Pembaca baru, mending langsung baca bab 2 ya. Walaupun ini buku kedua, saya mencoba membuat tidak membingungkan para pembaca baru. thanks.
Prolog...
Malam itu, tanpa aku sadari, ada seseorang yang mengikuti ku dari belakang.
Lalu, di suatu jalan yang gelap, dan tersembunyi dari hiruk-pikuk keramaian kota. Orang yang mengikuti ku tiba-tiba saja menghujamkan pisau tepat di kepalaku.
Dan, matilah aku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. True Love
Saat aku membuka mataku, aku terbangun di suatu tempat yang sangat asing. Tempat itu sangat terang, sehingga membuat mataku silau dan terasa perih. "Aduh." Aku mengerang keras ketika mencoba untuk berdiri. Tapi, badanku sangat sulit untuk di gerakkan. Butuh beberapa kali usaha keras, akhirnya aku bisa bangun, dan duduk. Ternyata, aku sedang berada di rumah sakit. Lambat laun, kejadian di Ba'an kembali teringat sehingga membuat kepalaku terasa berputar hebat. Aku pun langsung terkapar di kasur rumah sakit yang tidak nyaman.
"Riyon!!" teriak seseorang dari arah pintu masuk kamar pasien yang aku tempati. Lenny, dia menatapku dengan penuh perhatian. "Kamu sudah siuman!!" dia berlari dan langsung memeluk erat lenganku. "Syukurlah. Aku pikir... Aku pikir... Kamu juga akan seperti yang lain." lalu, dia menangis sejadi jadinya sambil memeluk erat tubuhku.
Aku balas pelukannya. "Apa yang sudah terjadi?" tanyaku. "Aku... Aku...."
"Angga, Dika dan kak Cikita. Dia... Dia menjadi korban pembunuhan di kampung mati yang ingin kalian explore satu bulan yang lalu."
"Korban? Korban apa? Lalu, Satu bulan yang lalu? Apa maksudmu?"
"Tidak sekarang, lebih baik kamu istirahat dulu. Kamu lebih dari satu bulan koma. Lebih baik kamu tidak memikirkan hal hal yang berat dulu." Lenny melepaskan pelukannya, tapi dia tidak menjauh dariku. Dia tetap di tempatnya duduk tadi, sehingga wajahnya begitu dekat dengan wajahku. Baru kali ini aku menyadari kalau Lenny begitu cantik. rambutnya sudah lebih panjang dari terakhir kali aku melihatnya. Matanya yang sembab, dan hidung pipinya yang memerah karena menangis malah membuatnya terlihat lebih cantik dari yang aku ingat.
"Apa yang sudah terjadi di sana? Ayu!!! Bagaimana dengan Ayu?" aku benar benar melupakan dia.
"Dia baik baik saja. Kamu memeluknya begitu erat saat kami menemukan kalian."
"Sekarang dia ada di mana?"
"Mentalnya terganggu. Dia.... Dia... Dia takut dengan semua orang tanpa terkecuali. Sehingga dia harus di suntik obat penenang sebelum dia di beri makan secara paksa."
"Apa maksudmu? tolong, ceritakan semuanya. Lenny!"
"Baik. Tapi, setidaknya kamu istirahat lah dulu. Sekarang sudah malam, aku juga harus istirahat sedikit. Besok, aku ceritakan semuanya. Oke?"
Aku menyerah dan menidurkan tubuhku sekali lagi di ranjang rumah sakit yang tidak nyaman itu. Lenny tersenyum sedikit ketika melihatku telah menurutinya. Lalu, dia membuka tasnya, lalu mengeluarkan selimut tipis, dan menggelarnya di lantai. Dan dia langsung tidur di sana.
Satu bulan aku koma? Selama itu? Lalu, siapa yang menjagaku selama ini? Apakah Lenny? Lalu, korban. Korban apa yang dia maksud? Apakah Angga dan yang lain datang ke Ba'an setelah aku kehilangan kesadaran dan mereka juga di bunuh oleh Bogel?
Lalu, Cikita juga? Cikita... Saat nama itu muncul dalam pikiranku. Wajahnya yang cantik juga langsung muncul dalam benakku, dengan senyumannya yang indah, tawanya yang menular, dan egoisnya dia kalau menyuruh. Walaupun dia sering sekali berbuat iseng kepadaku. Tapi, aku menyukai dia, aku menganggapnya seperti kakak Perempuanku. Apakah dia saat itu datang untuk menolong ku dan Pak Kumis?
Benarkah mereka benar benar telah tiada?
Dan sekali lagi aku membawa mala petaka dan kematian untuk orang orang yang aku sayangi. Apakah kutukan itu masih belum hilang? Lalu, bagaimana denganku yang selamat ini? Aku ingat bagaimana rasanya di bacok oleh Bogel tepat di kepalaku. Apakah kutukan tidak bisa mati masih ada?
Kepala?
Tunggu!!
Aku meraba kepalaku, ada perban yang melilit di sana. Aku sama sekali tidak menyadarinya tadi. Lalu, saat aku ingat bahwa Bogel juga menusuk mata kananku. Tiba tiba mata kananku berdenyut dan saat aku menyentuh bagian itu, aku menyadari kalau bola mataku telah hilang dari tempatnya.
Tubuhku langsung bergetar hebat, dan keringat dingin mulai bercucuran deras di sekujur tubuhku. Aku kehilangan satu bola mata!! Aku akan menjadi orang cacat!!! Seumur hidup!!! ?
Nex
Aku tertidur dengan tidak nyaman. Bermimpi aneh aneh. Dan ketika aku bangun, pagi sudah datang. Lenny menyeka tubuhku dengan air hangat. "Hei. Selamat pagi." katanya saat melihatku bangun dari tidurku yang tidak nyenyak. "Apakah aku membangunkan mu?"
"Tidak. Aku bersyukur sudah terbangun. Aku mimpi buruk." Jawabku. "Selamat pagi juga. Terima kasih sudah merawat ku."
"Sama sama. Siang ini, Pak Kumis akan menjenguk mu. Jadi, aku rasa kamu akan mendengar semua cerita dari beliau."
"Baik. Aku akan bersabar sampai nanti siang." di saat itulah makan pagi untukku datang. Lenny menyuapiku dengan lembut. Sesekali dia membersihkan bibirku yang belepotan makanan. "Kamu baik sekali, Len. Maaf telah merepotkan kamu."
"Sudahlah, jangan bilang merepotkan merepotkan terus. Aku melakukannya dengan senang hati. Di kasus warungku, kamu membantuku dengan paksaan ku. Sekarang saatnya aku membalas kebaikanmu saat itu."
"Aku bisa makan sendiri."
"Hahaha. Untuk mengangkat tanganmu saja kamu kesulitan. Bagaimana kamu bisa memegang sendok? Sudahlah, biarkan aku menyuapimu."
"Aku kehilangan dirimu yang tomboi lho." dia langsung memukul kepalaku, tapi sangat pelan. "Aduh, kepalaku langsung bocor!"
"Kamu ini. Jangan bercanda donk." dia langsung menangis. "Aku mengkhawatirkan kamu tau. Kamu malah bersikap bodoh seperti ini. Menyebalkan sekali."
"Maaf, sudah menjadi kebiasaan buruk ku. Aku selalu tidak bisa di ajak serius dalam segala hal." aku menunduk tidak berani menatap wajahnya.
"Tapi, itulah yang paling aku suka dari kamu." Kaget dengan jawabannya tadi. Aku langsung menatap wajahnya, di saat itulah dia mencium bibirku. "Aku menyukaimu Yon. Tapi, aku tau kalau kamu menyukai Levi.
Ahahah.. Lupakan. Lihat, suasana jadi canggung begini. Nih, satu suapan terakhir. Aaaa."
"Terima kasih, Len. Aku sudah menyerah dengan Levi. Aku juga menyukaimu, aku menyukaimu dimulai saat kamu mulai mendekatiku untuk meminta tolong. Setiap kali bertemu, semakin besar pula sara suka ke kepadamu. Semakin hari semakin besar, dan tidak tertahankan."
"Kamu.. Kamu mau jadi..."
"Ya. Aku mau jadi pacarmu." Aku diam sesaat. "Bagaimana dengan Dika?"
"Yon. Aku mendekati dia supaya bisa bertanya tentang kamu. Aku sudah lama menyukaimu, jauh sebelum aku mengenalmu dengan baik. Mulai dari kelas satu SMP. Jadi, dia tidak ada masalah. Lagi pula...."
"Lagi pula?"
Tapi, dia tidak menjawab. Dia membereskan piring kotor dan menaruhnya di wastafel di ujung ruangan.
Nex
Lenny sepanjang pagi, memelukku sambil berceloteh tentang sekolah. Bagaimana keseruan rencana kelulusan kami akhir tahun ini yang tinggal beberapa bulan lagi. Dan rencana tour wisata ke Pulau Lombok khusus untuk kelas kami. Lalu dia bercerita tentang warungnya yang semakin lama semakin ramai, sehingga dia sedikit kuwalahan dan memintaku membantunya ketika aku sembuh nanti. Juga cerita saat dia masih kecil di kota asalnya.
Aku menikmati semua ceritanya. Mendengarkannya dengan sebaik mungkin, mencoba mengingat semua kata katanya agar dia tahu kalau aku benar benar memperhatikan setiap kata katanya. Lalu, dia tertidur di pelukanku ketika jam menunjukkan pukul setengah delapan pagi.