"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Will You Marry Me?
..."I promise that I will always be your beautiful sunshine, your best friend, and that I will never take you, nor your love, for granted." ~Celia...
Elvan melepas pagutannya, dan menatap lekat wajah Celia. Celia mengusap saliva yang menempel di bibir Elvan.
Elvan kembali memeluk Celia, dan menyandarkan dagunya di pundak Celia. Celia mengernyitkan keningnya, dan bertanya, "Baby, what's wrong?"
Elvan tidak menjawabnya, Celia mengusap-usap pundak Elvan, dan bertanya lagi, "Ada apa? Ada masalah? Hari ini kamu tidak seperti biasanya."
Elvan melepas pelukannya dan menatap lekat wajah Celia. "Will you marry me?" pertanyaan itu tiba-tiba keluar dari mulut Elvan.
Celia mengangguk, "I will...Tapi tidak sekarang, sekarang ayo kita pulang," ucap Celia sambil tersenyum.
Elvan mengecup kening Celia dengan lembut, lalu menatap Celia, dan berkata, "Let's go to my place."
Celia menggeleng, "Pergi ke apartemen ku saja ya. Aku sudah menyiapkan tempat tinggal rahasia untuk kita," ucap Celia sambil mengedipkan matanya.
Elvan tertawa, lalu menjentikan jarinya di jidat Celia.
*********
Ketika mereka sampai di apartemen milik Celia, Elvan meletakkan kopernya dan melihat ke sekeliling. Apartemen Celia didekorasi dengan indah, rapi dan teratur, dan selera pemiliknya dapat dilihat di setiap detailnya.
Ada satu set sofa di ruang tamu. Sofanya berwarna merah tua, yang membuat orang yang berbaring di atasnya menjadi terlihat lebih cantik.
Elvan berjalan ke dapur. Dapur apartemennya juga di dekorasi dengan dekorasi yang cantik seperti di ruang tamu. Dapurnya bersih, dan juga tidak berminyak.
Setelah dari dapur, Elvan beranjak menuju kamar mandi. Kamar mandi Celia sangat besar. Begitu Elvan masuk, Elvan mencium aroma melati yang kuat, yang merupakan aroma sabun mandi Celia. Ada bak mandi segitiga besar di kamar mandi, dan di sebelahnya ada wastafel dengan banyak produk skincare dan kosmetik di atasnya. Ada cermin besar di kamar mandi, lebih besar dari milik kebanyakan orang.
Elvan kembali ke ruang tamu, dan duduk di sofa. Dia melirik ke arah kamar Celia.
Celia masuk ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Elvan beranjak ke kamar Celia, dia menutup pintu dan bersandar di dibalik pintu.
Celia menoleh, dia sudah berganti pakaian santai dan memakai sandal rumahan. Rambut hitam legamnya tergerai hingga ke bahunya. Celia menampakkan lehernya yang terlihat kurus dan putih.
Elvan tersenyum ke arah Celia. Celia berjalan menghampiri Elvan, dan berjinjit, kedua tangannya meraih tengkuk Elvan. Lalu menempelkan bibirnya tepat di bibir Elvan, dan melumatnya. Elvan membuka mulutnya, dan merasakan kelembutan giginya yang saling bersentuhan.
Elvan memeluk Celia dan merapatkan erat-erat ke tubuhnya. Aroma tubuh Elvan yang hangat membuat Celia semakin candu. Tangan Elvan memegang pinggang ramping Celia, menyebabkan punggung Celia gemetar.
Celia mencium leher Elvan, tangannya menyentuh wajah Elvan dan membelainya.
"Baby ... " Celia bergumam. Celia mengalungkan tangannya di leher Elvan.
Elvan mencium bibir Celia, mengangkat tubuhnya dan menggendongnya seperti koala. Membuat Celia langsung melingkarkan kakinya pada pinggang Elvan. Tanpa melepas pagutannya, Elvan berjalan menuju ke tempat tidur, dan menjatuhkan tubuh Celia di atas tempat tidur.
Elvan menatap Celia dan berkata, "Have you thought it through..." Elvan ingin memastikan jika Celia benar-benar siap.
Celia tidak menjawab, tetapi perlahan-lahan menurunkan tangannya dan dengan lembut menyentuh bagian inti dari tubuh Elvan, yang seketika menegang setelah mendapat sentuhan.
"Celia, jangan bermain-main denganku... "
Celia mengangkat tangannya dan melepaskan ikat pinggang Elvan.
Elvan menatap Celia sebentar, lalu terkekeh.
Elvan langsung bergerak cepat melucuti pakaian yang Celia kenakan. Menanggalkan seluruh pakaiannya, hingga Celia polos tak berbusana. Celia adalah wanita yang merawat tubuhnya dengan baik. Kulitnya yang putih dan mulus, dengan aroma tubuh yang menyegarkan.
Celia menunjukkan dirinya di depan Elvan tanpa rasa malu sedikit pun, yang membuat Celia semakin terlihat menggoda di mata Elvan.
Celia menarik saku celana Elvan, mengangkat kepalanya sedikit, dan berbisik di telinga Elvan, "Lepaskan celanamu."
Elvan menatap Celia dan berkata, "You do it!"
Celia melepas ikat pinggang Elvan dan membuka resleting celana Elvan. Dia menarik celana yang Elvan kenakan, mengaitkannya dengan jari kaki, dan menariknya sampai ke bawah.
Elvan menarik tengkuk leher Celia, membenamkan bibirnya ke dalam bibir ranum milik Celia, membaringkan tubuh Celia dengan perlahan dan melepas pagutannya.
Elvan menyelusuri wajah Celia dengan tangannya. Kening, mata, hidung, dan bibir tak luput dari sentuhannya. Tangannya terus bergerak aktif menelusuri setiap inci dari tubuh Celia.
"Baby ... " Celia bergumam saat tangan Elvan mulai menyentuh buah dadanya.
Elvan tidak langsung melakukan penyatuan, ia memberikan rangsangan terlebih dahulu pada tubuh Celia, hingga Celia terus bergerak kesana kemari dan mendesah.
Tangan Elvan sangat lihai, begitu juga lidahnya yang terus mengeksplor kulit putih nan mulus milik kekasihnya.
"Baby ... please do it now," lirih Celia. Celia sudah kewalahan dengan permainan Elvan.
Elvan melebarkan senyumannya, "As you wish baby," bisik Elvan.
Elvan menunduk untuk mencium Celia lagi, dan menempelkan tubuhnya erat-erat. Celia mendengar deru pernapasan Elvan yang tidak teratur. Elvan menopang kepala Celia dan bertanya dengan suara lirih: "Ada kond*m?"
Celia menunjuk ke meja di samping tempat tidur. Elvan beranjak dan membuka laci meja, lalu berbalik dan menatap Celia, "Are you scared?"
Celia menggeleng dan membalas tatapan Elvan, mengerahkan sedikit kekuatan dengan tangannya, lalu melingkarkan kaki panjangnya di tubuh Elvan.
Elvan merobek kond*m di tangannya dan meletakkannya di bawah dirinya.
Ini adalah penyatuan pertama bagi Elvan dan Celia. Baik Elvan, maupun Celia belum pernah mengalami hal ini sebelumnya. Celia memeluk punggung Elvan dengan satu tangan, dan tangan satunya perlahan turun menelusuri dada bidang Elvan.
Tidak lama kemudian, keduanya sama-sama meraih puncaknya. Elvan menatap Celia, dan memeluknya dengan erat.
Di luar jendela, hanya terdengar deru suara mesin mobil yang lewat di jalan, dan kadang-kadang terdengar suara klakson. Sedangkan suasana di kamar sangat sunyi. Celia berbaring di pelukan Elvan. Elvan mengusap rambut panjang Celia tanpa berkata apapun. Celia menoleh ke arah Elvan dan bertanya, "Apa yang sedang kamu pikirkan?"
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”