"Ah, aku berada di mana?"
Sebuah tempat yang mengesankan! Sial, tapi ini bukan duniaku. Ini adalah dunia sihir! Tunggu, aku terjebak di dalam tubuh seorang pemuda hina yang memiliki sihir sama sekali.
Bodoh, kenapa aku ini mencintai seorang putri kekaisaran sedangkan aku bukan siapa-siapa?
Ahahaha tidak masalah, mari kita genggam dunia ini menggunakan sebuah kecerdasan yang luar biasa. Tidak apa-apa aku tidak memiliki sihir, tapi aku memiliki sebuah seni yang tidak dimiliki oleh orang lain.
Ini adalah dunia yang dipenuhi oleh pedang dan juga sihir. Kau tidak punya sihir? maka kau akan dikucilkan. Tapi mari kita lihat, bagaimana pemikiran dunia modern diterapkan di dunia yang tidak pernah menyentuh sains yang menakjubkan. Juga, mari kita taklukkan dunia ini dengan sebuah kecerdasan dan perkembangan teknologi yang luar biasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arachanaee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Harta Karun
“Kandungan tanahnya, ini hanya tanah biasa. Tidak memiliki mineral apapun. Apa aku terlalu percaya diri bahwa gunung ini memiliki kandungan mineral yang mengagumkan? Tidak, sepertinya terlalu awal untuk menyimpulkan.” Batin Kazuto saat dirinya berjongkok dan menganalisis tanah yang terkandung di dalamnya.
Ini sudah beberapa hari Kazuto telah mengeksplor pegunungan, akan tetapi dirinya sama sekali belum menemukan sesuatu hal yang begitu menarik.
Dia kemudian berdiri. Tapi saat itu juga, bulu kuduknya benar-benar merinding seperti ada yang mengawasi dirinya dari kejauhan. Dia melihat sekeliling dan aneh sendiri perasaannya.
Beberapa detik kemudian, seekor harimau yang bersembunyi di belakang tubuh Kazuto seketika melompat seolah tidak membiarkan mangsanya untuk pergi. Sayangnya, Kazuto tidak seremeh itu. dia berbalik badan dan menarik pedangnya secara langsung dan mengayunkan pedangnya tanpa berpikir panjang.
Apa yang terjadi? Sebuah pedang besi yang dia punya mengantam kuat kuku harimau. Anehnya, harimau itu bertahan walaupun kukunya sedang berhadapan dengan sebuah pedang yang begitu tajam. Kemudian, Harimau itu mundur, mengaum dengan kuat sambil menghentakkan kakinya.
Tanah tiba-tiba bergerak, Gelombang tanah melesat bagai gelombang air yang berderu, setiap butirannya tampak seperti peluru kecil yang siap menghancurkan tubuh Kazuto. Magical beast! Ya, itu adalah magical beast. Sudah berapa kali Kazuto sudah berjumpa dengan magical beast baik itu jinak maupun yang buas seperti harimau yang ada di depannya. Akan tetapi, serangan awalan itu membuat Kazuto harus melompat ke samping.
Kemudian, dia bergerak begitu cepat sembari mengayunkan pedangnya ke depan. Harimau itu sesegera mengeluarkan ayunan tangannya seolah hendak mencengkram lawannya tanpa ampun. Corak hitam merahnya yang gagah menunjukkan bahwa dia tidak ingin kalah seketika, maka dari itu, harimau buas dengan tipe magical ini sesegera melawan lawannya dengan kekuatan penuh saat tahu lawannya kuat walau tak memiliki sebuah sihir.
Pedang Kazuto terbanting ke bawah, salah satu kaki harimau melayang ke atas, membentuk sebuah ayunan vertikal guna melancarkan kekuatannya. Gundukan tanah, secara cepat membentuk tubuh Kazuto dengan cepat hingga dia terlempar ke belakang.
Kazuto segera berdiri. Tersenyum menyeringai hingga tampak gigi. Harimau ini bukan apa apa baginya. Tapi saat itu, sebuah kobaran api yang begitu besar melayang dan melesat ke arah harimau secara tidak terduga.
Harimau secara gesit menghindarinya ke samping. Mengayunkan tangannya ke depan, tanah tanah membentuk gundukan hingga terlempar menuju api tersebut. Pyarr! Ap itu pecah, namun dari sisi belakang, Harimau merasakan konflik yang luar biasa sehingga dia harus sesegera menghindar.
Helen muncul di sampingnya dari jarak yang begitu dekat. Harimau itu segera menyadari bahwa ada bencana yang akan dia hadapi. Api yang sulit untuk dikontrol langsung membakar dirinya. Tapi dia segera mindur ke belakang walau pada akhirnya hanya ekornya yang terbakar.
Dia melejit kesakitan, raungannya cukup membuat hewan lainnya menjauh, burung berterbangan tidak terduga dan lain sebagainya. Ini menimbulkan kawanan hewan yang lebih kuat akan muncul, tapi itu hanya kemungkinan bagi Laura. Yang mana dia dalam mode menghilangnya menusuk harimau tepat pada lehernya.
“Sangat berbahaya sekali. Tuan! Bukanlah sudah kubilang jangan pergi sendirian!” Helen benar-benar naik pitam sekarang.
Laura hanya diam sejenak, kemudian dia berkata secara singkat, “Anda benar-benar keras kepala tuan.”
Tapi memang benar apa yang dikatakan oleh Laura ataupun Helen. Hewan disini tampaknya masih terlihat normal, karena mereka hanya berada di lereng gunung. Bagaimana jika mereka bertemu dengan anomali yang mengerikan? Magical beast yang berbentuk tak seperti hewan pada umumnya? Maka mereka akan menjadi sangat merepotkan.
Entah ambisi apa yang Kazuto pikirkan, itu membuat Helen dan juga Laura merasa sangat kesal dengan pemimpin mereka. Tapi mau bagaimana lagi?
Kazuto tidak menjawab pertanyaan dari Helen atau mungkin Laura. Pedang yang dia gunakan alih alih untuk membunuh hewan, dia gunakan untuk mengikis kandungan tanah sembari berjalan.
“Apa yang Anda lakukan tuan?” Tanya Helen begitu penasaran.
“Jangan remehkan aku sebagai anak hukum. Aku tahu segalanya tentang dunia dan seisinya.”
“He?” Helen mengerutkan dahinya. Selain itu juga, dirinya dan juga Laura saling menatap karena saking tidak pahamnya apa yang Kazuto katakan.
“Maksudku, aku sedang mencari harta karun.”
“Harta karun? Seharusnya kita menduduk tanahnya bukan?” Laura menjawab dan bertanya secara bersamaan.
“Betul.”
“Lantas, kenapa Anda melakukan hal demikian?” Laura kembali bertanya.
“Harta karun yang kumaksud bukanlah sebuah peti yang di dalamnya ada koin emasnya. Tapi sebuah batu yang mungkin sangat berharga untuk manusia.”
“Maksud Anda seperti Auracite, atau mungkin Adamantite?” Helen menyentuh dagunya. Mencoba mencerna perkataan Kazuto bahwa dia sedang mencari batu berharga yang sangat berguna untuk manusia.
Mendengar hal itu, Laura langsung menyahut perkataan dari Helen, “Tapi itu kan batu yang sangat langka. Bahkan orang kaya di kekaisaran Sunflower sekalipun tidak memiliki benda-benda itu.”
“Auracite dan Adamantite? Apa itu?” Kazuto menghentikan langkahnya. Dia menoleh ke arah mereka berdua dengan wajah penuh pertanyaan. Selama dia hidup, baik di dunia modern atau di dunia ini, dia tidak pernah mendengar dua batu berharga itu.
Helen menghela napas, tak menyangka bahwa tuan mereka, yaitu Kazuto tidak mengerti tentang dua batu yang sangat berharga itu. Namun, dia menjelaskan dengan agak sedikit meremehkan. “Aku pikir tuan tahu segalanya. Ah, lupakan. Auracite itu adalah batu yang mampu menyerap cahaya matahari, yang kemudian mampu mengeluarkan sebuah energi yang begitu luar biasa. Aku pernah membaca ini dari sebuah buku.”
“Panel surya?” Batin Kazuto sambil mengerutkan dahinya. Bagaimana dengan Adamantite? Dia segera menanyakannya. “Bagaimana dengan yang satunya?”
“Itu adalah batu, yang diolah seperti besi, yang mana bisa dijadikan sebagai penangkal energi sihir berjenis serangan. Terkadang orang membuat menjadi sebuah perisai, atau sebuah zirah. Hanya saja, membuatnya harus melibatkan seorang yang memiliki kemampuan api yang cukup tinggi.”
Kazuto mengerutkan dahinya sambil menyentuh dagunya. Dia tersenyum kecil, seolah merasa ada sesuatu yang menarik dalam hati dirinya. Entah kenapa ini menjadi sangat seru. Bayangkan, dia bisa menciptakan beberapa teknologi dari beberapa mineralnya yang ada kaitannya dengan sihir, seperti Auracite yang dimana dirinya langsung terpikirkan pada sebuah panel surya.
Menjadikan sihir dan sains, tampaknya jauh lebih hebat dibandingkan dengan apa yang dia bayangkan sebelumnya. Akan tetapi juga tidak semudah yang dia bayangkan, sehingga dia harus bekerja tanpa tidur untuk mencapai apa yang dia inginkan.
Saat mereka naik lebih jauh lagi, seketika mereka menemukan lembah yang begitu besar, dengan padang rumput yang begitu luas. Tapi sepertinya mereka tidak menyadari bahwa mereka sudah naik begitu jauh hingga mereka berada dalam teritori anomali magical beast yang jauh lebih berbahaya.
Kazuto belum menyadarinya. Dia justru terpaku dengan dinding lembah yang memiliki permukaan yang begitu harus dan juga menawan. Secara bersamaan, matahari juga sudah redup, mungkin cahayanya sudah tertutup oleh lembah yang menjulang tinggi itu.
Helen dan Laura menggelar perapian. Tampaknya mereka harus beristirahat di tempat ini untuk melanjutkan tingkah tuannya esok hari. Beberapa daging magical beast yang telah mereka kumpulkan akan mereka bakar untuk memenuhi kebutuhan perut mereka.
Saat langit sudah begitu gelap, cahaya matahari benar-benar hilang bak ditelan bumi. Cahaya hanya digantikan oleh api unggun berwarna oranye yang menawan. Udaranya begitu tenang, sehingga Kazuto benar-benar menikmatinya sambil duduk dan bersandar dengan menahan tubuh menggunakan kedua tangannya.
Bummm!
ayo mampir juga dinovelku jika berkenan