NovelToon NovelToon
Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Takdir Cinta Pangeran Terkutuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Beda Dunia / Mengubah Takdir / Kutukan / Menyembunyikan Identitas / Enemy to Lovers / Tumbal
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Piscisirius

Naina dijual ibu tirinya untuk menikah dengan pria yang tersohor karena kekayaan dan buruk rupanya, juga menjadi pemegang rekor tertinggi karena setiap tahunnya selalu menikahi ratusan wanita. Selain itu, Minos dikenal sebagai psikopat kejam.

Setiap wanita yang dinikahi, kurang dari 24 jam dikabarkan mati tanpa memiliki penyebab kematian yang jelas. Konon katanya para wanita yang dinikahi sengaja dijadikan tumbal, sebab digadang-gadang Minos bersekutu dengan Iblis untuk mendapatkan kehidupan yang abadi.

“Jangan bunuh aku, Tuan. Aku rela melakukan apa saja agar kau mengizinkanku untuk tetap tinggal di sini.”

“Kalau begitu lepas semua pakaianmu di sini. Di depanku!”

“Maaf, Tuan?”

“Kenapa? Bukankah kita ini suami istri?”

Bercinta dengan pria bertubuh monster mengerikan? Ugh, itu hal tergila yang tak pernah dibayangkan oleh Naina.

“... Karena baik hati, aku beri kau pilihan lain. Berlari dari kastil ini tanpa kaki atau kau akhiri sendiri nyawamu dengan tangan di pedangku?”

***

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Piscisirius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34 - Tujuan Masing-masing

“Hei, apa menurutmu cara ini akan berhasil?” tanya seekor burung raksasa dengan tampang meragukan.

“Kau lihat saja. Mustahil jika tidak berhasil,” balasnya dengan penuh percaya diri.

Di bawah sinar rembulan, tanpa terhalang rimbunnya dedaunan dari pepohonan tinggi, seorang pria yang tak sadarkan diri dibaringkan pada aliran sungai setinggi mata kaki orang dewasa.

Beberapa kelopak bunga mawar biru dibiarkan mengikuti arus air yang mengalir. Sebagian ditaburkan pada tubuh pria tersebut, berharap dia segera membuka matanya.

“Sepertinya ... Kondisi Tuanku akan semakin parah. Bukankah ini memang konsekuensi yang mesti ditanggungnya?”

Tora, burung gagak yang bertransformasi dengan ukuran yang lebih besar, sepertinya sudah kehilangan harapan. Beberapa saat lalu, detik-detik dirinya akan hilang kesadaran, dan dunia di sekelilingnya tampak sibuk, boneka jerami datang menyelinap untuk menolong Tora.

Di hutan ini, tepatnya pada dasar jurang tersembunyi, ada sebuah mata air suci yang menjadi jantung sekaligus pelindung bagi hutan ini. Lokasinya sengaja dirahasiakan, tapi boneka jerami itu tanpa pikir panjang—juga tanpa meminta izin pada yang lain, langsung membawa Tora ke sana.

Bukan hanya menyembuhkan luka di tubuhnya, Tora juga diberi kekuatan sementara. Dengan tubuhnya yang membesar laksana raksasa, dia bisa menyeret Tuan Minos— yang nekat melawan penyihir, sebelum segalanya terlambat.

“Aku merasa dejavu, dulu Tuan Minos pernah seperti ini juga. Dia telah melanggar apa yang telah menjadi larangan mutlak. Mengandalkan kalung aegis saja tidak cukup, dan karena minimnya waktu yang dimiliki, kondisi tubuhnya jadi sehancur ini. Dan jika bunga mawar biru saja tak bisa menolongnya, maka—”

“Bisa!” potong boneka jerami dengan teriakan melengking, rasa antusiasnya bangkit kala melihat sebuah perubahan nyata terjadi di depan matanya.

Kaki gosong yang tampak mengerikan itu perlahan berubah. Semacam berganti kulit, sinar dari pergantian kulit itu tampak indah, menampakkan sepasang kaki normal yang menjadi wujud asli dari Tuan Minos.

Perlahan tapi pasti. Pergantian wujud itu bertahap, mulai dari kaki hingga ujung kepala. Sempurna berganti wujud, kedua mata yang memiliki bulu mata lentik tersebut pun mulai mengerjap-ngerjap.

“Tuan!” Tora berteriak riang. Buru-buru menghampiri ke sisi sungai, ingin melihatnya dari dekat.

Saat tubuh berbalut pakaian compang-camping itu mulai beringsut dari posisi baring, duduk sambil memegangi rambut basahnya yang mengaliri dada bidang miliknya, dan yang terucap pertama kali dari mulutnya justru membuat dua mahluk yang menunggunya sejak tadi langsung mengembuskan napas.

“Aku harus segera kembali! Naina butuh pertolonganku.” Tubuhnya langsung berdiri, baju basahnya mencetak jelas lekuk tubuh bak binaragawan miliknya.

“Tuan, kau tahu itu sangat tidak memungkinkan untuk dilakukan. Kondisimu saat ini—”

“Tunggu,” sela Tuan Minos seraya menyipitkan mata, baru menyadari ada keanehan di sini. “Sejak kapan tubuhmu jadi sebesar ini?”

“Sejak aku bertekad untuk menolongmu, Tuan. Jika tidak dengan tubuh ini, mana mungkin aku bisa menarikmu dari sana. Dan mana mungkin juga Tuan bisa ada di sini hingga kembali merasakan wujud normal ini,” papar Tora apa adanya.

Kembali menyadari ada yang aneh, Tuan Minos menurunkan pandangan. Menatap tubuhnya sendiri, baru sadar akan perubahan wujudnya.

“Benar juga, mengapa aku bisa kembali pada wujud ini? Bukankah perlu bunga mawar biru? Dan untuk mendapatkannya—”

“Itu tak lagi penting di kondisi sekarang!” serobot boneka jerami yang tahu waktunya hanya tersisa sebentar lagi.

“Jika kau berniat untuk menolong perempuan itu, maka kita harus bergegas ke suatu tempat yang memungkinkan kau mendapat sedikit kekuatan agar bisa menaklukan penyihir itu. Setidaknya kau bisa berdiri dengan benar tanpa sebuah penangkal dari kalung apalah itu,” tambahnya kemudian.

Sambil menyisir rambutnya ke belakang, Tuan Minos mengangguk setuju. “Baiklah, bawa aku ke sana sekarang!”

***

“Ayo ikut aku!” ajaknya sambil menarik lengan perempuan bergaun putih itu.

Sepasang kaki berlarian, sedikit terseok demi mengikuti langkah kaki seseorang di depannya. Tangannya dipegang erat, menyadari betapa gigih usahanya untuk melakukan sesuatu.

Mereka berjalan ke depan secara beriringan. Sejauh ini di depan sana hanya terlihat bidang ruang kosong putih yang tak tahu mana ujungnya.

“Naina, namamu Naina, kan? Ya, setidaknya itu yang kutahu tentangmu.”

“Mungkin? Aku benar-benar tak bisa mengingat apapun yang ada dalam diriku. Aku hanya bisa merasa betapa ringannya tubuh ini. Di sini aku merasa sangat bebas,” balasnya sambil menggaruk kening keheranan.

“Jika aku tak segera ke sana untuk memperbaiki keadaan, mungkin ingatanmu akan hilang selamanya.”

“... Dan kau akan terjebak di sini selamanya. Tempat ini hanyalah untuk orang-orang yang tak bisa ke alam baka. Kau tak akan pernah tahu tempat indah lain jika menetap di sini. Itu sebabnya, kesempatan terakhir yang kau miliki tak boleh disia-siakan sebelum terlambat,” finalnya yang membuat Naina termangu cukup lama.

Dipikirkan berapa kali pun, Naina tak bisa mengingat apa-apa. Bahkan untuk memastikan perihal namanya saja tak bisa dirinya lakukan.

Beberapa menit setelahnya, perempuan bergaun merah berhasil menggandeng Naina keluar dari ruangan yang sebelumnya mereka tempati. Mereka seperti masuk ke lorong waktu, berpindah-pindah tempat, hingga tibalah di sebuah padang rumput yang penuh akan kupu-kupu bercahaya.

Di sana, tepat di depan sebuah jembatan yang sebagian tertutup kabut—sehingga ujung dari tempat yang dituju entah seperti apa, dua sosok manusia yang mungkin tingginya melebihi dua meter, tengah berdiri sambil memegangi tongkat.

Kemungkinan besar mereka penjaga jembatan tersebut. Mereka tak terlihat seperti manusia pada umumnya, sebab memiliki kulit yang mirip seperti warna batu—bahkan dibagian tertentu sudah dipenuhi lumut.

Sambil menanggahkan kepala dan berlutut dihadapan mereka berdua, perempuan bergaun merah tersebut tampak berusaha memohon. “Sekali saja! Keadaan ini genting, darurat sekali.”

“Apapun itu, jika bukan perintah langsung dari solvain, maka kami tidak akan pernah mengizinkanmu untuk bertemu dengannya. Sadarilah posisimu, untuk kasus jiwa yang tak pernah bisa ke alam baka sepertimu, kau tidak bisa dengan bebas meminta hal seperti ini!”

Meski penolakan yang didapat, perempuan itu tak langsung menyerah. Dia bahkan bersujud di hadapan mereka. Sementara perempuan gaun putih di sebelahnya, mirip seperti orang linglung yang tak tahu harus apa selain menjadi penonton.

“Tolong, aku mohon! Ada hal yang perlu kami lakukan. Perempuan yang kubawa ini adalah korban tumbal, raganya diambil paksa oleh penyihir jahat. Dan kau—maksudku kalian, juga tahu, kan? Bahwa aku pun korban di sini!”

Perkataan yang dikeluarkannya barusan, terdengar sedikit gemetar. Seperti ada yang berusaha dirinya tahan dan ia pendam selama ini.

Tak menunggu balasan, tiba-tiba saja kabut yang menutupi jembatan di depan sana, langsung terhempas habis. Bersih tak bersisa. Sehingga nampaklah jembatan tersebut menghubungkan ke tempat macam apa.

Sekilas tak terlihat ada yang istimewa, hanya ada air terjun yang menanti di ujung sana. Meski begitu, perempuan itu tahu siapa yang telah menunggu dan senantiasa berada di sana.

Menyadari demikian, perempuan itu langsung berjingkrak senang. “Terima kasih banyak!”

“Kami tidak melakukan apapun. Simpan rasa terima kasihmu untuk solvain nanti,” balas salah satu dari penjaga tersebut.

***

Di sisi lain, sebelum fajar menyingsing, ritual benar-benar telah berhasil dilakukan. Penyihir dengan rambut mengembang itu senang bukan main saat apa yang sejak lama telah direncanakannya berhasil terwujud.

Raga milik Naina yang telah diisi oleh jiwa yang berbeda, persisnya oleh jiwa dari putri Ysandre, tampaknya tidak senang dengan situasi saat ini. Bukan karena dirinya tak senang berhasil hidup kembali, tapi raga yang ditempatinya tak sesuai dengan keinginannya.

“Bagaimana? Bukankah kau menantikan hal ini sejak lama?” Ysandre tersenyum semringah, melihat lamat-lamat putrinya—meski yang ia lihat adalah raga milik orang lain.

“Haa? Apa menurutmu aku senang dengan tubuh ini?” balasnya dengan memasang wajah menahan jengkel.

Wajah polos khas Naina yang terlihat seperti gadis lugu, benar-benar sirna, yang tergambar hanyalah mimik antagonis.

“Berhentilah memasang senyum bodoh seperti itu! Apa kau berharap aku akan berterima kasih padamu untuk hal ini?” sambungnya sambil menautkan alis, tangannya bertolak pinggang.

“Jangan mimpi!” sergahnya sambil membalikan badan, memutus kontak mata.

Gaun lusuh yang dikenakannya, ia kibas-kibas dengan gerakan risih. Beberapa kali kakinya pun menghentak-hentak tanah, meluapkan rasa kekesalannya.

Raut wajah Ysandre yang semula semringah dan penuh dengan antusias yang tinggi, seketika memudar. Ia bertanya-tanya, setelah semua hal yang ia lakukan dan korbankan, apa balasan menyedihkan seperti ini yang diterimanya?

***

1
Lukman Ktb
Dtunggu kelanjutannya kak.... bikin penasaran .
Nona Bulan 🌜: Siap, Kak. Mohon ditunggu ya
total 1 replies
San San
up.....up.....up...........
Audya
kak,, jangan hilang yaa,, aku di sini nungguin updatenya cerita ini 😁
Audya: i see, thanks infonya, semoga penilaian buat lombanya bagus
Nona Bulan 🌜: Di wacaku sama di GN lagi mau persiapan ikut lomba, Kak. Di sini khusus buat novel fantasi aja
total 6 replies
Audya
kak, kutunggu update selanjutnya, hehe
Sandy Aulia Putri
up lagi donk ka...masa lama nunggu cuma 1
Eskael Evol
kayaknya tuan minos punya perasaan deh
Eskael Evol
ngeri thor tapi juga penasaran
Lukman Ktb
Aaaahhhhhh krng bnyk kk..... bikin pinirin bngt/Panic/ semngat kk dtunggu kelanjutannya.... mksh
Lukman Ktb
aaahhhhhj bikin penasaran.... dtunggu ya kak up nyaa
Ginawati Desi
up lagi dong kaaaak
Ginawati Desi
Alhamdulillah sdh up lagi makasih kaaaak /Heart/
Cha Sumuk
bikin kecewa
Lukman Ktb
ceritanya bagus thor. aku sukaaaaa.... jd g sabar nunggu kelanjutannya. Semangat thorrr/Smile//Smile//Smile/
Cha Sumuk
knp sih di buat MC ceweknya bodoh thor dah bodoh lemah mudah di tipu bikin mls BC thor
Nona Bulan 🌜: Aku gak maksa buat kakak suka cerita aku, silakan tinggalkan novel ini misal kakak udah malas buat bacanya. Dilarang misuh-misuh! Kalau ngotot tanya kenapa MC nya dibuat bodoh dan lemah, seharusnya kakak tau jawabannya kalau memang menyimak sedari awal cerita.

Naina itu hampir seumur hidupnya berada dalam jeruji yang dibuat ibu tirinya, bahkan dia nggak dibiarkan tau dunia luar. Sekalinya dibiarkan keluar, dia harus berhadapan sama seorang pria psikopat yang arogan dan kasar. Kalau kakak ada di posisi Naina, yang udah terlanjur terikat dalam takdir itu, kakak mau gimana? Pastinya berusaha buat keluar dari lingkaran penderitaan itu, dan Naina berusaha melakukannya. Meskipun mungkin dengan cara yang nggak pernah dirinya sadari, bahwa hal itu belum tentu baik dan bisa berjalan sesuai dengan rencana.

Sekali lagi, buat kakak ataupun siapapun reader lainnya. Aku nggak maksa siapapun buat stay di cerita aku, kalau memang udah nggak suka bisa ditinggalkan. Aku siap menerima kritik dan saran dengan senang hati, tapi harus yang membangun. Bukan sebatas olok-olokan. Terima kasih.
total 1 replies
Sandy Aulia Putri
👍👍👍👍👍
Cha Sumuk
bagus ceritanya tp ga suka krna MC ceweknya bodoh jg lemah,penakut jg cengeng,trs MC cw nya terlalu arogan bnr2 ga enk bngt di BC nya
Nona Bulan 🌜: Terima kasih karena sudah mampir dan membaca sampai di bab ini, Kak. Untuk pembangunan karakter antara Naina dan Tuan Minos memang sengaja dibuat seperti itu ya, Kak. Tentunya bukan hanya asal-asalan, ada alasan dibalik kenapa mereka dibuat mereka begitu. Kalau kakak berkenan masih mau baca, di bab-bab selanjutnya mungkin kakak akan tau jawabannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!