Kisah ini mengisahkan tentang kehidupan kedua gadis kembar bernama Zahra dan Zavina keduanya memiliki karakter yang cukup berbeda, Zahrayang memiliki sifat bar bar dan tangguh, berbeda dengan Zavina yang memiliki sifat pandiam dan irit bicara, keduanya terlibat cinta pada ketua pemimpin organisasi keduanya yang suka tantangan jelas tak merasa takut, tapi satu tragedi membuat salah satu dari cinta mereka pergi, bisakah keduanya terus bahagia atau malah sebaliknya?
YUK..... IKUTI KISAH TWINS Z....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DEWI ARIYANTI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Setelah kejadian malam itu Zahra dan Zavina sudah mendapat izin serta akses mereka kini resmi menjadi angota Red Eye's.
"Papa harap kalian bisa jaga diri! Papa izinkan kalian untuk bergabung di dunia bawah tapi jika samapai salah satu dari kalian ada yang terluka, Papa minta kalian berhenti", ucap Ardi pada kedua putrinya. Ardi sadar tak selamanya dia bisa bersama ke dua putrinya, kelak mereka akan berumah tangga jika sudah ada jodohnya, tapi Ardi serta lepas begitu saja di tetap akan menjadi garda depan untuk keduanya.
"Kami paham Pa! Kami akan selalu waspada dan hati-hati", jawab Zahra, memang selama ini dia lah yang selalu melindungi Zavina, sebenarnya Zavina tidak lah lemah tapi gadis itu tak ingin kulitnya tergores apa lagi sampai itu terjadi pada wajahnya, bisa tantrum dia seharian.
"Papa tenang aja Vina mana mungkin terluka kan ada Zahra yang siap siaga di depan Vina", sahut gadis itu sambil bergelayut manja di lengan Ardi. Sementara Zahra hanya memutar bola malas, bisa-bisa sang adik berkata begitu, walau tanpa berkata Zahra akan menjadi perisai untuknya.
"Malam ini ikutlah bersama Mami dan Papi, kita pergi kemarkas Red Eye's itu semua permintaan Arga", ucap Renita di selala obrolan ayah dan anak itu.
" Pergilah! Mulai besok kalian akan tinggal bersama Mami Reni dan Papi Leo", ucap Ardi sambil mengusap kepala Zavina, gadis itu mendongak dia merasa ada yang aneh dengan ucapan sang Papa.
"Papa mau kemana? Papa mau ninggalin kita", bukan Zavina yang bertanya melainkan Zahra.
"Papa akan menetap di Bali, rasanya Papa tak ingin jauh dari Mama kalian", Ardi menjawab dengan nada sendu, bukan tak ingin berterus terang hanya saja Ardi tak sanggup melihat wajah sendu kedua putrinya.
" Papa kalian hanya akan menetap di Bali, itu buka lah tempat yang jauh! Lagian Papa mu gak sendirian ada Oma dan Opa yang menemani! Kalian juga bisa berkunjung kesana kalau kalian rindu".
"Kok mendadak? Vina ikut Papa lah kalau gitu! Toh kalau soal organisasi Vina kan hacker jadi bisa kerja dimana saja".
" Jangan begitu Nak! Massa depan kalian adalah harapan Papa, Papa janji akan sering ke Jakarta untuk menjenguk kalian, Papa akan berangkat malam ini karna besok ada pertemuan dengan rekan bisnis papa".
"Baiklah, jika itu keputusan Papa kami hanya minta Papa jangan terlalu lelah berkerja, jaga ke sehatan, kami sayang Papa", ucap Zahra lalu mereka bertiga berpelukan.
Tanpa di sadari keduanya Ardi saat ini sedang menitikan air mata entah lah karna apa yang pasti Ardi merasakan rasa bersalah pada kedua putrinya.
Ehmmm... "Zah, Zav ayok kita sudah di tunggu!", Renita berucap sambil menghampiri keduanya, Ardi sendiri menatap Renita dengan wajah penuh permohonan.
Huhhh... "Kami akan menjaga mereka untuk mu".
Setelah itu mereka pergi ketujuan masing-masing, bahkan kepergian Ardi di kawal oleh anggota Red Eye's atas perintah Arga.
" Berjuanglah Ar! Fokus pada kesembuhanmu, Twins ada kami yang menjaga", Zaidan dan Jacob memeluk Ardi keduanya turut merasa prihatin akan keadaan saudara mereka.
"Bunda pun sama kalian berdua harus berjuang kami akan selalu mendoakan kalian".
" Yah! Tolong jaga mereka! Jika Ayah butuh bantuan segera hubungi kami".
"Ayah akan menjaga mereka, doakan agar semuanya lancar", setelah itu Ardi, Tuan Andi serta nyonya Gepita langsung berangkat menuju Singapore.
*********
Sementara itu Renita dan Leo hanya bisa menghela nafas bagaimana pun mereka juga khawatir dengan keadaan Ardi dan bunda Gepita.
Kedua berada di mobil yang sama dengan Zahra dan Zavina, maka dari itu mereka tak bisa membahas soal ke pergian keluarga Wijaya.
Di dalam mobil suasana sunyi mereka semua fokus pada pikiran masing-masing.
Entah mengapa aku merasa Papa menyembunyikan sesuatu, ucap Zavina dalam hati.
Apa yang kalian sembunyikan sebenarnya? Kenapa perasaan ku gelisah, Zahra berucap dalam hati dia yakin ada yang di sembunyikan oleh keluarganya.
Ciiitttt..... Saat mereka sedang fokus dalam keheningan, tak tersa mobil yang di kendarai oleh Leo telah sampai di gerbang Markas Red Eye's. Hanya mengunakan bahasa kode pintu gerbang pun terbuka.
"Selamat malam Tuan Parta dan Nyonya Renita", ucap penjaga gerbang.
Keduanya hanya menganguk sebagai jawaban.
"Ayo", ucap Renita pada Zahra dan Zavina. Keduanya menghela nafas sejenak lalu turun mengikuti langkah kedua pasangan di depanya.
ceklek.... Pintu besar terbuka kesan pertama yang di tunjuk oleh kedua gadis itu yaitu takjub.
Ternyata markas milik tuan Dark sungguh di luar ekpektasi, gumam Zahra. Zavina yang mendengar gumaman Zahra sontak melotot bisa-bisa sang kakak bersikap kayak gitu. Gak usah norak Ra, kayak gak pernah lihat interior kayak gini aja, sahut Zavina berbisik.
"Selamat datang King Pendora dan Queen Pendora", ucap Daren sambil membungkuk dia di beri tugas sebagai penyambut untuk para tamu undangan.
" Selamat malam juga Huter", jawab keduanya, Daren jika bersama Arga di dunia bawah akan di kenal sebagai Huter si pemburu para musuh Red Eye's.
"Mari Tuan, Nyonya kalian akan saya antar ke ruang pertemuan"
Sementara Zahra dan Zavina mereka di antar keruang khusus angota disana sudah banyak angota milik Red Eye's.
"Akhirnya kalian sampai juga", ucap Andra sambil menghampiri keduanya.
Sementara kedua gadis itu malam ini tampak murung, entah mengapa semangat mereka yang tadi sing membara sontak lenyap setelah mendengar keputusan sang Papa.
Dih gue di kacangin?, gumam Andra saat melihat kedua gadis itu malah pergi begitu saja tanpa menjawab sapaan darinya.
Pukkk.... "Astagfirullah.... ", teriak keduanya saat tiba-tiba ada yang menepuk bahu mereka.
"Gila.... Pecah gedang telinga gue", ucap Zero sambil mengusap telinganya.
"Issss... Bang Zero ngagetin aja?", Zahra menjawab sambil memukul lengan sang abang.
" Kalian yang aneh sedari tadi kami bertiga manggil, kalian malah jalan sambil bengong, kenapa?", tanya Fadli pada keduanya.
"Gak apa-apa", jawab keduanya sambil tersenyum, sangat tampak jelas senyuman yang di perlihatkan keduanya senyuman palsu, senyuman yang tampak menyembunyikan banyak beban.
Hahhh... " Apa karna Om Ardi pergi?", tanya Aira sambil menatap kedua manik mata Zavina.
"Entah mengapa aku merasa Papa menyembunyikan sesuatu"
"Sudahlah itu hanya perasaan kalian aja", sahut Fadli lalu memeluk keduanya.
Malam ini kedua gadis itu sama sekali tak menikmati acara itu, padahal acara itu adalah acara yang mereka nantikan selama 3 tahun lamanya.
Keduanya hanya duduk tanpa berniat untuk untuk ikut bergabung dengan rekan-rekanya, dan hal itu di lihat oleh dua orang pria yang mengagumi keduanya.