[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Bukan untuk bercerai
"Saya punya satu permintaan," Shakila bicara tanpa melihat kearah laki-laki yang berjalan di hadapannya saat ini.
Zahra sangat bahagia setelah Abian memutuskan untuk menikahi Shakila. Karena matahari sudah mulai tenggelam, Zahra meminta Abian mengantarkan Shakila pulang setidaknya sampai ke parkiran.
Sebagai laki-laki yang paham dan mematuhi aturan agama, Abian berjalan lebih dulu diikuti oleh Shakila di belakangnya.
"Kita cerai setelah mba Zahra sembuh," ucapan Shakila berhasil membuat Abian menghentikan langkahnya.
Abian terpaksa setuju menikah dengan Shakila karena permintaan Zahra, tapi Ia tidak berniat untuk menceraikan Shakila meskipun Zahra sudah sembuh dari penyakitnya.
Allah SWT sangat membenci perceraian dan Abian tidak ingin melakukan hal yang dibenci oleh Tuhannya.
"Kita belum menikah tapi kamu sudah membicarakan perceraian dengan saya sekarang?" tanya Abian tanpa berbalik menatap perempuan yang berada di belakang tubuhnya.
Abian tidak menyangka dibalik diamnya Shakila ternyata Shakila memikirkan hal seperti itu. Perceraian adalah hal yang diizinkan, tapi sangat tidak dianjurkan karena itu perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah SWT.
"Jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini, kamu bisa bicara pada Zahra. Karena saya bersedia menikah denganmu bukan untuk bercerai."
Abian serius dengan ucapannya. Ia tidak akan menceraikan Shakila apapun yang terjadi, kecuali ada hal yang memang mengharuskan mereka bercerai.
"Baiklah," putus Shakila tanpa memberikan kepastikan bahwa dirinya akan menolak pernikahan ini atau menerimanya.
"Pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan, kamu tidak bisa bercerai dari saya jika sudah menjadi istri saya," tegas Abian.
Poligami bukan sesuatu yang mudah dilakukan, tapi Abian tidak akan menikah jika tujuan Shakila hanya untuk bercerai darinya setelah Zahra sembuh.
Abian tidak ingin memiliki dua istri, tapi Ia lebih tidak ingin melakukan sesuatu yang dibenci oleh Tuhannya.
"Ya, saya mengerti," Shakila masih belum memberi kejelasan apakah dirinya mau melanjutkan pernikahan ini atau tidak.
"Anda bisa kembali ke ruangan istri Anda, saya bisa pergi ke parkiran sendiri."
"Saya akan mengantarkanmu sampai ke parkiran, Zahra memang tidak melihat kita, tapi Allah maha melihat."
Sesaat Shakila merasa kagum terhadap Abian, tapi rasa kagumnya hanya sebatas rasa kagum sesama umat nabi Muhammad SAW.
Shakila kagum dengan rasa takut Abian terhadap Tuhan mereka. Membuatnya teringat dengan salah satu sahabat Rasulullah SAW yang paling Ia kagumi, Umar Bin Khattab.
Shakila tidak mengetahui sejarah islam dengan baik, tapi Ia mengenal Umar Bin Khattab sebagai sahabat Rasulullah SAW yang tegas dalam memisahkan yang hak dan yang batil.
"Ya, Anda benar."
Setelahnya tidak ada percakapan lagi antara Abian dan Shakila, mereka melanjutkan perjalanan sampai ke parkiran rumah sakit.
Malamnya, Shakila menghubungi orang tuanya dan memberitahu mereka bahwa dirinya akan menikah dalam waktu dekat. Ia sudah memutuskan untuk menikahi Abian dan menjadi istri kedua laki-laki itu.
Shakila meminta orang tuanya datang dari desa ke Bandung untuk menjadi wali, tapi ayahnya menolak datang dan mengatakan supaya Shakila mengajukan wali hakim ke pengadilan agama.
Shakila sedih mendengarnya. Ingin rasanya Ia merengek supaya ayahnya datang, namun sejak kecil Ia tidak pernah merengek pada orang tuanya.
-
-
"Shakila pasti sedih, kenapa tidak kita tidak datang ke pernikahannya?" tanya ibu Shakila.
Ayah Shakila tidak mengatakan apa-apa. Air matanya keluar begitu saja tanpa bisa ditahan. Ayah Shakila bahagia putrinya akan menikah, tapi kehadirannya di pernikahan Shakila pasti hanya akan membuat Shakila mengenang hal buruk.
Shakila pernah mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah menikah karena takut dengan pernikahan, takut memiliki suami seperti ayahnya yang suka selingkuh dan melakukan kekerasan.
Hati ayah Shakila sakit saat mengetahui putrinya mengalami trauma karena dirinya. Tapi Ia juga tidak bisa kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang sudah terjadi.
Sekarang, Shakila akhirnya mau menikah. Ayah Shakila tidak ingin kehadirannya di pernikahan putrinya hanya merusak kebahagiaan putrinya.
"Akan jauh lebih baik jika kita tidak datang," ucap ayah Shakila masih dengan air mata yang bercucuran.
-
-
Kabar bahwa Abian akan menikah lagi sudah terdengar oleh orang tua Abian. Baik ibu maupun ayah Abian tidak ada yang melarang Abian menikah lagi, mereka hanya mengingatkan supaya Abian berbuat adil.
"Seharusnya kalian melarang mas Abian menikah lagi," Adam nampak keberatan dengan keputusan orang tuanya membiarkan Abian menikah lagi.
Keimanannya benar-benar diuji karena tidak ada satupun do'anya yang dikabulkan oleh Allah SWT. Ia ingin menerima semuanya, tapi hatinya tidak bisa melakukan itu.
"Yang mau dimadu mba Zahra, kenapa kakak yang merasa terpukul?" tanya Adiba heran melihat Adam yang terlihat tidak terima Abian ingin menikah lagi.
"Itu karena..." Adam mengusap wajahnya kasar.
Sulit baginya untuk menjelaskan pada keluarganya bahwa dirinya tidak terima karena perempuan yang akan kakaknya nikahi adalah pujaan hatinya.
"Kendalikan diri kamu, Adam. Papah yakin mas kalian bisa bertanggungjawab terhadap istri-istrinya," ucap tuan Hanafi melerai perdebatan yang mungkin akan terjadi antara kedua anaknya.
"Ck, kalian tidak mengerti," Adam pergi meninggalkan rumah karena tidak ada satupun keluarganya yang mau mendengarkannya.
"Siapa yang tidak mengerti? kakak yang tidak mengerti situasinya, dasar!" Adiba meneriaki Adam karena merasa kakaknya itu tidak masuk akal.
Adam tahu alasan dibalik Abian mau menikah lagi, tapi kenapa Adam tidak bisa mengerti seperti Adiba yang mengerti situasi kakak mereka?
-
-
"Mas Abian?" gumam Shakila melihat seseorang yang begitu familiar sedang memperhatikannya dari luar.
Shakila sedang berada di butiknya sekarang. Sedang mengurus sesuatu yang perlu diurus sebelum menikah dengan Abian.
Shakila tidak bisa melihat dengan jelas siapa yang memperhatikannya diluar karena jarak diantara mereka, tapi orang itu terlihat seperti Abian.
"Sepertinya bukan mas Abian, untuk apa juga mas Abian datang kesini?"
Shakila berusaha untuk tidak peduli dengan orang yang terlihat sedang memperhatikannya itu. Mungkin saja orang itu sedang melihat sesuatu dan bukan melihat kearahnya.
Shakila sudah berusaha tidak peduli, tapi laki-laki yang sedang melihat kearahnya itu tidak kunjung pergi, bahkan setelah beberapa menit berlalu.
"Aku tidak mungkin salah, orang itu sedang melihat kearahku."
Shakila tidak salah. Orang yang terlihat sedang memperhatikannya itu memang sedang memperhatikan setiap pergerakannya. Orang itu bukan Abian, tapi Adam yang perawakannya mirip Abian.
"Tiga hari lagi kamu akan menjadi milik mas Abian, bagaimana aku bisa melupakanmu secepat itu?"
Rasanya Adam ingin menghampiri Shakila saat itu juga dan mengatakan bahwa dirinya menyukai Shakila. Tapi Adam berusaha menahannya karena tidak ingin kalah oleh perasaannya sendiri.
Jika memang ini yang terbaik, Adam akan berusaha mengikhlaskan pujaan hatinya untuk kakaknya. Ia yakin semua yang menjadi takdir Allah adalah yang terbaik meskipun tidak sesuai dengan hatinya.
"Perasaan ini ada karena Allah yang menghadirkannya, tapi aku juga harus mengikhlaskanmu karena yang Allah takdirkan untukmu bukan aku."
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁