NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Sekali Lagi

Cinta Untuk Sekali Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Cinta Murni
Popularitas:557
Nilai: 5
Nama Author: Aninda Peto

Aulia Aisha Fahmi Merupakan sepupu Andika, mereka menjalin cinta tanpa sepengetahuan orang tua mereka. Andika adalah cinta pertama Aulia dan ia begitu mencintainya. Namun, kejujuran Andika pada ayahnya untuk menikahi Aulia ditentang hingga Andika perlahan-lahan hilang tanpa kabar.

Kehilangan Andika membuat Aulia frustrasi dan mengunci hatinya untuk tidak menerima pria lain karena sakit di hatinya begitu besar pada Andika, hingga seorang pria datang memberi warna baru di kehidupan Aulia... Akankah Aulia bisa menerima pria baru itu atau masih terkurung dalam masa lalunya.

Penasaran dengan kisah selanjutnya, yuk ikuti terus setiap episode terbaru dari cerita Cinta untuk sekali lagi 😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aninda Peto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 12

"Aku tidak akan berhenti untuk selalu mencintaimu, walaupun engkau masih tersesat dalam ruang masa lalu, aku akan selalu setia menunggu. Jika, hatimu tidak dapat kugapai di dunia nyata maka aku dapat menggapainya di dunia lain dalam aksara sastra yang kutulis"

Di bawah sinar Candra yang mulai redup tertutup kabut hitam, hingga tak memancarkan cahaya yang sempurna, seorang pria memandanginya dari balik jendela kamar yang terbuka lebar. Embusan angin meniup masuk dan menerpa kulit manusia itu yang tanpa mengenakan baju.

Antara suka dan duka terpancar di wajahnya yang elok, ia menatap bulan penuh gulana. Sorot matanya penuh kerinduan yang tak terbendung, kepada sosok yang menari-nari dalam pikirannya.

"Cintaku semakin meledak-ledak, ingin sekali kudekap tubuhnya dan tak akan pernah kulepaskan dirinya... Perasaan ini membuatku hampir gila dan ingin selalu dekat dengannya. Aku ingin membangun dunia paralel yang hanya aku dan dia tinggal di sana, tanpa seorang pun yang mengganggu... Aku benar-benar gila sekarang" Pria itu tertawa kecil menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kewarasannya karena cinta.

Pria itu masih berdiri dengan bibir melengkung tipis yang memperlihatkan dua pesona yang tercetak jelas di pipinya.

Sementara itu, di sisi lain. Aulia berdiri di dekat jendela yang terbuka, entah sejak kapan ia mulai menyukai malam dan merindunya tatkala matahari baru saja menyapa. Perempuan yang berusia tujuh belas tahun itu akan selalu tersenyum kala malam telah hadir dan kemudian menatap bulan yang memancarkan sinarnya. Perlahan-lahan bibir tipis itu mengukir sebuah senyuman yang semakin melebar dengan kerutan di sudut matanya.

Aulia melipat kedua tangannya di atas dasar kayu jendela, kemudian ia rebahkan kepalanya di atas tangannya yang dijadikan sebagai alas. Matanya mulia tertutup merasakan hawa malam yang begitu sejuk.

"Ternyata aku masih merindukannya, setiap malam batin ini begitu tersiksa karena harapan yang tak kunjung kudapat, harapan untuk sekadar bertutur sapa dengannya walau tak mungkin bersama. Aku sungguh merindukannya, aku merindukan si bajingan dari pemilik hati ini"

"Ahh" Aulia mendesah berat ingin sekali melayangkan bogeman pada bajingan itu agar tak lagi mengganggu perasaannya.

"Lebih baik aku tidur karena besok aku harus ke sekolah" Tutur Aulia mulai menutup jendela kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Di malam yang sangat panjang, dua insan manusia saling meratap kerinduan pada orang yang di cintai dan tertidur karena kelelahan atas rindu yang belum tersampaikan, sampai sang mentari mulai menampakkan dirinya di ufuk Timur dan malam pun perlahan-lahan sirna digantikan oleh siang dengan cahayanya yang sangat terang.

Aulia telah rapi dengan setelan olahraga, hari ini adalah hari sabtu tak lupa ia membawa sapu lidi karena ada kegiatan kerja bakti di sekolah. Laki-laki dianjurkan untuk membawa parang atau golok sementara perempuan membawa sapu lidi. Kegiatan yang akan mereka lakukan di sekolah SMA Negeri 4 Waesala itu adalah memangkas rumput yang sudah tinggi di halaman sekolah, sebab bangunan sekolah berada di daerah perkebunan warga.

"Ayah, ibu , aku pamit ke sekolah dulu... Oh iya aku bawa sapu ini yah Bu" Ucap Aulia mencium punggung tangan kedua orang tuanya tak lupa memberi salam sebagai bentuk kesadaran seorang muslim.

"Hati-hati yah nak" Aulia mengangguk dan mulai melangkah pergi meninggalkan rumah berdindingkan triplek tanpa polesan apa pun. Hingga ia melewati gerbang sekolah dasar dan mendapati seseorang tengah menunggunya dengan senyum yang merekah. Aulia menghentikan langkahnya dan sedikit terkejut melihat pria itu.

"Kenapa kau di sini? Kau berjalan dari rumahmu dan menghampiri ku? Apa kau gila, rumahmu sangat jauh" Tanya Aulia mulai meredakan rasa terkejutnya dan menghampiri pria itu yang tak lain adalah Ryan. Padahal jarak antara rumah Aulia dan Ryan sangat jauh, mungkin berkisar dua kilo meter, tetapi pria itu seakan tak peduli asal dirinya dapat bertemu dengan kekasih yang baru saja terjalin.

"Rinduku yang tak tertahan hingga membawaku ke sini... Kau tahu, bahwa rindu sangat menyiksa. Selagi masih berada di waktu yang sama dan di Bumi yang sama, sejauh apa pun kamu, aku tetap akan menemuimu" Jawab Ryan penuh puitis. Aulia yang mendengarnya hanya memutar bola mata malas tatkala kalimat yang menyanjungnya keluar begitu luwes dari mulut Ryan.

"Terserah kamu" Aulia berjalan di sisi setapak sambil membawa sapu dan Ryan berjalan di sampingnya sambil menggenggam golok di tangan kanannya. Mereka mulai berjalan tanpa suara. Namun, lirikan mata Ryan tak pernah bolos dari wajah Aulia yang semakin ditatapnya semakin membuat cintanya kalang kabut.

"Aku semakin takut pada cintaku yang semakin gila, takut cintaku menyakitimu" Bisik Ryan yang semakin bercampur aduk oleh dilema perasaan dan hasrat yang entah apakah itu masih sehat atau sudah sakit.

"Jangan terus-terusan menatapku, apa kau tidak takut kau akan menabrakkan dirimu pada pohon" Ucap Aulia yang sedari tadi bungkam. Sementara respon Ryan hanya tertawa kecil tanpa mengindahkan peringatan Aulia padanya. Bahkan jika sampai dirinya menabrak pohon mungkin itu adalah salah satu bukti cintanya pada perempuan itu.

Hanya kebisuan yang mewarnai langka kaki kedua anak manusia itu, tetapi tidak dengan pikiran mereka yang berkecamuk dan berseteru satu sama lain. Hingga tak terasa mereka telah tiba di sekolah.

Beberapa dari siswa mulai memangkas rumput dan menyapu halaman sekolah bahkan belum ada satupun guru yang datang, padahal waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi.

"Aku mau ke toilet, jangan ikuti aku" Ujar Aulia tegas karena jika tidak mengatakan hal itu mungkin saja Ryan akan mengikutinya, mendengar larangan Aulia membuat Ryan mengangguk dan mengurungkan niatnya untuk ikut. Entah sejak kapan dia seperti ekor yang akan selalu mengikuti kemana tuannya pergi

Tatapan Ryan terus tertuju pada Aulia bahkan ketika tubuh perempuan itu tidak lagi terlihat dan hilang di balik tembok bangunan sekolah, tatapan Ryan masih saja tertuju ke arah menghilangnya Aulia. Namun, ada satu tatapan tak suka dari seseorang yang mendelik kesal, tangannya terkepal kuat seakan menahan emosi yang akan meledak.

Lalu orang itu berjalan menuju toilet, di sana ia berdiri di luar pintu toilet seakan menunggu seseorang.

Tak berselang lama, Aulia keluar dari bilik toilet wanita, dan saat itu pula tangannya ditarik oleh orang itu menuju semak-semak yang tak jauh dari toilet. Aulia merasakan sakit pada pergelangan tangannya yang ditarik, bahkan ketika ia meringis kesakitan orang tersebut tak mempedulikannya. Hingga Aulia terjatuh di atas tanah akibat dorongan kuat dari perempuan asing.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu gila yah!?" Tanya Aulia dengan nada kesal, ia berdiri dan merapikan bajunya yang sedikit tersingkap ke atas.

"Kamu jadian kan dengan Ryan? Asal kamu tahu dia adalah milikku...lebih baik kamu menjauh darinya jika tidak, aku akan membuatmu hancur" Bisik perempuan itu di telinga Aulia membuatnya mengerutkan alisnya.

Aulia menatap perempuan di hadapannya dari kaki sampai kepala dan tersenyum mengejek.

"Apa hak kamu menyuruhku untuk pergi? Apa kamu ibunya Ryan? Atau tantenya atau neneknya? hahah kamu sangat lucu" Jawaban Aulia membuat wajah perempuan itu memerah karena marah.

"Mau kamu anak presiden sekalipun aku tidak pernah takut dan aku tidak akan memberikan milikku pada orang lain, jangan pernah mengganggu singa yang sedang tidur... karena bila bangun kamu tidak akan mampu menahannya, mengerti?" Setelah membisikkan kalimat penuh intimidasi, Aulia pergi meninggalkan perempuan itu dengan perasaan malu juga marah yang terpendam yang belum sempat diluapkan.

.

.

.

.

Lanjut part 13

1
Agus Tina
Baguus
Aninda Peto: makasih kak
total 1 replies
Dair Kasma
suka paragraf pertama
Dair Kasma
lanjut
Dair Kasma
aku suka kata diksi yang digunakan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!