Terlahir dengan kekuatan istimewa, akankah membuat hidup Angela jadi lebih bahagia? atau penuh dengan rintangan.
Mampukah Angela mengendalikan kekuatannya? ataukah kekuatan itu akan menghancurkan dirinya?
Ikuti terus kisah Angela hingga akhir ya ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alisha Chanel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Malam harinya...
Angela terlihat gelisah dalam tidurnya. Keringat sebesar biji jangung memenuhi dahi gadis cantik itu.
"Mimpi ini lagi?" Seakan dejavu, malam inipun Angela kembali bermimpi hal yang sama seperti malam-malam sebelumnya.
Sejak mendapat menstruasi pertamanya, gadis itu selalu bermimpi hal yang sama, yaitu bertemu dengan orang yang sama dan dengan latar yang sama pula.
"Di sini gelap sekali. Mulai besok aku harus meletakan senter di dekatku sebelum akan tidur." Gumam Angela dengan bibirnya yang mencebik.
Gadis itu terus berjalan menyusuri kegelapan, sumber cahaya yang bisa ia andalkan hanyalah dari cahaya bulan purnama saja.
Walaupun kakinya sudah merasa sangat lelah berjalan, tapi Angela tidak bisa berhenti karna saat ini ia sedang berada di tengah hutan belantara sendirian.
Gadis itu menengok ke arah kiri dan kanan, sejauh mata memandang hanya nampak pepohonan yang rimbun saja yang dapat ia lihat.
Sebenarnya Angela sadar jika dirinya sedang bermimpi. Tapi seperti yang sudah-sudah, gadis cantik itu tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri ketika ada di dalam mimpi tersebut.
Langkah kaki Angela baru terhenti tepat di depan gerbang sebuah istana yang terlihat begitu megah dan indah. Dua orang pria berbadan tinggi besar lengkap dengan penampilan ala prajurit zaman kerajaan yang sering Angela lihat di film kolosal menyambut kedatangannya dengan raut wajahnya yang datar.
"Silahkan masuk nona, tuan sudah menunggu anda di dalam istina." Ucap salah seorang pengawal itu sembari memberi isyarat dengan kedua tangannya agar gadis cantik di hadapannya segera masuk ke dalam istana.
"Baik." Angela mengangguk patuh, karna ia memang tidak punya pilihan lain. kemudian berjalan memasuki istana.
Pernah suatu ketika Angela menolak untuk masuk ke dalam istana hingga membuat kedua orang pria berbadan tinggi besar itu murka dan menyeretnya dengan paksa menuju tuan mereka.
Berbagai macam mahluk gaib dengan wujud yang berbeda ada di dalam istana megah tersebut. Mulai dari sosok anak kecil, wanita cantik dengan badan setengah ular, raksasa sampai mahluk yang tak begitu jelas wujudnya semua ada di sana.
Mereka semua menepi saat Angela berjalan ke arah mereka, seakan memberikan jalan agar gadis cantik itu bisa lewat.
"Lain kali tolong siapkan kereta kuda untukku! Aku lelah jika harus selalu berjalan kaki di tengah hutan."
Ucap Angela pada seorang pria tampan yang berdiri di hadapannya.
"Seperti keinginanmu Angela. Mulai besok aku akan menjemputmu dengan kereta kuda." jawab pria itu dengan mata berbinarnya saat melihat Angela.
Tatapan Angela dan pria itu seakan terkunci untuk sesaat, sampai Angela memutus tatapan itu terlebih dahulu.
"Jika kau memintaku untuk menjadi istrimu lagi, maaf aku tidak bisa, karna aku masih sekolah. Papaku juga tidak akan mengizinkanku menikah dengan pria sepertimu." Ucap Angela sebelum pria itu mulai berbicara. Walaupun pria itu sangat tampan, tapi Angela tahu kalau pria itu bukan manusia. Jadi Angela selalu menolak ajakan menikah dari pria tampan yang hingga kini Angela tak ketahui siapa namanya.
"Baiklah jika itu yang kau inginkan. Tapi jika sudah tiba saatnya, kau tidak akan bisa menolakku lagi Angela." Ucap pria itu dengan senyumnya yang menawan.
***
Allahu akbar...Allahu akbar...
Angela terbangun dari tidurnya saat mendengar adzan subuh berkumandang.
Gadis itu terduduk di atas ranjang dengan nafas terengah-engah, serta wajahnya yang sudah dibasahi keringat.
"Mimpi yang sama lagi." Angela mengusap wajahnya dengan kasar.
"Kenapa mimpinya selalu sama? Apa maksud dari semua mimpi ini?" tanya Angel entah pada siapa, kemudian gadis itu menyeka keringat yang membasahi wajah cantiknya.
Walaupun mimpi yang Angela alami hanya mimpi biasa tanpa ada adegan yang ekstrim, tapi mimpi itu cukup menguras seluruh tenaganya hingga membuat gadis itu merasa sangat lelah.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu berhasil membuyarkan Angela dari lamunannya tentang mimpi aneh yang selama ini menghantuinya.
"Boleh mama masuk?" Tanya Emily disertai senyuman yang mengembang di bibir merahnya.
"Tentu saja boleh mah, lagi pula sejak kapan mama minta izin terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kamarku?" Cicit Angela sembari tertawa renyah.
"Kau ini, sedang sakit saja masih bisa menggoda mama." Emily mencubit hidung mancung Angela dengan gemas.
"Kamu sudah sehat sayang?" Tanya Emily sembari menempelkan tangannya di dahi sang putri .
"Sudah mah." Angela memeluk sang mama dengan manja.
"Kalau begitu cepat bersihkan dirimu! Setelah itu kita shalat subuh berjamaah. Jangan lama-lama karna papa sudah menunggu kita." Titah Emily.
"Iya mah." Angela mengangguk patuh, kemudian gadis cantik itu bangkit dari tempat tidurnya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sesuai titah sang mama.
***
***
Pagi harinya, seluruh keluarga Anderson sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan sambil sesekali diselingi obrolan ringan.
"Kondisi si Intan sangat memprihatinkan, orang-orang bilang dia baru diputusin pacarnya makanya sampai stres begitu." cicit Emily sembari menata berbagai macam menu makanan di atas meja makan.
Emily yang biasanya tak mau ikut membicarakan hal yang sedang hangat diperbincangkan di sekitarnya, entah kenapa kali ini mulutnya terasa gatal ingin ikut berbicara.
"Memang seperti apa kondisi si Intan mah?" Tanya Angela penasaran.
"Sepanjang acara pengajian kemarin, si Intan terus berteriak tidak ada hentinya. Bahkan dia sampe ngamuk-ngamuk membuat suasana pengajian jadi kacau." beritahu Emily dengan antusias.
"Sttt! Mah, tidak baik membicarakan orang lain seperti itu! Apalagi di hadapan anak-anak. Kau itu memberi contoh yang buruk untuk Angela dan Jacob!" Peringati Edward pada sang istri.
"Maaf pah" Emily sadar akan kekeliruannya dan segera meminta maaf pada sang suami.
Namun Angela yang terlanjur penasaran merasa sedikit kecewa, karna sang mama tak melanjutkan pembicaraannya tentang kondisi Intan.
"Angela, Jacob. Papa peringatkan sekali lagi agar kalian berdua belajar dengan benar! Jangan dulu memikirkan pacaran dan jangan sampai nasib kalian berakhir seperti si Intan-intan itu." Peringati Edward pada kedua buah hatinya.
"Iya pah." Jawab Angela dan Jacob serempak.
Bersambung.