Mengkisahkan seorang wanita yang menikah dengan seorang laki-laki buta karena perjodohan, ia harus menjalani hidup berumah tangga dengan laki-laki buta yang tempramen dan menyebalkan bagi nya.
penilaian laki-laki itu tentang diri nya yang di anggap hanya menginginkan harta nya, membuat ia berkomitmen membuktikan kalau ia gadis baik-baik.
Akan kah ia bisa menaklukan hati laki-laki itu?. Yuk Simak cerita nya. semoga suka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shanti san, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
Di sebuah Danau.
Naira menangis merenungkan nasib nya yang begitu miris. tidak ada kasih sayang, merasa kan penghianatan, menyiksa batin tinggal dengan suami pemarah dan tak pernah menganggap nya ada.
Seolah takdir sedang mempermainkan nya, Naira merasa ia sudah berusaha menjadi yang terbaik untuk suami nya, namun tak sedikit pun usaha nya ada melekat di hati pria itu.
"Aku tak mencintai mu, Aku melakukan semua karena aku menghormati mu, lalu kenapa?, Kenapa kau jahat pada ku, Kenapa kau begitu jahat........" Teriak Naira di danau itu.
Tak perduli jikalau ada orang di sekitar sana yang mendengar teriakan nya, ia sama sekali tak perduli. hati nya sedang terluka.
Erika dan Nana yang mencari Naira pun menemukan sahabat nya itu di tempat yang menjadi favorit mereka. setelah Naira mengirim sebuah pesan di grup sebuah emoji hati yang patah. Bahkan mereka mendengar apa yang di terikan Naira saat ini.
"Nai."
"Rika, Nana." Ucap Naira hingga ia lansung menangis tersedu-sedu di pelukan sahabat nya. terasa beban yang teramat berat telah membebani hati nya.
"Nai, kenapa sih Nai, kamu gak boleh ngerasa sendiri, kan ada kita." Kata Erika.
"Iya Nai, kalau ada apa-Apa kamu bisa cerita ke kita, kita kan sahabat." Sambung Nana.
"Aku gak tahu, aku kadang merasa ingin cerita ke orang yang lebih tua untuk berbagi seperti pada Mama aku, Papa aku, tapi...."
Erika memeluk Naira sembari Mengunakan tangan nya mengelus pundak sahabat nya itu. mencoba menenangkan Naira lebih dulu.
...•••...
Sementara di tempat lain.
Bagas memikirkan perkataan Elang, kalau ia memang laki-laki tak berguna. ia juga teringat pada Naira yang tidak tahu kemana dalam keadaan sedih nya tadi. meski ia bersikap dingin dan tak perduli pada Naira, tentu saja itu hanya kebohongan, ia sangat perduli pada wanita itu.
sejak adanya Naira, hidup nya yang tadi nya sunyi kini sedikit lebih berwarna. meski ia tak mencintai Naira, namun harus ia akui kalau Naira bisa menjadi teman yang baik untuk siapa saja.
Saat tengah melamun, seseorang masuk ke dalam ruangan nya.
"Selamat siang bos." Ucap Seseorang itu.
Bagas pun tersenyum kecil saat ia mendengar kalau itu adalah Bobi sahabat nya.
"Pengantin baru, kau sudah kerja saja padahal baru beberapa hari menikah " ucap Bobi sembari duduk di kursi.
"Kau datang untuk mengejek ku?." Tanya Bagas.
"Ha, Aku serius, dimana istri mu, kau tak ingin berbagi sedikit pengalaman untuk bujangan ini tentang malam pertama, ayo katakan sedikit ilmu padaku" Ucap Bobi tersenyum lalu tertawa.
"Kapan kau pulang dari Amrik?." Tanya Bagas mengalihkan pembicaraan.
"Hei apa ini?." Ucap Bobi tahu kalau Bagas sedang mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aku Belum menyentuh nya, seperti nya tidak akan, Aku berencana menceraikan nya." Ucap Bagas datar.
"Apa?, Kau gila Man, Baru kau nikahi sudah mau kau ceraikan, Itu anak orang, aku rasa kau tak benar serius soal ucapan mu ini." Kata Bobi bicara serius dengan Bagas.
"Aku serius Bob, aku tidak perduli soal itu,." Kata Bagas. Bobi mengelengkan kepala nya mendengar ucapan sahabat kecil nya itu.
"Kapan kau ingin Menganti kornea mata mu Gas?, untuk apa pertahankan yang sudah tak bisa kau pertahan kan. bangkit lah Men, lupakan masa lalu yang menyakitkan mu itu" ucap Bobi.
"Aku sedang tak ingin membahas itu Bob." Kata Bagas.
Bobi pun menghela nafas melihat Bagas yang terus menghindar dari pembahasan ini.
"Baik lah, kapan kita bisa ke rumah mu, sekalian aku ingin kenal istri mu." Kata Bobi tersenyum mencoba kembali mencairkan suasana yang mulai beku.
"Setelah ini."
•••
Setelah dari kantor.
Bagas dan Bobi kembali ke rumah Bagas, Bagas berfikir kalau Naira tidak ada di rumah dan ia mengajak Bobi untuk bersantai saja berdua di dalam rumah. mungkin wanita itu kembali ke rumah orang tua nya, atau kerumah sahabat nya, entah lah, biasa wanita begitu, pikir Bagas.
Namun pikiran Bagas salah, saat ia baru saja masuk ke dalam rumah setelah ia membuka pintu rumah dengan kunci, mereka lansung di sambut oleh bau kue. Bobi tersenyum saat tahu kalau Bagas mendapatkan Istri yang pandai memasak.
Bobi menepuk pundak Bagas merasa bangga.
"Mas Bagas sudah pulang." Ucap Naira menyambutnya dengan senyuman manis, seolah tak ada yang terjadi tadi pagi. meski Bagas tak melihat, ia bisa mendengar kalau Tidak ada raut sedih dalam tutur kata Naira.
"Hai, aku bobi sahabat kecil Bagas." Ucap Bobi mengulurkan tangan nya berkenalan dengan Naira.
"Naira." Jawab Naira.
"silakan masuk Mas, aku akan buatkan minum." Lanjut Naira lagi.
"Ayo masuk Bob, kita santai di ruangan kerjaku saja." Kata Bagas.
"Istri mu cantik dan juga seperti nya baik."Ucap Bobi.
"Jangan menilai orang saat baru saja bertemu." Ucap Bagas.
"Memang nya kenapa?, Apa dia galak?, Tapi tidak mungkin, wajah nya terlalu lucu, kalau pun dia marah pasti akan terlihat cantik."Kata Bobi mengoda Bagas.
"Makanya, ganti kornea mata mu, jika kau bisa lihat kembali, kau akan melihat cantik nya istri mu itu."Kata Bobi lagi. Bagas hanya diam tersenyum kecil mengelengkan kepala, mendengar godaan sahabat nya itu.
"Naira lalu datang membawakan minuman dan Kue untuk mereka nikmati.
"Wah, kelihatan nya enak." Ucap Bobi.
"Saya baru coba resep nya mas, coba mas Bagas coba." Kata Naira dan memberikan sepotong kue pada Naira. Namun Bagas menepis nya hingga kue itu jatuh di lantai.
Bobi yang melihat sikap Bagas pada Naira pun mengelengkan kepala nya, Sementara Naira yang tadi nya tersenyum pun seketika senyum ia memudar menjadi sendu. "Em, kalau gitu , aku permisi keluar dulu " Ucap Naira dan keluar dengan cepat.
"Kau keterlaluan Bagas, jika kau lihat wajah nya, dia begitu sedih saat kau melakukan itu pada nya." Kata Bobi. Bagas hanya diam saja.
Bobi menggelengkan kepala nya di ikuti Helaan nafas berat, melihat Sikap Bagas pada Naira.
bukan pak Cipto