Arya, seorang pria yang memiliki istri yang sangat cantik dan juga memiliki seorang putera yang masih balita harus menelan pil pahit saat mengetahui sang istri dijodohkan oleh keluarganya dengan pria kaya raya.
Hal yang menyakitkannya, sang istri menerima perjodohan itu dan berniat melangsungkan pernikahan meskipun mereka belum sah bercerai.
Semua itu karena Arya dianggap pria miskin dan tak layak mendampingi Tafasya yang cantik dan memiliki body sempurna.
Akan tetapi, dibalik semua itu, ternyata Arya sedang menyembunyikan jati diri yang sebenarmya. Siapakah Arya,?
Bagaimana kisah selanjutnya, maka ikuti novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode-32
Rayan terbangun dari tidurnya. Ia terlihat bingung saat melihat seseorang tidur dengan mendekapnya, tepat disisi kirinya.
Sesaat ia menyadari jika wanita itu adalah seseorang yang telah menyelamatkan hidupnya.
"Uhuuuk," ia terbatuk untuk membangunkan wanita muda itu.
Jasmine tersentak, lalu menggeliatkan tubuhnya dan menatap sang bocah. "Kamu sudah bangun?" tanyanya dengan mengulas senyum ramah, sehingga membuat sang bocah merasa nyaman.
Rayan menganggukkan kepalanya. Jujur saja ia sangat nyaman dengan sang wanita, apalagi terlihat perhatian yang diberikan tulus adanya.
Rasa rindu pada belaian seorang ibu, membuatnya merasa terobati. "Ayo mandi," ajak sang wanita, lalu menggendong sang bocah turun dari ranjang. Ia menyiapkan air mandu hangat dan meminta Rayan untuk mandi.
"Kamu mandi dulu ya, nanti bunda siapkan sarapan dulu didapur," ucapnya dengan begitu halus. Tentu saja hal itu membuat sang bocah yang masih trauma akan peristiwa semalam merasa aman.
Rayan mengangguk patuh, lalu membersihkan dirinya.
Jasmine beranjak dari kamarnya, lalu menuju dapur untuk memasak. Entah apa yang membuatnya begitu menyukai Rayyan, entah karena parasnya yang sangat tampan, atau juga mungkin karena ia anak tunggal sehingga tidak pernah merasakan memiliki seorang saudara, atau juga entah hatinya yang tertaut saat melihat bocah tersebut.
Ia membuat sarapan roti panggang dengan selai coklat dan segelas susu untuk bocah tersebut.
Sementara itu, Rayan sudah selesai dengan mandinya. Ia begitu mandiri untuk mengganti pakaiannya dan merapikan rambutnya, sebab selama ini ia terbiasa demikian, karena Tafasya sang ibu tak pernah memperhatikannya.
Ia merapikan tempat tidur, dan meletakkan pakaian kotor dikeranjang. Saat ia akan menjemur handuknya, tanpa sengaja ia melihat sebuah pakaian yang terlihat robek dibagian lengannya. Ada bercak da-rah yang sudah mengering dan sulit dihilangkan meski sudah dibersihkan.
Rayan menyentuh pakaian itu. Hatinya bergetar saat kulitnya merasakan serat kain tersebut.
“Ayah,” gumannya lirih.
Entah mengapa hatinya begitu sangat dekat saat menyentuhnya, dan ia menyudahi lamunannya saat Jasmine memanggilnya.
“Ayo turun, kita sarapan,” ajak wanita itu dengan senyum sumringah.
Akan tetapi ia tercengang saat melihat kondisi kamar yang rapih dan terta pada tempatnya.
Ia sungguh tak menyangka jika bocah itu begitu sangat mandiri. Meskipun usianya masih lima tahun, akan tetapi tindakannya sudah begitu dewasa, bahkan ia merapikan tempat tidur tanpa dipinta.
Kekaguman Jasmine pada bocah tersebut semakin bertambah dan bertumbuh.
Bocah itu melepaskan pakaian tersebut, lalu ikut turun ke lantai dasar untuk sarapan bersama wanita yang ingin dipanggil bunda.
*******
Hari semakin gelap. Seorang pria mengendarai mobilnya menuju sebuah tempat perjudian yang mana semuanya telah dibeking oleh aparat yang berkhianat untuk memuluskan bisnis haram tersebut.
Setibanya ditempat. Ia melihat pintu yang terbuat dari plat besi yang cukup tebal dan setiap pengunjung akan mendapatkan pemeriksaan jika hendak memasukinya.
Arya memperhatikan setiap pengunjung yang datang. Ia melihat seorang wanita turun dari dalam mobil dan hal itu ia manfaatkan untuk dapat masuk ke dalam.
Arya menghampirinya, dan membisikkan sesuatu. Lalu wanita itu kepalanya.
Keduanya berjalan menuju pintu masuk yang harus melalui pemeriksaan terlebih dahulu.
Wanita itu menggandeng Arya, dan ia memperlihatkan kartu membernya “Dia bersamaku.” Lalu menunjuk ke arah Arya.
Penjaga itu memeriksa kartu milik sang wanita dan menganggukkan kepalanya, lalu mempersilahkan Keduanya untuk masuk dan membuka pintu.
Arya mengulas senyum datar lalu melepaskan gandengan tangannya pada sang wanita, lalu mereka berpisah arah.
Arya menuju sebuah koridor dan berjalan bersama para pengunjung yang berlalu lalang.
Setibanya didepan sebuah pintu, terlihat beberapa pria sedang bermain kasino dan mereka terlihat begitu sangat serius.
Arya memandang kearah mereka dan mencari seseorang yang menjadi targetnya.
Seorang pria berkepala plontos dengan tubuh tegap dan terlihat sedang mengawasi permainan yang sedang berlangsung.
Arya berjalan masuk dan menghampiri pria tersebut, lalu tanpa mengatakan apapun, ia melayangkan tinjunya pada pria berkepala plontos itu, dan...,
Buuuuuk...,
Tinju tepat mengenai bibir lawannya, hingga membuat sang pria itu terhuyung kebelakang.
Ia menggeram dan menyeka cairan pekat yang mengalir dari sudut bibirnya. Para pengunjung yang sedang bermain judi berhamburan keluar, bahkan beberapa wanita penghibur yang menemani para pejudi berteriak ketakutan dan ikut keluar ruangan.
Sedangkan pria yang menjadi sasaran Arya menatap penuh amarah saat melihat siapa yang telah membuatnya terluka.
"Dasar kau, brengsek!" makinya dengan kesal.
Pria berkepala plontos itu bergerak cepat dan membalas serangan yang dialkukan oleh Arya. Akan tetapi pria yang sedang mengalami kekacauan hati itu memutar tubuhnya dan memberikan tendangan telak dibagian dada sang lawannya.
Sang pria botak terpental ke lantai. Melihat hal tersebut. Beberapa bodyguard masuk ke dalam ruangan dan mereka menyerang Arya secara bersamaan.
Akan tetapi, hal tersebut tak membuat Arya gentar. Rasa kehilangan akan puteranya membuat ia gelap mata.
Salah satu diantara mereka menarik pelatuk pada senjata apinya.
Arya yang menyadari akan hal itu, menarik sebuah kursi, lalu membuat penghalang bagi timah panas tersebut untuk menyentuh kulitnya.
Beberapa orang ikut menyerang, dan kuris yang sedang dipegangnya ia ayunkan kesana kemari untuk membuat benteng diri.
Saat pria bersenjata api itu kembali menarik pelatuknya, Arya melemparkan kursi tersebut kearah lawannya dan hal itu berhasil membuat sang pria terpental kebelakang dan senjata api miliknya terjatuh ke lantai.
Saat mereka menyerang secara bersamaan, Arya meraih botol whisky yang ada didekatnya, dan ia menjadikannya sebagai senjata untuk melukai lawannya.
Dua orang tumbang dilantai dan ia terus memberikan serangan pada sisa lawannya, hingga pria berkepala plontos itu terdesak dibawah ancaman botol kaca yang pecah.
"Dimana Tomy!" ia mengancam pria itu dengan botol pecah dileher lawannya.
"Pergi ke luar negeri untuk mengobati betisnya yang kau tembak kemarin!" jawabnya dengan terengah.
Arya menatapnya dengan tajam dan.penuh intimidasi. "Dimana puteraku!" ia menekan botol kaca itu hingga menyentuh urat leher lawannya.
"Puteramu yang mana?!" pria itu balik bertanya dengan nada bingung.
"Kau jangan bermain-main denganku, atau aku akan mengirimmu keneraka!"
Pria berkepala plontos.semakin bingung. "kau gila! Kami tidak ada misi untuk menculik anak siapapun!" jawab pria itu bersungguh.
Arya melihat tak.ada kebohongan dimata pria tersebut. Akan tetapi jika bjkan Tony yang menculik Rayan, lalu siapa?" Arya semakin kacau. Ia tak dapat membayangkan bagaimana nasib puteranya saat ini, pasti dalam kondisi ketakutan dan juga kelaparan.
Ia melepaskan pria yang menjadi lawannya dengan kasar. Lali melemparkan botol kaca itu sembarang arah.
Nafasnya begitu memburu. Rasa khawatir akan puteranya semakin begitu kuat.
Ia melangkah meninggalkan ruangan tersebut setelah membuat kekacauan yang begitu besar.
ini pas banget, ini menunjukkan jika tafasya yg sekr bukanlah tafasya yg dulu
terima kasih thor