Seorang kultivator Supreme bernama Han Zekki yang sedang menjelajah di dunia kultivasi, bertemu dengan beberapa npc sok kuat, ia berencana membuat sekte tak tertandingi sejagat raya.
Akan tetapi ia dihalangi oleh beberapa sekte besar yang sangat kuat, bisakah ia melewati berbagai rintangan tersebut? bagaimana kisahnya?
Ayo baca novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Sevian Firmansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah bentrokan dengan Sekte Langit Timur, suasana di Sekte Nusantara jadi agak… gimana ya, sedikit tegang tapi juga penuh semangat. Ada rasa bangga yang muncul di hati mereka, meskipun mereka tahu tantangan belum benar-benar usai. Mereka berhasil mempertahankan sekte kecil ini dari ancaman pertama—dan itu buat semua orang merasa bahwa mereka bukan sekadar sekte kecil yang bisa diremehkan begitu saja. Bagi Han Zekki, kejadian itu malah bikin tekadnya semakin kuat. Di dalam hatinya, dia tahu kalau mereka nggak bisa menyerah cuma karena ancaman dari sekte besar. Justru itu alasan buat mereka jadi lebih kuat.
Hari itu, Zekki, Yuna, dan Li Shen berkumpul di ruang latihan, membahas rencana untuk calon-calon murid baru yang mungkin bakal bergabung. Salah satunya, tentu saja, Fei Rong—yang sekarang jadi murid pertama Sekte Nusantara. Meskipun baru satu orang, tapi semangat Fei Rong itu luar biasa, seolah-olah dia bawa energi yang bikin suasana jadi lebih hidup. Zekki merasa optimis, walaupun sekte mereka masih kecil dan baru berdiri.
Fei Rong berdiri di depan Zekki dengan senyum lebar dan mata berbinar, walau terlihat ada sedikit keraguan di sana. “Tuan Zekki… aku pengen banget belajar teknik yang kau pake waktu lawan Sekte Langit Timur! Itu… keren banget!” katanya dengan antusias, seakan-akan seluruh hidupnya bergantung pada momen ini.
Zekki tersenyum kecil, menatap Fei Rong sambil mengusap dagunya. Ia tahu anak ini semangat, tapi teknik seperti Void Slash atau Void Summoning itu bukan hal yang bisa dipelajari dalam waktu singkat. Butuh pengendalian diri dan konsentrasi tingkat tinggi, sesuatu yang Zekki pun butuh bertahun-tahun untuk menguasainya.
“Fei Rong,” kata Zekki pelan tapi tegas, “kekuatan seperti itu nggak bisa dikuasai dalam semalam. Butuh waktu… dan juga, teknik itu menguras banyak energi. Kalau kamu belum siap, itu malah bisa berbahaya buatmu sendiri.”
Fei Rong cemberut sedikit, wajahnya menunduk, tapi jelas dia nggak mau menyerah begitu aja. “Iya, iya… aku ngerti kok, Tuan Zekki. Tapi, ya… mungkin bisa ajarin langkah-langkah dasarnya dulu? Sedikit aja?” Nada suaranya agak memelas, matanya berbinar penuh harap.
Li Shen, yang duduk di sebelah mereka, tertawa kecil melihat kegigihan Fei Rong. “Hahaha, dasar bocah. Kalau mau jadi kuat, kamu harus sabar! Dulu waktu aku di Sekte Naga Emas, mereka nggak langsung ngajarin jurus keren. Aku disuruh push-up seribu kali sehari, sampai tangan ini rasanya mau copot!”
Fei Rong tertawa malu, menggaruk-garuk kepalanya. “Seribu kali? Ya ampun… tapi kalau itu yang harus aku lakukan, aku siap, Tuan Zekki!”
Yuna yang sedari tadi hanya memperhatikan, tersenyum lembut. Dia merasa ada yang tulus dari semangat Fei Rong, semacam kesungguhan yang jarang ia temukan. “Fei Rong, aku suka semangatmu. Tapi, jangan lupa juga untuk belajar teknik pernapasan dan meditasi. Itu sama pentingnya, bahkan mungkin lebih penting dari kekuatan fisik,” katanya bijak, sambil melirik ke arah Zekki.
Fei Rong mengangguk cepat. “Iya, Kak Yuna! Aku nggak bakal malas. Aku pengen jadi murid yang bisa dibanggakan!” katanya sambil mengepalkan tangannya, wajahnya penuh tekad.
Zekki hanya tersenyum mendengar itu. Ada rasa bangga yang muncul di dalam hatinya. Ia tahu, Fei Rong mungkin belum kuat sekarang, tapi semangatnya—semangat itulah yang dibutuhkan sekte ini.
Setelah memberi Fei Rong beberapa instruksi dasar, Zekki meminta Yuna untuk mengajarinya teknik pernapasan dan meditasi. Sementara itu, Zekki dan Li Shen duduk di sudut ruangan, membicarakan rencana jangka panjang untuk Sekte Nusantara. Zekki tahu, sekte ini nggak akan bertahan lama kalau hanya mengandalkan kekuatan pribadi. Mereka butuh rencana, strategi, dan mungkin… lebih banyak orang yang siap berjuang bersama.
Li Shen menatap Zekki dengan serius, sesuatu yang jarang ia lakukan. “Zekki… kau yakin kita siap menghadapi sekte-sekte besar kalau mereka datang lagi?” tanyanya pelan, nadanya berubah jadi lebih dalam, hampir penuh kekhawatiran.
Zekki terdiam sejenak, pandangannya menunduk sambil berpikir. Bagaimanapun, ia tahu kekuatannya sendiri cukup untuk melindungi sekte ini dalam satu atau dua pertempuran. Tapi, untuk berkembang dan bertahan dalam jangka panjang, itu cerita yang berbeda.
“Kita nggak bisa melakukan ini sendirian, Li Shen,” Zekki akhirnya menjawab, suaranya tenang tapi sarat tekad. “Kalau kita ingin sekte ini bertahan, kita harus mencari orang-orang yang benar-benar percaya pada mimpi kita. Bukan cuma sekadar murid, tapi mereka yang siap berjuang bersama.”
Li Shen mengangguk, meski masih ada keraguan di matanya. “Aku setuju, tapi… di wilayah ini, kebanyakan orang takut sama kekuasaan sekte-sekte besar. Orang-orang seperti Fei Rong mungkin cuma segelintir.”
Zekki tersenyum kecil, menepuk bahu Li Shen. “Ya, mungkin begitu. Tapi kita baru mulai, Li Shen. Setiap langkah kecil itu penting. Aku yakin, kalau kita terus bertahan, orang-orang akan datang.”
Hari-hari berikutnya, Fei Rong berlatih dengan penuh semangat. Setiap pagi, dia bangun lebih awal dari murid-murid lain, melakukan latihan fisik dasar seperti yang diajarkan Zekki dan meditasi yang dibimbing oleh Yuna. Tubuhnya sering kali lelah, bahkan rasanya kadang-kadang sudah nggak kuat lagi berdiri. Tapi semangatnya nggak pernah padam. Dia ingin sekali menjadi lebih kuat, bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk sekte ini.
Suatu sore, Zekki memperhatikan Fei Rong berlatih dari kejauhan. Ada perubahan yang jelas pada gerakan Fei Rong—lebih lincah, lebih mantap. Setelah latihan selesai, Fei Rong mendekati Zekki, wajahnya sedikit berkeringat, tapi sorot matanya penuh harapan.
“Tuan Zekki,” katanya sambil menarik napas dalam-dalam, “aku merasa sudah siap untuk belajar teknik bertarung. Aku tahu aku masih pemula, tapi… aku benar-benar ingin belajar teknik yang bisa kugunakan untuk melindungi orang lain. Seperti yang kau lakukan.”
Zekki menatapnya dengan mata tajam, sambil merenungkan permintaan Fei Rong. Anak ini punya semangat yang luar biasa, dan Zekki tahu kalau semangat itu adalah kunci. Tapi ia juga tahu, kekuatan tanpa pengendalian bisa berbahaya.
“Baiklah, Fei Rong,” kata Zekki akhirnya. “Aku akan ajarkan teknik dasar bertarung, tapi ingat—seorang kultivator harus tahu kapan harus bertarung dan kapan harus mundur. Jangan gunakan teknik ini sembarangan.”
Fei Rong mengangguk cepat, wajahnya berbinar. “Aku janji, Tuan Zekki. Aku nggak akan mengecewakanmu!”
Dengan hati-hati, Zekki menunjukkan beberapa gerakan dasar dari teknik Void Slash. Fei Rong belum bisa memotong dimensi seperti Zekki, tentu saja, tapi setidaknya dia bisa belajar cara mengendalikan energinya, memfokuskan kekuatan pada satu titik untuk menciptakan serangan yang kuat. Dia berlatih dengan penuh semangat, meskipun berkali-kali salah gerakan dan terjatuh. Tapi Zekki sabar, membimbingnya perlahan, membenarkan gerakannya sedikit demi sedikit.
Di tengah latihan mereka, terdengar suara dari luar gerbang sekte. Suara yang lantang dan penuh ejekan, memanggil mereka dengan nada yang meremehkan.
“Hei! Ini sekte kultivator lemah yang sok hebat itu, ya?”
Zekki segera berdiri dan melangkah keluar, diikuti oleh Li Shen dan Yuna yang juga mendengar keributan tersebut. Di depan gerbang, berdiri seorang pria dengan pakaian mewah, wajahnya arogan, senyum sinis di bibirnya. Di belakangnya, ada beberapa kultivator lain yang tampaknya pengikutnya.
“Siapa kau, dan apa yang kau inginkan di sini?” tanya Zekki dengan suara datar tapi penuh ketegasan.
Pria itu tertawa kecil, memandang Zekki dengan tatapan merendahkan. “Nama aku Feng Ji. Aku dari Sekte Langit Timur. Kudengar kalian buat sekte baru di sini, jadi aku datang untuk… ya, semacam menguji kemampuan kalian.”
Zekki menghela napas panjang, berusaha tetap tenang. “Kami nggak tertarik dengan konflik. Kalau kalian nggak punya urusan penting, lebih baik pergi.”
Feng Ji hanya tersenyum sinis, lalu mengangkat tangannya, menunjuk ke arah Zekki. “Kau pikir bisa bicara sombong begitu, hah? Lihat apa kau bisa bertahan!”
Tanpa aba-aba, Feng Ji melancarkan serangan angin tajam yang langsung melesat ke arah Zekki. Serangan itu cukup kuat, membuat debu beterbangan di sekitar mereka. Namun, Zekki tetap tenang. Dengan gerakan cepat, dia membuka celah dimensi kecil di depannya, menyerap serangan angin tersebut ke dalam kegelapan yang tak terlihat.
“Apa… apa itu tadi?!” Feng Ji tampak kaget, wajahnya berubah bingung.
Zekki hanya menatapnya dingin. “Sudah kubilang, kami nggak mencari masalah. Tapi kalau kau memaksa…”
Feng Ji, yang merasa terhina, maju lagi dengan serangan yang lebih besar. Kali ini, tubuhnya dikelilingi pusaran angin, dan dia melompat dengan kecepatan tinggi, berusaha menyerang Zekki dari jarak dekat. Namun, sebelum serangannya mengenai, Zekki mengaktifkan Teleportasi dan menghilang dari pandangan, muncul di belakang Feng Ji. Tanpa membuang waktu, Zekki melayangkan pukulan keras ke punggungnya, membuat Feng Ji terlempar dan jatuh.
Dengan wajah penuh amarah dan malu, Feng Ji bangkit, tapi sebelum dia bisa melakukan apa-apa, Zekki sudah berdiri di depannya lagi, tatapannya semakin dingin. “Kami nggak ingin konflik. Tapi kalau kau datang lagi untuk mengganggu, aku nggak akan segan-segan menghajarmu lebih keras.”
Feng Ji menggertakkan giginya, merasa terhina. Tapi akhirnya, dia berbalik, membawa anak buahnya pergi dengan wajah penuh kebencian.
Setelah mereka pergi, Fei Rong mendekati Zekki, matanya penuh kekaguman. “Tuan Zekki, kau hebat sekali! Aku nggak nyangka kau bisa teleportasi dan menyerang secepat itu!”
Zekki hanya tersenyum kecil, lalu menepuk bahu Fei Rong. “Itu hasil dari latihan, Fei Rong. Kau juga bisa mencapai kemampuan ini kalau kau terus berlatih dengan tekun.”
Fei Rong mengangguk semangat, wajahnya berseri-seri. “Aku janji, Tuan Zekki! Aku akan berlatih lebih keras lagi!”
Yuna dan Li Shen yang melihat tekad Fei Rong hanya bisa tersenyum bangga. Mereka tahu perjalanan Sekte Nusantara masih panjang, tapi dengan murid seperti Fei Rong dan tekad yang kuat, mereka yakin akan mampu menghadapi tantangan apa pun yang datang.
Zekki pun merasa lega. Meskipun sekte ini masih kecil dan rentan, perlahan-lahan mereka membangun kekuatan dan kebersamaan. Ini mungkin baru permulaan, tapi mereka siap melangkah lebih jauh, bersama-sama.
apa gak da kontrol cerita atau pengawas
di protes berkali kal kok gak ditanggapi
bok ya kolom komentar ri hilangkan