cinta suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakiya el Fahira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Sore hari William yang baru kembali ke mansion, dia langsung pergi ke kamarnya untuk menemui Roseline, karna selama berada di mansion Audrey, William terus kefikiran dengan Roseline, namun saat masuk ke dalam kamarnya William tidak melihat keberadaan Roseline, lalu William kembali turun ke lantai bawah, dan menanyakan keberadaan Roseline pada pelayan Robert.
'' Dimana Roseline ?''
'' Nona Muda sedang berada di taman Tuan '' sahut pelayan Robert.
William langsung bergegas pergi ke taman yang berada di samping mansion, dan benar saja dia melihat Roseline yang duduk di gazebo seorang diri.
'' Sedang apa ?''
Roseline yang sedang termenung tersentak dan langsung mendongakkan kepalanya.
'' Kamu sudah kembali '' ujar Roseline menatap William yang berdiri menjulang di depannya.
William mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Roseline, dia melihat raut wajah Roseline yang tak seceria biasanya.
'' Kamu sudah tahu '' tukas William.
Roseline menganggukkan kepalanya, dia paham dengan maksud perkataan William.
'' Apa kamu akan segera menceraikanku ?'' tanya Roseline menatap lurus ke arah taman.
William menaikkan alisnya. '' Kenapa kamu bicara seperti itu ?''
'' Wanita yang kamu cintai sekaligus tunanganmu sudah kembali, pasti kamu ingin segera menikahinya bukan '' sahut Roseline menatap William.
William hanya diam saja, dan hanya memperhatikan raut wajah sedih yang terpancar dari wajah Roseline.
'' Kalau kamu benar benar menikah dengannya dan menceraikanku, aku akan pergi dari mansion ini '' tukas Roseline lagi dengan sendu.
Tatapan William langsung menajam, saat mendengar apa yang di katakan oleh Roseline, entah kenapa William marah saat kata cerai keluar dari mulut Roseline.
'' Jangan harap kamu bisa pergi dari mansion ini '' cetus William dingin lalu melangkah pergi meninggalkan Roseline.
Roseline menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal, dia merasa heran melihat reaksi William yang terlihat sangat marah.
'' Apa gue salah bicara ya '' gumam Roseline.
Kesokan paginya Roseline yang duduk di tepi ranjang menatap William yang sedang memakai dasi di kerah kemejanya.
" Hah,, kartu sakti gue, sepertinya lo memang harus gue kembalikan pada pemilik lo yang asli " batin Roseline menatap kartu hitam yang berada di genggamannya dengan sedih.
Semalam Roseline sudah memutuskan untuk mengembalikan kartu hitam milik William, karna dia berfikir jika William menceraikannya pasti William akan meminta kembali kartu hitamnya yang berada padanya, jadi menurut Roseline lebih baik di kembalikan lebih awal sebelum dirinya semakin merasa takut kehilangan kartu sakti itu, karna Roseline sadar kalau kartu hitam itu bukanlah haknya.
Roseline menarik nafasnya dan melepaskannya, lalu bangkit dan berjalan menghampiri William.
'' Ada apa ?'' tanya William tanpa membalikkan badannya.
Roseline tak lekas menjawab, dia menunduk melihat kartu hitam milik William yang berada di genggamannya, lalu Roseline menarik nafasnya perlahan. '' Ini, kartu hitam milikmu aku kembalikan '' ujar Roseline cepat.
William melirik Roseline sebentar, lalu kembali melanjutkan memasang dasi yang hampir selesai. '' Untuk apa di kembalikan, kartu itu sudah menjadi milikmu '' tukas William lalu membalikkan badannya setelah dasinya terpasang dengan sempurna.
Sedangkan Roseline langsung melongo mendengar apa yang di katakan oleh William, apakah dia salah dengar dengan apa yang di katakan William, jika dia memberikan kartu hitamnya itu padanya.
'' Ka,, kamu yakin, memberikan kartu hitam ini padaku ?'' tanya Roseline gugup.
'' Hem, kartu itu milikmu, jadi tidak perlu kamu kembalikan padaku '' sahut William.
Binar bahagia langsung terpancar di wajah Roseline, dia tidak menyangka jika William memberikan kartu hitamnya padanya.
'' Kamu tidak bohong ?'' tanya Roseline lagi yang masih tidak percaya.
'' Iya '' sahut William.
'' Berarti aku boleh membelanjakan semua uang yang ada di dalam kartu ini sesuka hatiku ?'' tanya Roseline lagi yang di angguki oleh William.
Roseline yang sangat bahagia reflek memeluk William. '' Ahh,,,, terimakasih '' ucap Roseline melompat lompat kegirangan sembari memeluk William.
Sedangkan William dia tersenyum dan membalas pelukan Roseline.
Roseline lalu melepaskan pelukannya dan menatap William dengan wajah berbinar. '' Kalau begitu aku akan ke mall, aku mau belanja, mau ke salon, dan masih banyak lagi '' ucap Roseline penuh semangat.
'' Lakukanlah, jangan pernah takut uang di dalam kartu itu habis '' sahut William.
Satu jam kemudian setelah asisten Hans mengantar Tuannya ke perusahaan, kini Asisten Hans di tugaskan oleh Tuannya untuk menemani Nona Mudanya ke mall.
Asisten Hans merasa heran melihat raut bahagia yang terpancar dari wajah Nonanya, yang melangkah masuk ke toko pakaian wanita.
'' Apa Nona Muda sedang pura pura bahagia, untuk menutupi rasa sedihnya '' gumam Asisten Hans, karna sampai detik ini asisten Hans masih mengira jika Nona Mudanya tengah sedih, karna Audrey kekasih sekaligus tunangan Tuannya yang di nyatakan meninggal ternyata masih hidup, dan kini sudah kembali.
Sedangkan Roseline matanya langsung berbinar, saat melihat deretan baju yang ada di depannya.
'' Wahh,,, bajunya bagus bagus semua, gue jadi bingung mau pilih yang mana '' gumam Roseline tangannya sibuk menyibak satu persatu deretan baju di depannya.
Dan pandangan Roseline jatuh pada setelan baju yang di pajang di patung, yang menurutnya cocok dengan stylistnya yang sedikit tomboy.
Roseline lalu mengambil baju itu dan membawanya ke kamar ganti untuk di cobanya, dan setelah merasa baju itu pas di tubuhnya Roseline langsung membawanya ke kasir, sedangkan asisten Hans mengikuti langkah Nona Mudanya.
'' Asisten Hans ''
'' Iya Nona ''
'' Aku lihat lihat, toko ini sangat sepi, apa karna baju bajunya sangat mahal ya '' ujar Roseline.
Asisten Hans menganggukkan kepalanya dengan tersenyum. '' Mungkin saja begitu Nona ''
Padahal sebenarnya saat Roseline masuk ke toko itu, Asisten Hans langsung menyampaikan perintah Tuannya pada si pemilik toko, untuk menutup tokonya sementara selama Nona Mudanya berbelanja, agar Nonanya bisa leluasa memilih baju yang di inginkannya tanpa harus berdesakan dengan pembeli yang lain.
Dan benar saja setelah Roseline dan asisten Hans keluar dari toko itu, satu menit kemudian banyak para pengunjung yang bergegas masuk ke dalam toko itu, mungkin mereka tidak ada yang tahu siapa Roseline, tapi mereka sangat tahu betul siapa asisten Hans, asisten sekaligus orang kepercayaan William Ceo perusahaan terbesar di negara mereka.
'' Nona, kita mau kemana lagi?'' tanya Asisten Hans saat menjalankan kemudinya meninggalkan area mall.
'' Kita ke salon yang paling mahal di kota ini '' sahut Roseline penuh semangat, dan asisten Hans langsung memutar kemudinya ke tempat yang menjadi tujuan Nona Mudanya.
Sedangkan William yang sedang berada di perusahaannya, tengah sibuk memeriksa berkas berkas laporan perusahaannya.
Ting
William meraih ponselnya yang berada di atas meja, saat mendengar ada notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya dan ternyata dari Audrey
('' Kak, aku mau kak William datang ke mansion, ada yang ingin aku tanyakan pada kak William ''), isi pesan yang di kirim oleh Audrey.
William membalas pesan Audrey, dan mengatakan jika dirinya akan ke mansion Audrey setelah pulang dari perusahaan.
Lalu William meletakkan kembali ponselnya ke atas meja, dan dia kembali fokus pada pekerjaannya yang masih menumpuk di atas meja, karna bisanya ada asisten Hans yang membantunya, namun saat ini William menugaskan asistennya untuk menemani Roseline.