Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12. Bertemu Bara
Keesokan harinya Viona merasa bosan berada di rumah tidak ada kegiatan apa pun selalin nonton Tv dan bersantai di dalam kamar. Dia pun berniat untuk pergi ke mall. Sudah lama dia tidak pernah ke mall. Dia ingin belanja beberapa barang, dan juga ingin refreshing setelah sekian lama hanya berdiam diri di rumah saja.
Setelah minta ijin kepada suaminya lewat telpon, Viona pun bersiap untuk berangkat ke mall. Dia memoleskan make up titis di wajahnya. Setelah itu dia mengganti bajunya menggunakan dress warna biru laut dengan panjangnya selutut. Tak lupa dia membawa tas selempang untuk menaruh dompet dan ponsel miliknya.
Dengan penampilan sederhana seperti itu dia terlihat seperti anak gadis. Apalagi rambut panjangnya dibiarkan terurai begitu saja dengan penjepit rambut dibagian samping membuatnya semakin imut saja.
Viona pun berangkat ke mall dengan diantar oleh sopir pribadinya yaitu pak Jaja. Sampai di parkiran mall dia pun turun dari mobil dan pak Jaja dengan setia menunggu sang majikan di mobilnya sampai dia selesai dan puas berbelanja.
"Pak Jaja....pak Jaja nggak papa kan nunggu aku di sini....?" tanya Viona.
"Nggak papa bu Viona, ibu santai saja, belanja yang puas, saya tunggu di sini...." jawab pak Jaja dengan sopan.
Viona pun tersenyum pada pak Jaja lalu meninggalkannya di parkiran kemudian dia masuk ke dalam mall. Viona berkeliling di dalam mall sambil melihat berbagai toko yang menyediakan berbagai kebutuhan perempuan, ada toko baju, sepatu, pakaian dalam aksesoris dan lainnya.
Viona lalu masuk ke dalam toko baju, dia memilih bebrapa baju yang dia suka kemudian membayarnya di kasir. Setelah itu dia juga masuk ke toko sepatu, aksesoris dan beberapa toko lainnya. Dia membeli barang- barang yang dia suka dengan menggunakan kartu kredit pemberian dari sang suami.
Setelah puas berbelanja, Viona pun merasa lapar. Lalu dia pergi ke food court untuk memesan makanan. Dia masuk ke salah satu restauran jepang. Dia memesan beberapa makanan dan minuman. Sambil menunggu pesanannya datang Viona pun memainkan ponselnya.
Ketika sedang asik memainkan ponsel tiba- tiba Viona dikejutkan dengan kehadiran seseorang yang langsung duduk di hadapannya. Viona yang sedang menunduk sambil fokus ke arah ponselnya pun mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang duduk di hadapannya.
"Bri...Brian....?" Viona tidak menyangka kalau orang yang di hadapannya adalah Brian.
Melihat Viona yang nampak terkejut, Brian hanya tersenyum tipis saja pada kakak iparnya tersebut.
"Ke..kenapa kau tiba- tiba ada di sini...?" tanya Viona.
"Aku habis rapat tadi..." jawab Brian dengan santainya.
"Ra..rapat...? Rapat dengan siapa..? Apa dengan kakakmu juga...?" tanya Viona.
"Rapat dengan Klien. Kalau kak Bara ada di kantor..." jawab Brian.
Tak lama kemudian pesanan Viona pun datang.
"Silahkan..." ucap Pelayan restauran.
"Terima kasih..." sahut Viona.
"Mas, aku pesan orange jus satu ya..." ucap Brian pada pelayan tersebut.
"Baik pak..." jawab pelayan.
"Bri.. Brian nggak makan..?" tanya Viona.
"Aku sudah makan tadi..." jawab Brian.
"Kalau begitu aku makan dulu ya..." ucap Viona.
"Ya silahkan..." jawab Brian sambil mengecek ponselnya.
Sesekali Brian menatap Viona yang sedang menyantap makan siangnya. Merasa di tatap terus menerus oleh Brian , Viona pun menjadi gugup dan salah tingkah.
"Brian, kau jangan ngelihatin aku seperti itu..." ucap Viona.
Brian pun tertawa pelan.
"Kak Viona grogi dilihatin aku...?" tanya Brian.
"Bu..bukan begitu, a..aku nggak enak saja. Aku takut ada orang yang melihat kita di sini lalu mereka salah paham..." jawab Viona.
"Salah paham gimana...?" tanya Brian.
"Ya salah paham aja, nanti mereka kira kita ada apa- apa..." sahut Viona.
"Memang kita ada apa- apanya kan...?" ucap Brian dengan santai.
"Bri..Brian.maksud kamu apa...?" tanya Viona panik. Lagi- lagi Brian tertawa.
"Silahkan orange jusnya..." ucap pelayan meletakkan minuman pesanan Brian.
"Terima kasih..." sahut Brian.
Lalu Brian meminum minumannya sambil melirik ke arah Viona yang sedang melanjutkan makan sushi.
Viona terus melanjutkan memakan makananya hingga habis tanpa menoleh ke arah Brian karena dia pasti akan merasa gugup lagi jika dia tahu Brian menatap matanya.
Tak lama kemudian Viona sudah menghabiskan makanannya. Brian pun tersenyum pada Viona.
"Brian kenapa kau tidak kembali ke kantor..? Memangnya pekerjaan kamu sudah selesai...?" tanya Viona.
"Belum..." jawab Brian.
"Trus ngapain kamu di sini kalau pekerjaanmu masih belum selesai...?" tanya Viona.
"Aku mau menemani kak Viona. Kasihan kan kakak makan sendiri tidak ada temannya...." jawab Brian.
"Aku tidak perlu ditemani. Kau kembali saja ke kantor. Nanti kakakmu mencarimu..." ucap Viona.
"Kakak tidak akan mencariku, dia juga sedang sibuk dengan sekertarisnya...." jawab Brian.
"Kalau kakakmu sedang sibuk kenapa kamu malah santai- santai di sini...? Harusnya kamu bantuin pekerjaan kak Bara dong kasihan nanti dia harus lembur kerja lagi sampai malam.." ucap Viona.
"Biarkan saja, akhir- akhir ini dia memang suka sekali lembur. .." jawab Brian.
"Ya udah kalau gitu aku mau pulang..." ucap Viona.
"Aku akan antar kakak pulang...'' ucap Brian.
"Tidak perlu, aku pulang bersama pak Jaja, dia sedang menungguku di parkiran..." jawab Viona.
"Pak Jaja sudah pulang ke rumah..." ucap Brian.
"Apa..? Pak Jaja pulang ke rumah...? Kamu tahu dari mana..?" tanya Viona.
"Aku tadi melihatnya sendiri. Mobilnya keluar dari parkiran mall ini..." jawab Brian.
"Ah, kamu salah lihat kali..." ucap Viona.
"Kakak telpon saja dia...." sahut Brian.
Viona pun mengambil ponselnya lalu menelpon pak Jaja. Tak lama pak Jaja pun mengangkat telpon.
"Hallo bu Viona..." ucap pak Jaja di sebrang telpon.
"Pak Jaja di mana...?" tanya Viona.
"Saya sudah di rumah bu...'' jawab pak Jaja.
"Apa..? Di rumah...? Pak Jaja pulang..? tadi kan saya meminta pak Jaja untuk menunggu sampai saya selesai belanja kenapa malah pulang..." ucap Viona kesal.
"Lho gimana sih bu, kan tadi ibu yang suruh saya pulang...." sahut pak Jaja.
"Siapa yang bilang begitu...?" tanya Viona.
"Pak Brian. Tadi pak Brian bilang sama saya katanya dia dititipi pesan oleh ibu untuk menyampaikan kalau saya disuruh pulang duluan karena bu Vina mau pergi sama pak Brain. Katanya ada urusan penting ke kantor..." jawab pak Jaja.
"Hah...?" ucap Viona sambil melihat ke arah Brian. Sedangkan Brian malah terlihat santai dengan meminum orange jus.
Viona pun baru sadar kalau ini akal- akalannya Brian saja. Viona pun melotot pada Brian sedangkan Brian tersenyum.
"Ya sudah pak Jaja aku tutup telponnya ya..." ucap Viona lalu mematikan sambungan telponnya.
"Jadi kamu yang menyuruh pak Jaja pulang...?" tanya Viona. Brian hanya menggerakkan alisnya saja.
"Kamu ini apa- apaan sih Brian..." ucap Viona kesal.
"Aku kasihan aja lihat pak Jaja nungguin kak Viona di tempat parkir sendiri...." sahut Brian.
"Ya kan emang tugasnya dia nganterin aku ke mana pun aku mau...." ucap Viona.
"Ya udah sekarang biar aku yang anterin kakak. Kak Viona mau ke mana sekarang....?" tanya Brian.
"Nggak usah, aku mau pulang naik taksi on line saja...'' jawab Viona.
"Memangnya kakak nggak takut naik taksi on line sendirian...? Kemarin ada penumpang taksi on line yang dihipnotis lho kak..." tanya Brian.
"Kamu nakut- nakutin aku...?" sahut Viona yang memang takut. Selama ini dia memang tidak berani bepergian naik taksii on line sendirian. Karena dia tidak kenal dengan si sopir tersebut. Dia suka berpikiran macam- macam, akibat beberapa kali mendengar di berita ada penumpang dilecehkan, di culik dan lain- lain. Viona memang parnoan orangnya. Selalu saja merasa takut dan khawatir dengan sesuatu yang belum tentu terjadi.
"Kak Viona mau aku antar pulang nggak..?" tanya Brian.
"I..iya..." jawab Viona yang akhirnya pasrah saja diantar oleh sang adik ipar.
Brian pun lalu ke kasir untuk membayar makan dan minuman yang telah mereka pesan.Setelah itu mereka berdua pergi ke tempat parkir di mana mobil Brian diparkirkan .
****
Brian menjalankan mobilnya menuju rumah Viona. Dalam perjalanan mereka saling berdiam diri sibuk dengan pikiran masing- masing.
"Kak..." ucap Brian.
"I..iya..." jawab Viona.
"Kak Viona melamun...?" tanya Brian.
"Eng..enggak..." jawab Viona.
"Kenapa kakak diam saja...? Apa yang kakak pikirkan...?" tanya Brian.
"Ti..tidak...." jawab Viona.
"Bri..Brian..." ucap Viona.
"Hem..." jawab Brian sambil fokus menyetir.
"A..aku... jadi merasa bersalah...." ucao Viona.
"Merasa bersalah pada siapa...?" tanya Brian.
"Pada kakakmu... " Brian lalu menoleh sekilas pada Viona kemudian kembali fokus melihat ke jalanan.
"Kita berdua salah Brian, kita seharusnya tidak melakukan hal itu. Aku mohon sama kamu, ini terakhir kalinya kita bertemu berdua. Selanjutnya kita jangan terlalu dekat. A..aku nggak mau kejadian kemarin terulang lagi..." ucap Viona.
"Kenapa kak...? Apa kakak menyesal dengan apa yang terjadi waktu itu...?" tanya Brian sambil fokus menyetir.
"I..iya Brian aku menyesal. Aku merasa telah mengkhianati kakakmu. Aku merasa bersalah Brian..." jawab Viona.
"Kakak merasa bersalah setelah kakak menikmati apa yang telah kita berdua lakukan...?" ucap Brian.
"Brian ...!" Viona nampak kesal dengan ucapan Brian.
"Kenapa kak...? Memang kenyataannya seperti itu kan...? Kakak menikmati semuanya..." sahut Brian.
"Brian..! Kenapa kamu bicara seperti itu..! Aku mohon kamu jangan memulai lagi untuk melakukan itu pada kakak...." ucap Viona.
Brian pun diam, dia hanya fokus melihat ke depan. Lalu tiba- tiba dia memukul stir mobil hingga membuat Viona kaget.
"Brian... Kamu kenapa..? Kamu marah sama aku...?" tanya Viona.
Brian terus saja diam, lalu menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Brian, jawab pertanyaanku , kenapa kamu melakukan itu sama aku...?" tanya Viona.
"Karena aku mencintai kakak..." jawab Brian.
"A..apa...? Ka..kamu...?"
"Iya kak, aku mencintai kak Viona..." jawab Brian.
"Brian , kamu jangan gila...apa kamu nggak sadar, aku ini kakak iparmu, aku istri kakak kandungmu.... " ucap Viona tidak mengerti jalan pikiran adik iparnya.
"Ya aku tahu itu, lalu salahnya dai mana kalau aku mencintai kakak iparku sendiri...? Salahnya di mana...?" tanya Brian.
"Ya jelas salah dong Brian. Aku ini sudah punya suami, suamiku itu kakak kandungmu sendiri. Memangnya kamu tega mengkhianati kakakmu sendiri..." jawab Viona. Brian pun hanya tersenyum sinis.
"Ya aku tahu soal itu, kakak tidak perlu menjelaskannya padaku..." sahut Brian.
"Ya trus kenapa kamu...."
"Ya karena aku cinta sama kakak, udah itu aja jawabannya..." sahut Brian.
"Aku butuh kamu kak Viona, aku ingin membahagiakan kak Viona, aku nggak mau melihat kak Viona sedih. Aku ingin melindungi kakak, dari orang- orang yang suka menyakiti kakak, dari orang- orang yang suka berkata tidak baik sama kakak dan dari orang- orang yang suka menghina kakak...." sambung Brian.
"Aku nggak suka melihat kak Viona sedih apa lagi menangis. Aku hanya ingin melihat kakak tersenyum...." ucap Brian.
"Brian...." ucap Viona sambil menatap wajah Brian yang terus fokus menatap ke depan.
Viona tidak mengerti kenapa Brian seolah- olah mengetahui isi hatinya. Kenapa Brian tahu apa yang Viona rasakan sekarang...? Iya, Viona memang sering merasa sedih dengan sikap orang- orang si sekelilingnya termasuk Bara sang suami.
Mereka sering sekali mengatakan hal- hal yang menyakitkan hanya karena Viona belum juga bisa hamil sampai sekarang. Siapa sih perempuan yang tidak mengharapkan anak kalau dia sudah menikah. Tentu saja mereka menginginkannya.Tapi apa yang bisa mereka lakukan jika sang pencipta belum ingin memberikan mereka anak. Mereka hanya bisa berdoa dan berusaha saja. Kalau soal hasil tentu mereka akan menyerahkan pada sang pemilik kehidupan.
"Kak, aku ingin menyembuhkan luka yang ada di hati kakak. Aku ingin membuat kakak senang dan tertawa. Aku tidak ingin kakak sedih terus. Bicaralah kak, jika kakak ingin bercerita tentang permasalahan kakak, ceritakanlah semua padaku, biar kakak bisa lega, dan semua beban yang ada di pikiran kakak hilang..." ucap Brian sambil menggenggam tangan kanan Viona dengan tangan Kirinya. Sementara tangan kanan Brian megang stir.
"Brian..." ucap Viona tak kuasa menahan air matanya.
Iya Viona akui dia butuh seseorang untuk mencurahkan keluh kesahnya tentang permasalahan yang dia alami.Tapi tidak mungkin kan kalau dia akan menceritakan masalahnya pada Brian. Bagaimana pun Brian adalah adiknya Bara.
Bersambung...