NovelToon NovelToon
Pria Seksi Itu, Suamiku

Pria Seksi Itu, Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

WARNING : CERITA INI ITU TIPE ADULT ROMANCE DENGAN VERSI ROMANCE SLOWBURN !!!

[ROMACE TIPIS-TIPIS YANG BIKIN JANTUNGAN DAN TAHAN NAPAS]

---

Lima tahun yang lalu, Damien dan Amara menandatangani perjanjian pernikahan demi menunjang keberlangsungan bisnis keluarga mereka. Tidak pernah ada cinta diantara mereka, mereka tinggal bersama tetapi selalu hidup dalam dunia masing-masing.
Semua berjalan dengan lancar hingga Amara yang tiba-tiba menyodorkan sebuah surat cerai kepadanya, disitulah dunia Damien mendadak runtuh. Amara yang selama ini Damien pikir adalah gadis lugu dan penurut, ternyata berbanding terbalik sejak hari itu.

---

“Ayo kita bercerai Damien,” ujar Amara dengan raut seriusnya.

Damien menaikkan alis kanannya sebelum berujar dengan suara beratnya, “Dengan satu syarat baby.”

“Syarat?” tanya Amara masih bersikeras.

Damien mengeluarkan senyum miringnya dan berujar, “Buat aku tergila kepadamu, lalu kita bercerai setelah itu.”

---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 11

Pintu lift terbuka menampilkan area lorong lantai paling atas dari gedung hotel milik Damien itu. Amara melangkahkan kakinya sepanjang karpet berudu berwarna merah itu hingga sampai pada sebuah pintu raksasa di ujung.

Amara menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ketika renanya tak sengaja menangkap celah dari sisi pintu. Damien tidak mengunci pintu kamarnya.

Amara tidak menyangka Damien bisa seceroboh ini, bagaimana jika ada orang asing yang sengaja menyamar atau bahkan musuhnya yang datang dan mendapatkan kesempatan untuk menyergap pria itu seperti ini.

Amara tahu betul akan dunia bisnis yang kejam, apalagi saling menjilat untuk naik pangkat atau menjalin hubungan bisnis, pernikahan kontrak seperti yang mereka lakukan dan perjanjian-perjanjian lain yang pastinya mendatangkan keuntungan besar untuk kedua belah pihak, namun jangan lupakan konsekuensi yang akan dihadapi.

Amara memegang gagang pintu itu kemudian mendorongnya pelan, memberi akses pada penglihatannya untuk masuk terlebih dahulu dan menjelajah kamar hotel milik Damien itu.

Dengan pintu yang sudah terbuka sudah cukup lebar itu, Amara kembali memberanikan diri untuk mengetuk. Hening, tidak ada jawaban dari dalam kamar membuat Amara semakin dilanda rasa bimbangnya.

Amara mengambil langkah masuk ke dalam kemudian dengan gerakan pelan menutup kembali pintunya, sekaligus menutup satu-satunya akses cahaya dari lampu lorong diluar yang menyinar masuk melalui celah pintu yang terbuka tadi.

Amara menjejalkan pandangannya ke sekitar, ke arah kasur namun Amara sama sekali tidak melihat tanda-tanda keberadaan Damien disana. Bahkan sprei kasurnya masih rapi, seolah Damien belum pernah berbaring disana sama sekali. Amara membuka pintu toilet yang berada tepat disampingnya dan ternyata juga kosong.

“Damien?” Amara memanggil pelan pria itu, berharap mendapat jawaban namun nihil. Hanya hening yang ia dapati sebagai jawaban.

Amara memutuskan untuk tidak menghidupi lampu, biarlah gelap yang menemani mereka berdua, setidaknya sampai Amara memastikan keadaan Damien baik-baik saja dan pergi dari sana. Sebab Amara tidak sanggup melihat raut Damien yang menemukan dirinya rela pergi dari apartemen untuk mencarinya.

Lebih tepatnya Amara merasa gengsi, Amara juga tidak tahu harus bereaksi seperti apa nantinya. Jadi lebih baik mereka bertemu pandang dalam keadaan gelap.

Amara masih terus mencari keberadaan Damien hingga renanya tak sengaja menangkap gorden balkon yang bergoyang pelan sekaan terbang tersapu angin dari arah balkon luar.

Apa Damien sedang berada di balkon?

Tiba-tiba sebuah pemikiran menyerang Amara dengan segera. Seketika jantung Amara berpacu lebih cepat dari biasanya, memikirkan Damien yang berada di balkon luar sendirian di tengah kegelapan seperti ini, apakah Damien mau bunuh diri?

Amara yang merasa panik langsung melempar tasnya ke lantai kemudian mengambil langkah lebar ke arah balkon, kemudian menyibak gorden balkon itu dengan cepat.

Pintu balkon yang memisahkan area balkon luar dengan area dalam kamar sudah terbuka alhasil membuat gerakan Amara tidak terhambat.

“Damien, kau jangan gila. Nyawamu hanya satu, kau bukan seekor kucing,” teriak Amara panik begitu ia melangkahkan kaki ke area balkon.

Dan yang terjadi selanjutnya adalah hening. Benar-benar hening.

Amara sudah siap dengan dirinya yang memergoki Damien tengah memegangi tiang pembatas balkon atau bahkan bersiap untuk loncat.

Tetapi yang ia dapat sekarang itu apa?

Damien, pria itu tengah duduk dengan tenang pada sofa besar yang terdapat di area balkon. Dengan wajah tampannya itu Damien menatap Amara tanpa berkedip, bahkan genggaman tangannya pada gelas wine juga berhenti di udara, Damien mengurungkan niatnya untuk kembali menyesap wine-nya.

Amara merasa malu. Rasanya Amara ingin menenggelamkan dirinya saja dalam lautan manik biru Damien yang masih saja tidak memalingkan tatapannya dari Amara.

Berbeda dengan Amara yang sudah setengah mati ingin menghilang dari sana, Damien masih duduk dengan gagah. Atasannya sudah ia lepas, menampilkan bahu lebar pria itu dengan dada bidangnya. Perutnya yang terekspos bebas itu terlihat sempurna berkat hobi olahraganya, dalam sekali toleh pun orang-orang akan tahu Damien seksi dengan tubuh atletisnya.

Damien hanya memakai celana panjangnya yang masih lengkap dengan tali pinggang yang mengikat pinggang yang ramping namun kokoh.

Tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali, baik keduanya hanya saling menyelami tatapan mereka dengan pikiran masing-masing yang menerawang jauh.

“Maaf, kupikir kau pingsan…maksudku ini malam natal, jadi…”

Sial, kenapa Amara menjadi tergagap seperti ini? Amara ingin menampar pipinya sendiri untuk menyadarkan dirinya agar tidak terlihat gugup di depan Damien. Tetapi mau berusaha bagaimanapun, Amara berakhir pada fakta bahwa ia sudah mempermalukan dirinya sendiri.

Amara sudah tidak ada harga diri lagi untuk berhadapan dengan Damien setelah ini.

“Maaf, aku akan pergi saja…” lanjut Amara lagi sembari membasahi bibirnya yang terasa kering kemudian bersiap untuk pergi dari sana. Lagian dia sudah memastikan Damien dalam keadaan baik-baik saja, bahkan pria itu bisa duduk santai sembari minum wine.

Amara sudah hendak berbalik dan beranjak pergi sebelum suara tawa seseorang berhasil menghentikan langkahnya, membuat tubuhnya mematung sebagai reaksi dan otaknya membeku, tidak dapat berpikir jernih.

Amara tidak salah dengar kan?

Damien tidak dapat menahan tawanya setelah melihat ekspresi Amara yang barusan. Rasanya Damien ingin mengambil ponselnya dan mengabadikan raut Amara itu namun sayang, Damien bahkan tidak ingat lagi dimana ia membuang ponselnya itu terakhir kali.

Wajah Amara yang terlihat kikuk, alisnya naik terkejut dengan kedua matanya yang membulat sempurna. Bibirnya membeku saat menyadari kehadiran Damien disana dengan kondisi santainya, kemudian berakhir dengan manik hazelnya yang mengerjap pelan saat mendapat Damien tertawa kecil sekarang.

Menggemaskan.

Dan Damien tak kuasa untuk menahan tawanya.

“Tetaplah disini Amara, jangan pulang,” Damien berujar dengan suaranya yang terkesan serak dan berat.

Amara menatap bingung ke arah Damien, “Kenapa? Kau terlihat baik-baik saja,” balas Amara semabri kembali meneliti keadaan pria itu yang tampak tidak sekarat, terlebih botol-botol wine yang sudah kosong itu, Damien benar-benar menikmati sedang menikmati waktu sendiriannya sekarang.

Jujur Amara kaget dengan permintaan Damien yang terkesan mendadak itu, refleks dirinya langsung membangun batasan diantara mereka.

Damien mengusap pelipisnya yang terasa berdenyut tiba-tiba, sepertinya dia terlalu banyak minum. Entah berapa botol sudah dia habiskan. Damien akhirnya meletakkan geals wine-nya ke atas meja.

Setidaknya dari rasa sakit dan frustasi yang menghimpit jantungnya hingga membuat Damien sesak saat ia mencoba tidur sekarang ataupun mimpi buruk yang menyapu bersih tenaganya hingga membuatnya berakhir berbaring lemah di atas kasur, Damien memutuskan untuk membuat dirinya mabuk saja agar semua rasa sesak itu hilang.

Tetapi nahasnya, tampaknya cara Damien tidak sepenuhnya berhasil. Melainkan mabuk, kepala Damien malahan sangat sakit dan berdenyut berat sekarang, seakan ingin pecah.

Saat punggung tangan Damien tidak sengaja bersentuhan dengan pelipisnya, Damien merasakan demam panasnya sudah mulai menyerang dirinya.

“Aku juga berharap aku tidak apa-apa, tetapi nyatanya tidak begitu,” ujar Damien dengan suaranya yang semakin kecil dan tidak berdaya.

Amara dapat melihat Damien yang menutup kedua matanya kemudian menyenderkan bahu telanjangnya ke sandaran sofa, membiarkan angin malam menerpa dan menjelajahi tubuh bagian atasnya secara suakrela.

“Masuklah ke dalam, disini dingin. Nanti kau masuk angin,” ujar Amara layaknya seorang ibu yang tengah mengomeli anaknya yang bandel.

“Aku ingin mati saja,” ujar Damien secara tiba-tiba, menghiraukan perintah Amara sebelumnya.

Amara kembali tertegun, ia menatap Damien dengan prihatin, Tatapannya melunak dan Amara memberanikan diri untuk mengambil langkah mendekati Damien.

“Aku ingin mati saja.”

Damien lagi-lagi mengeluarkan kalimat yang sama.

“Damien…” panggil Amara pelan kemudian mengambil tempat di sebelum Damien.

“Wanita itu kembali menghampiriku. Mimpi buruk sialan itu tidak bisa hilang,” ujar Damien lagi, kini nada bicaranya semakin lemah.

Damien yang selama ini selalu terlihat gagah dan berwibawa, sekarang meringkuk dan kehilangan tenaganya. Amara benar-benar melihat sisi Damien yang berbeda hari ini. Damien yang sellau tampil sempurna, kini akhirnya menunjukkan kelemahan terbesarnya.

Damien mengangkat tangan kanannya kemudian dengan sekali gerakan, ia menjambak rambutnya sendiri kemudian berakhir mengepalkan tangannya dan memukuli kepalanya sendiri, berniat dengan melakukan hal seperti itu, rasa pening yang menyiksanya itu dapat hilang.

Kesakitan dibalas dengan kesakitan yang lebih besar.

1
Faf Rin
setia
Faf Rin
ceritanya bagus
Wineeeee: Makasih udah berkenan baca kak😊😊😊
total 1 replies
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Lya
Hotelnya private buat Damien?
Wineeeee: Makasih kak sebelumnya udah mampirrrr 😁 Bener kak, soalny Damien punya bisnis di bidang perhotelan. Jadi hotel itu punya dia
total 1 replies
Lya
Tapi di bab sebelumnya si Amara kan masak?
Wineeeee: Amara ga pandai masak, Damien yang jagoo /Joyful/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!