"Kak, ayo menikah?" Vivi yang masih memakai seragam putih merah itu tiba-tiba mengajak Reynan menikah. Reynan yang sudah SMA itu hanya tersenyum dan menganggapnya bercanda.
Tapi setelah hari itu, Reynan sibuk kuliah di luar negri hingga S2, membuatnya tidak pernah bertemu lagi dengan Vivi.
Hingga 10 tahun telah berlalu, Vivi masih saja mengejar Reynan, bahkan dia rela menjadi sekretaris di perusahaan Reynan. Akankah dia bisa menaklukkan hati Reynan di saat Reynan sudah memiliki calon istri?
~~~
"Suatu saat nanti, kamu pasti akan merindukan masa kecil kamu, saat kamu terluka karena cinta..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
"Baik, aku akan menikah sama kamu dan kita pergi dari kota ini!" kata Lena pada akhirnya. Dia tidak ingin Arga terus menyakiti orang lain hanya karena dirinya.
Mereka masih berada di dalam mobil dan berpencar dengan mobil anak buahnya yang diikuti oleh anak buah Reynan.
"Kita ke villa sekarang! Aku akan mengurus semua berkas lalu kita akan pindah keluar negeri." Satu tangan Arga mendekap tubuh Lena saat mobil itu melaju dengan kencang dan akhirnya berhasil meloloskan diri.
"Kamu jangan jadi laki-laki yang jahat, aku tidak suka. Aku ingin kamu kembali seperti dulu."
Arga tersenyum miring. "Aku bisa kembali seperti dulu asal kamu juga berubah. Kamu yang selingkuh dengan Rey, lalu menuduh aku mengancam kamu karena keluarga kamu memilik hutang padaku. Hey, kamu tidak lebih licik dari aku. Hati yang tersakiti bisa mengubah orang menjadi jahat," kata Arga. Dia sudah mengenal Lena sejak SMA dan bersahabat dengannya tapi rasa cinta itu tumbuh seiring berjalannya waktu.
"Karena sejak dulu aku cuma menganggap kamu sahabat, kamu sendiri yang menganggapnya lebih."
"Lalu, apa yang kamu cari dari Rey. Dia tidak lebih kaya dari aku, dia juga tidak lebih tampan dari aku."
"Dia baik, gak kayak kamu kasar."
"Aku seperti ini karena aku sudah di didik dengan keras sejak kecil. Hancurkan lawan, atau aku yang akan menderita."
Lena membuang wajahnya dari Arga. Arga memang sangat menyebalkan tapi sayangnya dia tidak bisa lepas dari manusia yang sekarang memeluknya dengan erat.
Arga semakin menarik tubuh Lena ke dalam pelukannya. "Ayolah, kita memulai hidup baru. Aku akan selalu bersikap lembut padamu," kata Arga sambil mengendus tengkuk leher Lena. "Bukankah kamu sudah ketagihan denganku?"
...***...
Reynan dan anak buahnya berhasil mengejar anak buah Arga, tapi Arga dan Lena tidak ada di dalam mobil itu. Mereka menyeret dua orang anak buah Arga ke kantor polisi untuk mencari informasi keberadaan Arga.
"Dimana Arga!" Reynan menyergap dan memukul pipi salah satu dari mereka setelah mereka diseret ke kantor polisi.
Mereka berdua hanya terdiam, tak menjawab satu katapun. Bahkan sampai mereka dipukuli babak belur, mereka masih tidak mau angkat suara. Mungkin sampai mereka mati, rahasia Arga akan tetap terjaga.
Reynan sangat kesal, karena kedua orang itu tidak mau mengaku.
"Biar kami yang mengurus mereka, kami akan mengusut laporan Anda."
Reynan berdengus kesal dan tak menjawab perkataan kepala kantor polisi itu. Kasus kecelakaannya saja tidak terpecahkan oleh polisi dan justru anak buahnya yang menemukan jejak digital itu, lalu Reynan harus berharap apalagi pada mereka.
Reynan berdiri dan keluar dari kantor polisi itu. "Kalian cepat cari Arga sampai dapat!" perintah Reynan pada anak buahnya.
"Baik Tuan."
Kemudian Reynan kembali masuk ke dalam mobil. "Anton, kembali ke rumah sakit."
"Baik, Tuan."
Sepanjang perjalanan Reynan hanya menatap jalanan yang dia lalui. Dia terus memikirkan Vivi, andai saja dia tidak bisa berdiri dan mengangkat tubuh Vivi pasti kereta api itu sudah menghancurkan tubuh Vivi. Semakin Reynan memikirkan Vivi, rasanya dia semakin ingin bertemu dengan Vivi.
Akhirnya mobil itu berhenti di depan rumah sakit. Reynan segera turun dari mobil dan menuju ruang rawat Vivi. Dia berjalan pelan melewati lorong rumah sakit lalu masuk ke dalam lift dan menuju lantai tiga dimana ruangan VIP berada.
Setelah sampai di depan ruangan itu, dia masuk dan melihat kedua orang tuanya duduk di sofa sedangkan Vivi sudah tertidur dengan nyenyak.
"Rey, Arga kabur lagi?"
Reynan menganggukkan kepalanya. "Anak buahnya sama sekali tidak mau memberi tahu dimana keberadaan Arga."
"Kamu sudah tahu siapa Arga?" tanya Rangga pada putranya.
Reynan menggelengkan kepalanya.
"Dia putra bungsu perusahaan angkasa. Kantor pusat perusahaan itu berada di Singapura."
Reynan menarik napas panjang dan menghembuskannya. Pantas saja, Arga tidak takut sama sekali dengannya. Pemilik perusahaan pesawat terbang itu pasti memiliki anak buah dan kuasa dimana-mana.
"Aku akan tetap mencarinya karena dia sudah membahayakan nyawa Vivi."
"Iya, Papa pasti akan bantu. Kemungkinan dia pulang ke Singapura. Ya sudah, Papa dan Mama akan pulang. Kamu jaga Vivi di sini. Jangan lupa, besok kamu sekalian cek kesehatan kamu."
"Iya, Pa."
Setelah kedua orang tua Reynan keluar dari ruangan Vivi, Reynan mendekati Vivi dan melihat wajah Vivi yang sedang tertidur pulas. "Cepat sehat, biar cepat jahil lagi." Reynan mengusap puncak kepala Vivi sesaat. Lalu dia duduk di sofa dan merebahkan dirinya.
Setelah ini, aku pasti akan memperbaiki hubunganku dengan kamu. Lalu Reynan memejamkan kedua matanya karena dia juga merasa sangat lelah hari itu.
Saat hari mulai pagi, Vivi membuka kedua matanya. Dia melihat Reynan yang masih tertidur di sofa.
"Kapan Kak Rey datang? Kok kursi roda Kak Rey gak ada. Apa Kak Rey memang sudah bisa berjalan dan menyelamatkan aku kemarin. Syukurlah kalau Kak Rey sudah bisa jalan. Tapi tetap saja aku kesal."
Perlahan Vivi turun dari brankar. Saat kaki itu menapak lantai, pergelangan kakinya terasa sakit. "Aduh, kenapa kaki aku ngilu. Pasti bekas ikatan kemarin." Vivi meraih infusnya yang tergantung tapi justru terjatuh.
"Aw!"
Mendengar suara Vivi, seketika Reynan terbangun. Dia turun dari sofa dan membantu Vivi berdiri.
Vivi melihat kaki Reynan yang sudah bisa berdiri sempurna tapi dia tidak bicara sama sekali. Dia melepas tangan Reynan dan meraih tiang infusnya lalu berjalan terpincang ke kamar mandi.
"Vivi, sini aku bantu."
Vivi tak menjawabnya, hanya gerak tubuhnya yang menolak sentuhan Reynan.
"Vivi, nanti kamu jatuh lagi."
"Gak usah! Gak perlu!" Kemudian Vivi menutup pintu kamar mandi itu dengan keras.
Baru kali ini dia melihat Vivi marah padanya. "Vivi marah kenapa?" Reynan kembali duduk di sofa dan menerka apa yang sebenarnya terjadi. "Apa Vivi tahu kalau aku bertemu Lena lalu dia diculik Arga. Tapi kenapa dia bisa semarah itu? Biasanya meskipun aku bentak dia tetap senyum."
💞💞💞
Like dan komen ya...
bersyukur dpt suami yg bucin
slah htor