Kultivasi Supreme
Langit tampak kelabu saat Han Zekki melangkah memasuki wilayah sekte-sekte besar. Gerimis tipis menyentuh kulitnya yang dingin, tapi dia tidak memedulikan itu. Sudah terlalu sering dia menyaksikan kekerasan dan keserakahan di dunia kultivasi. Bukan hal yang mengejutkan, namun tetap saja membuatnya merasa muak. Sambil mengenakan jubah lusuh berwarna cokelat gelap, Zekki mesnyembunyikan auranya dengan rapat, hanya tampak seperti kultivator tingkat Penempaan Dasar—kultivasi paling rendah di dunia ini.
"Entahlah… rasanya aneh," pikirnya dalam hati. Sudah lama dia tak menginjakkan kakinya di tempat ramai. Sejak mencapai tingkatan Supreme Surgawi, ia menghabiskan sebagian besar waktunya dalam pengasingan, merenungi arti kekuatan dan apa yang akan dia lakukan dengan kemampuan yang diberikan padanya.
Namun kali ini, ada tujuan yang berbeda. Ia datang untuk mengamati, mengukur kekuatan sekte-sekte besar yang telah lama menindas yang lemah, dan mungkin... menyusun rencana. Rencana untuk menciptakan dunia baru, sekte baru, tempat di mana mereka yang terbuang bisa belajar tanpa tekanan.
Saat melangkah lebih jauh, tiba-tiba telinganya menangkap suara keributan dari arah pasar desa. Dia berhenti sejenak, menghela napas. "Kita mulai lagi..." gumamnya, dengan nada lesu. Meski sudah sering ia temui, adegan seperti ini tetap membuatnya tak nyaman. Dengan langkah tenang, ia menghampiri kerumunan.
Di tengah-tengah pasar, tampak seorang pria paruh baya terjatuh, tubuhnya gemetar sambil memohon pada seorang kultivator berpakaian jubah biru dengan lambang Sekte Langit Timur. Pria itu tampak lemah, wajahnya penuh luka lebam.
"Aku mohon... jangan ambil semuanya. Ini... ini satu-satunya yang tersisa untuk keluargaku," pinta pria itu dengan suara parau.
Kultivator muda dari Sekte Langit Timur itu tersenyum sinis, tatapannya merendahkan. "Heh, kau pikir aku peduli pada keluarga rendahan sepertimu? Kau harusnya merasa beruntung aku hanya mengambil ini. Kalau bukan karena belas kasihanku, nyawamu mungkin sudah melayang!"
Zekki mengerutkan kening, dadanya bergejolak. Ketidakadilan ini begitu nyata di depan matanya, namun tak ada satu pun dari orang-orang di sekitar yang berani melawan. Mereka semua hanya menunduk, takut pada kekuatan dan status sekte besar itu.
"Tsk… sama saja di mana-mana," batinnya dengan kecewa. Meski enggan terlibat, ada sesuatu dalam dirinya yang mendesak untuk bertindak. Akhirnya, ia maju mendekat dengan langkah santai, memasang wajah tak peduli.
Kultivator dari Sekte Langit Timur itu menyadari kehadirannya dan melirik dengan tatapan penuh kecurigaan. "Hei! Kau... siapa kau berani mendekat seperti itu?"
Han Zekki tidak langsung menjawab. Dia hanya tersenyum tipis, dengan mata yang tampak tenang namun tajam. "Hm... kau terlalu bising untuk seseorang yang menyebut dirinya kultivator. Kau membuat telingaku sakit," jawabnya datar, nyaris seperti gumaman, namun cukup keras untuk didengar oleh semua orang di sekitarnya.
Kerumunan yang awalnya diam sontak menahan napas. Mereka tak menyangka ada seseorang yang berani berbicara begitu santai pada kultivator Sekte Langit Timur. Kultivator muda itu terlihat marah. Dia menghentakkan kakinya dan menghunus pedangnya.
"Kau mencari mati, bocah rendahan!"
Zekki hanya mendesah pelan, seolah tak terkesan sama sekali. "Aku? Mencari mati? Entahlah... rasanya sih kau yang datang dengan niat buruk," katanya sambil tersenyum kecil.
Mata kultivator itu menyipit, lalu ia menerjang dengan serangan penuh amarah. "Mampus kau!"
Dalam sepersekian detik, Zekki mengangkat tangannya perlahan, dan seberkas cahaya gelap samar muncul di ujung jarinya. Dia menggunakan Void Slash, meskipun hanya sebagian kecil kekuatannya, cukup untuk membuat sang kultivator terkejut.
Tiba-tiba, ruang di antara mereka seperti terkoyak, dan dalam sekejap, serangan pedang dari kultivator Sekte Langit Timur itu terhenti. Tanpa disadari, bilah pedangnya telah terpotong rapi di tengah-tengah, dan sisa tebasannya menghilang seolah ditelan oleh kehampaan.
"Apa... apa yang terjadi?!" Kultivator itu mundur beberapa langkah, wajahnya berubah pucat.
Zekki menatapnya dengan tatapan dingin. "Seranganmu terlalu kasar. Kau takkan bisa menyentuhku dengan keahlian setingkat itu," katanya ringan, seolah-olah baru saja mengomentari cuaca.
Di sekeliling mereka, orang-orang mulai berbisik-bisik. Mereka bingung, tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka saksikan. Seorang pria berpenampilan sederhana, yang terlihat seperti kultivator kelas rendah, berhasil menaklukkan anggota Sekte Langit Timur tanpa berkeringat.
Kultivator muda itu, masih terkejut, berusaha menyusun kembali keberaniannya. "Kau... kau pikir bisa lolos setelah mempermalukan Sekte Langit Timur?! Akan kubuat kau menyesal!"
Zekki mengangkat bahu, tampak tidak peduli. Namun di dalam hatinya, ia tahu bahwa tindakannya ini mungkin akan menarik perhatian yang tidak diinginkan. "Ya, ya. Kau bisa mencoba," jawabnya dingin.
Kultivator itu kembali menyerang, namun kali ini, Zekki memutuskan untuk tidak membiarkan lawannya bergerak lebih jauh. Dengan gerakan tangan yang nyaris tak terlihat, ia membuka celah kecil di ruang di sebelahnya, memanggil bayangan hitam yang tiba-tiba muncul dari kehampaan.
Sebuah monster tingkat Soldier, dengan tubuh besar dan berwujud menyeramkan, muncul di hadapan kultivator Sekte Langit Timur. Matanya berkilat merah, siap menghancurkan apapun yang ada di hadapannya.
"W-waa... apa ini?!" Kultivator itu mundur ketakutan, wajahnya pucat pasi.
Monster itu menggeram pelan, mengeluarkan suara rendah yang membuat tanah di sekitarnya bergetar. Zekki memberi perintah hanya dengan tatapan matanya, dan monster itu maju mendekati kultivator yang sekarang gemetar ketakutan.
"Aku... aku mohon... ampun!" pria itu akhirnya jatuh berlutut, kehilangan semua keberaniannya. "Tolong... aku hanya mengikuti perintah!"
Han Zekki menatapnya tanpa ekspresi. "Kau tahu... kadang aku merasa orang seperti kau inilah yang paling merusak dunia ini. Kalian seenaknya menindas yang lemah, dan begitu merasa terancam, langsung memohon ampun."
Pria itu hanya bisa menunduk, gemetar ketakutan.
Akhirnya, Zekki menarik kembali monster itu ke dalam celah dimensi. Kerumunan yang menyaksikan adegan tersebut mulai bergemuruh, ada yang tampak kagum, ada pula yang tampak ketakutan. Mereka tahu bahwa pria sederhana di depan mereka ini bukanlah kultivator biasa.
Sebelum pergi, Zekki menatap pria paruh baya yang tadi ditindas. "Ambil kembali barang-barangmu, Pak Tua. Dan lain kali, jangan terlalu mudah menyerah."
Pria tua itu tampak terkejut. Namun, ia hanya bisa menunduk dalam rasa terima kasih, tidak tahu harus berkata apa. "T-terima kasih... terima kasih, Tuan," ujarnya terbata-bata.
Zekki mengangguk kecil, lalu berbalik meninggalkan kerumunan. "Hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan hanya dengan menindas sesama," gumamnya pelan, lebih untuk dirinya sendiri.
Saat berjalan menjauh dari keramaian, bayangan masa lalu melintas di benaknya. Saat itu, ketika ia masih muda dan lemah, ia pun pernah berada di posisi pria tua tadi—dilecehkan, dipandang rendah, dan ditindas tanpa daya. Tapi sekarang, semua itu sudah berbeda. Sekarang ia memiliki kekuatan, dan ia tahu bahwa kekuatan ini harus digunakan untuk sesuatu yang lebih besar.
"Mungkin... sudah waktunya untuk mulai," pikirnya, dengan tekad yang semakin kuat di dalam hati. Tujuannya jelas: membangun sekte yang tidak terjebak oleh keegoisan dan politik busuk. Dan ini hanyalah awal dari perjalanan panjang yang akan ia tempuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Mayo Cute
cemingut omm eh abanggg lanjut wiii/Hey/
2024-11-01
8
Kenzhy
template banget setiap cerita fiksi timur wkwk
2024-11-01
6
UNieew^
yahh udah bersamung aja bezirr/Scream/
2024-11-01
3