Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Petinggi Tertinggi
Pelantikan petinggi tertinggi oganisasi wilayah bagian pusat berlansung bagitu hikmat, orang-orang yang aku bunuh saat perebutan kekuasaan saat itu telah aku ganti dengan seluruh bawahanku dan Sekar juga aku bawa serta ke markas baruku, walaupun ia memiliki kekurangan tapi dia mampu membantuku dan anaknya dengan Alex pun ikut serta denganku.
Anak perempuan yang cantik dari Sarah lahir yang membuat Sarah memutuskan berhenti dari sekolah sedangkan aku tetap bersekolah hanya saja berhenti beberapa waktu setelah aku dibawa oleh Fiyoni ke kediamannya sehingga pihak sekolah meluluskanku tanpa ujian sama sekali.
"Fifiyan... ini makanmu..." gumam Sarah memberikanku semangkuk sup dan sebotol wine, aku yang sedang sibuk mengerjakan tugasku sebagai petinggi tertinggi hanya bisa tersenyum dan menutup laporan di tanganku.
"Bagaimana keadaan anakmu?" Ucapku pelan.
"Sudah lebih baik, terimakasih ya Fifiyan."
"Tidak masalah..." gumamku pelan dan meletakkan laporan di tumpukannya.
"Kamu nampak sangat lelah Fifiyan?"
"Yaahh kak Han menyuruhku berkuliah dan diumurku 25 tahun ini otakku agak sulit untuk mencerna pelajaran."
"Kan kamu cerdas Fifiyan pasti kamu bisa."
"Yaah aku tidak yakin."
"Kamu selalu saja seperti itu, kamu bilang tidak yakin tapi kamu wanita yang sangat hebat."
"Tidak sehebat yang dilihat Sarah, aku hanya orang biasa..." desahku menyangga kepalaku dengan wajahku.
"Kamu selalu saja merendah. Tapi walaupun kamu sangat hebat tapi kamu benar-benar tidak sombong dan angkuh sih, membuatku nyaman denganmu."
"Kalau diluar mafia aku seperti itu tapi di dalam medan perang... mungkin kamu akan terkejut."
"Tidak masalah, hal itu wajar karena menyangkut hidup dan mati."
"Yaaah emang sih..." desahku pelan dan menatap Han berjalan kearahku.
"Ini setumpuk laporan lagi!" Ucap Han dingin.
"Haish lama-lama tanganku patah gara-gara kebanyakan tandatangan!" Gerutuku kesal.
"Yaah ini takdir yang kau lakukan, kalau kau tidak..."
"Yayayaya baik-baik! Taruh saja disitu..." desahku mengambil semangkuk sup Sarah dan memakannya.
"Fifiyan, beberapa bulan lagi akan ada pertemuan."
"Pertemuan apa?" Tanyaku bingung.
"Pertemuan para petinggi tertinggi, jadi kau akan bertemu dengan saudara kandungmu."
"Pertemuan membahas apa?" Tanyaku bingubg.
"Kan Fiyani pernah bilang akan ada perang mafia lima tahun kedepan dan ini sudah lima tahun, ingat!"
"Emang perang mafia karena apa?" Tanyaku bingung, Han memberiku sebuah gulungan kertas dan aku langsung membacanya.
"Jadi... masalah kekuasaan ya?"
"Benar sekali. Dari sembilan organisasi wilayah bagian hanya 4 organisasi yang terpengaruh organisasi musuh."
"Wilayah bagian mana?"
"Wilayah bagian barat laut, wilayah barat daya, dan wilayah timur laut, wilayah utara."
"Cari tahu mengenai organisasi musuh kak Han!" Ucapku serius.
"Baiklah..." desah Han berjalan keluar dari ruanganku.
"Haish..." desahku meletakkan sendokku.
"Tidak kamu habiskan?"
"Aku tidak selera makan..." gumamku mengambil sebotol wine itu dan berjalan pergi.
"Kalau lapar, bilang aku ya!"
"Ya baiklah..." desahku keluar ruangan dan berjalan menuruni tangga.
"Bibi!!" Teriak seorang gadis kecil, aku menatap gadis itu ternyata anak dari Sarah.
"Ohh Putri, kamu sudah sehat?"
"Iya. Terimakasih ya bibi sudah merawat Putri dan ibu."
"Hmmm tidak masalah, besok kamu mulai sekolah ya!" Ucapku serius.
"Tapi Putri takut kalau..." gumam Putri pelan.
"Tidak apa, nanti biar paman Wili yang mengantarkan dan menemanimu bagaimana?" Ucapku melihat salah satu bawahanku yang sedang lewat di sekitarku.
"Benarkah? Baik bibi. Putri akan sekolah yang rajin agar tidak mengecewakan bibi dan ibu!"
"Baguslah, sekarang persiapkan semua ya.." gumamku pelan dan memberikan kode kepada bawahanku.
"Baik bibi!!" Ucap Putri senang, bawahanku menggandeng tangan Putri dan pergi dariku.
"Hmmm..." desahku kembali melangkahkan kakiku balkon atas, aku meletakkan botol wineku di meja dan menikmati cuaca cerah di pertengahan tahun ini.
"Kamu masih saja suka meminum wine ya Fifiyan..." ucap Fiyani berjalan dari belakangku.
"Yaaah begitulah. Tumben kakak kemari."
"Hanya ingin, lama aku tidak kemari. Kau semakin lama semakin cantik saja ya?"
"Tidak juga, kakak yang masih saja cantik. Ada apa kakak kemari?"
"Aku hanya ingin mengunjungimu saja."
"Ohh mmm apa akan ada pertemuan masalah perang mafia?"
"Ya, beberapa bulan lagi. Tapi nampaknya musuh meminta di percepat jadi besok."
"Oh begitu ya? Dimana pertemuan itu berlangsung?"
"Di wilayahmu, itulah kenapa aku sekalian mampir."
"Oh begitu ya. Aku tidak tahu, biar kak Han yang mengaturnya..." gumamku meneguk wineku.
"Oh ya bagaimana dengan kak Fiyoni dan kak Fifiyon?"
"Entah, aku tidak tahu. Aku tidak pernah berjumpa lima tahun ini."
"Tumben? Kenapa?"
"Kami sangat sibuk Fifiyan, banyak organisasi mafia musuh yang berulah membuatku muak."
"Berulah?"
"Yaaah begitulah, setiap wilayah organisasi berbeda-beda hanya saja di wilayahaku banyak terjadinya kejahatan di malam hari bagi orang awam dan membuat orang awam tidak suka dengan mafia. Haish pusing kepalaku!" Gerutu Fiyani kesal.
"Apa kamu tahu siapa ketua dari mafia musuh?" Tanyaku pelan.
"Ketua ya? Tidak semua, hanya saja aku ingat namanya Alan Valen dan Hikari Stun."
"Alan Valen aku tahu kalau Hikari Stun... siapa dia?" Tanyaku bingung.
"Dia adalah musuh cinta kak Fiyoni."
"Haaah? Maksudnya?"
"Hikari adalah pria yang menyukaimu setelah kau menjabat dan tidak hanya Hikari tapi banyak pria yang ingin merebutmu."
"Hahaha!!! Merebutku? Emang mereka tahu apa kalau..."
"Mereka tahu kamu terikat oleh Kak Fiyoni tapi mereka juga berusaha melepaskan ikatan itu walaupun mustahil."
"Dan kakak khawatir?"
"Entah, aku tidak pernah bertemu dengan kakak."
"Haish aku tidak tertarik pria, malah aku khawatir dia suka dengan wanita lain dan..."
"Kalau wanita lain banyak yang menyukainya."
"Menyukainya ya? Apa mereka tidak tahu kalau dia terikat denganku?"
"Tidak, jarang ada yang percaya karena kalian saudara kandung."
"Haish aku saja kadang tidak percaya, tapi... faktanya begitu, aku harus apa?" Tanyaku pelan dan meneguk wineku.
"Takdirmu selalu baik untukmu Fifiyan, aku iri padamu."
"Tidak perlu iri, aku atau kamu sama hanya saja... takdirku lebih buruk."
"Sebagus itu kamu bilang buruk?"
"Ya memang kenyataannya seperti itu..." gumamku terduduk di pagar balkon dan menatap kearah kananku dan melihat sebuah kembang api yang aneh.
"Ada acara apa itu?"
"Oh jadi dipercepat ya..." desah Fiyani beranjak dari tempat duduknya.
"Jadi... besok?" Tanyaku pelan.
"Ya, kalau ada kembang api berarti jadi..." gumam Fiyani pelan.
"Oh baguslah..." desahku pelan.
"Fifiyan hati-hati ya, kamu berada di atas jadi kamu tidak tahu bagaimana keadaan dibawahmu jadi kamu harus hati-hati, banyak yang bermuka dua demi memilikimu dan kekuasaanmu..." gumam Fiyani pelan dan pergi menghilang.
"Yaaahh aku tahu kok, aku tidak mungkin bisa diruntuhkan dengan mudah karena semua ini... milikku!" Ucapku dingin dan menghabiskan seluruh wineku dan menatap kembang api di sebelah kananku.