SEKILAS WAJAH SAYU

Suasana di cafe starblue, sebuah cafe yang terletak tidak jauh dari kampus Universitas Ohio, tampak sangat ramai pengunjung, siang itu. Bersamaan dengan jadwal makan siang.

Sebagian besar pengunjung kafe adalah para mahasiswa dari kampus Ohio State University. Di cafe itu menyajikan makanan dan minuman yang enak dengan harga yang terjangkau oleh kantong para mahasiswa yang kebanyakan pendatang dari berbagai negara.

Kafe itu memiliki tempat yang luas dan nyaman. Sehingga pengunjung dapat bersantai untuk sekedar minum kopi sambil mengerjakan tugas kuliah. Atau berkumpul bersama teman-teman untuk bercengkrama.

"Zee, kamu antar minuman ke ruang VIP ya! "Kata Julie manager cafe tempat Zee bekerja paruh waktu.

Zee memang bekerja paruh waktu setelah jadwal kuliahnya berakhir. Dan di cafe starblue sendiri, Zee baru mulai bekerja selama satu Minggu, setelah tesisnya selesai.

"Baik, nona Julie." Zee mengangguk patuh.

Zee mengambil nampan berisi makanan dan minuman dimeja pantry. Kemudian membawanya keruangan yang disebutkan oleh Julie.

Ya, di cafe itu terdapat sebuah private room, yang khusus bagi mahasiswa berkantong tebal. Dan tidak ingin privasi mereka terganggu oleh pengunjung cafe yang lain.

Perlahan Zee mengetuk pintu ruangan dan masuk dengan pelan. Di dalam ruangan itu, terdapat empat orang mahasiswa populer di kampus mereka, salah satunya adalah Reynald.

Namun, mereka tidak begitu memperhatikan, saat Zevanya masuk mengantar makanan, karena sibuk dengan ponsel masing- masing.

"Permisi, Tuan! Pesanan anda sudah siap."

Zee menyajikan hidangan itu diatas meja.

"Makanannya sudah siap, Tuan-tuan! Silahkan dinikmati! Jika masih ada pesanan, silahkan hubungi kami lagi, saya permisi." Zee mundur beberapa langkah. Karena tidak ada jawaban Zee segera berbalik keluar ruangan .

"Terimakasih, Nona!" jawab salah seorang dari keempat tamu kafe di ruang VIP itu, tanpa menoleh.

Dia adalah Reynald Wilson. Reynald bersama tiga orang temannya sedang duduk bersantai di cafe, setelah sidang tesis mereka selesai.

"Ayo kita minum dulu," kata Reynald memecah suasana yang tadinya hening.

"Oke, ..." ketiga sahabat Reynald mengambil minuman mereka masing-masing.

"Selesai wisuda, kalian akan lanjut kemana, Bro?" tanya Reynald lagi.

"Aku tentu saja meneruskan usaha Daddy , beliau ingin pensiun, kalau kamu, Rey?" Axel balik bertanya. Axel adalah salah satu teman Reynald yang notabene adalah anak seorang pengusaha Perbankan Internasional.

"Entahlah, kalau aku belum sempat mikir, ...aku masih ingin bebas dulu, sebelum terkurung seumur hidup di perusahaan Daddy." Kata Reynald tertawa kecil.

"Kalau aku, sama sih kayak Axel... " Kata Daniel sambil menyesap minumannya. Daniel adalah anak seorang anggota legislatif di negara bagian Ohio.

"Aku masih belum punya rencana, mungkin aku akan membantu bisnis orangtuaku yang ada di New York." Kata Abraham menambahkan.

Abraham adalah anak dari seorang Jaksa wanita di kota itu, dan ayahnya seorang pengusaha properti yang memiliki cabang dimana-bana.

Ketiga sahabat Reynald tersebut adalah, Axel Griffith, Daniel Smith dan Abraham Lincoln. Mereka sangat terkenal dikampus dengan ketampanan dan kekayaan mereka. Wajah rupawan dan mobil mewah adalah modal mereka untuk memikat wanita.

Rumor yang beredar di kampus bahwa Reynald Wilson adalah seorang playboy kampus, siapa yang mampu menolak pesonanya. Hampir semua mahasiswi cantik pernah jadi kekasihnya. Namun setelah bosan, dia meninggalkan mereka begitu saja.

"Jadi setelah wisuda, kita bakal pisah dong." Kata Axel.

"Ya, ..tapi kita kan masih bisa komunikasi dengan ponsel." Kata Abraham menaikkan ponselnya.

"Rey, bagaimana dengan Katrine, ...kalian masih pacaran?" Tanya Abraham, menatap sahabatnya penuh selidik.

"Udah nggak, dia sangat manja dan materialistis, aku muak dengannya, lagi pula aku tidak mencintainya," kata Reynald.

"Semua cewek yang kamu pacari, udah pasti matre semua, Rey! kamu itu kan ... mmh, royal sama cewek," cemooh Daniel tertawa lepas.

Reynald hanya tersenyum sinis.

"Rey, ... aku punya tantangan nih buat kamu!" ujar Axel, sembari menyesap habis minuman dingin didepannya.

"Tantangan apa? Kamu mau ngerjain aku?" Tanya Rey memandang Axel dengan tatapan curiga.

"Jangan curiga dulu dong, tantangannya gampang, merayu seorang cewek." ungkap Axel tersenyum evil. "Jika kamu berhasil mendapatkan dia dan ngajak kencan, kamu menang."

"Itu mah gampang, lagian siapa sih yang bisa nolak pesona Reynald?" timpal Abraham.

"Eiit, tunggu dulu, cewek ini beda..." Kata Axel lagi.

"Beda apanya? Memangnya dia dari dunia lain?" tanya Reynald penasaran.

"Namanya Zevanya Meghan, cewek yang selalu mendapat predikat terbaik dikampus kita..." Axel tersenyum penuh arti.

Reynald berpikir sejenak, sambil mengerutkan keningnya.

"Cewek aneh itu?….nggak... nggak, yang lain saja." Reynald menolak.

"Justru itu tantangannya Rey. Lagian belum tentu juga dia mau menerima kamu, ya kan?" Daniel menimpali.

"Jika aku menang ... ." tanya Reynald

"Dua puluh lima persen sahamku, milikmu " kata Axel.

"Jika Rey kalah?" Daniel tidak tinggal diam.

"Jika Rey kalah, mobil kesayangan itu buat aku," tambah Axel.

"Oke, deal!" Kata Reynald menjabat tangan Axel, tanda setuju.

Reynald menyesap minuman sodanya sedikit,

"Apa ada diantara kalian ada yang punya informasi tentang dia?" tanya Reynald.

"Tidak, kamu searching saja di internet, siapa tahu dia punya IG, FB," saran Abraham.

Reynald mengaktifkan kembali ponselnya, dan mengetik nama Zevanya Meghan pada kolom pencarian.

Zevanya Meghan, Reynald pernah mendengar nama itu, sebagai mahasiswi berprestasi di kampusnya. Menurut berita yang dia dengar Zevanya adalah lulusan terbaik kampus tersebut.

Namun, penampilannya yang aneh. membuat orang-orang tidak begitu mau berteman dengannya. Celana jeans dan sweater kebesaran selalu menjadi pakaiannya sehari hari.

Semua outfit yang dipakai pun tidak ada satupun barang-barang branded. Karena Zee tidak mampu memberi pakaian mahal.

Karena memang Zee bisa kuliah dikampus itu atas beasiswa penuh dari pemerintah Amerika Serikat, karena prestasinya yang luar biasa.

Zee sendiri pun, membatasi pergaulannya dengan mahasiswa yang lain.

Menurutnya, akan lebih baik baginya untuk fokus pada pelajaran, dari pada berkumpul bersama teman-teman nya, menghabiskan waktu untuk membahas hal yang tidak jelas.

Bagi Reynald sendiri, mendekati cewek bukanlah hal yang sulit, karena tanpa diminta pun, cewek-cewek itu akan datang dengan sendirinya, namun ini adalah seorang Zevanya Meghan, gadis aneh yang jelek dan berkaca mata tebal.

Tapi demi harga dirinya sebagai seorang penakluk wanita, Reynald menerima tantangan itu.

"Zevanya Meghan..." Gumam Reynald, saat cowok itu menemukan profil Zee

"Berusia 24 tahun, mahasiswa magister jurusan bisnis, berasal dari Australia." Reynald tersenyum remeh.

"Tidak ada yang menarik, ..." Reynald masih menggulirkan layar ponselnya ke bawah, dia menemukan sebuah Caption, dibawah sebuah foto yang terlihat sangat jelek. Tulisan itu sangat menarik perhatiannya.

Aunty patty "semangat kuliahnya ya sayang, jangan malu dengan penampilanmu, hingga saatnya tiba, seseorang yang tulus akan datang untuk mencintaimu. Beruntung lah dia yang bisa menemukan berlian seperti dirimu."

zeemeghan "aku akan selalu mendengar nasehatmu Aunty, kau benar... Disini orang-orang hanya mau berteman dengan hanya melihat fisik, tidak ada yang tulus."

"Siapa sebenarnya dia? Apakah dia menyembunyikan kecantikannya? Tapi untuk apa? Ah, Aku jadi penasaran," Reynald memijit kepalanya yang tidak sakit. Dia sedang berusaha mencari cara untuk mendekati gadis itu.

******

Keesokan harinya, jadilah Reynald seorang penguntit, mencari informasi tentang Zee. Saat seseorang memberitahukan kalau gadis itu sedang mengikuti sidang tesis nya di salah satu ruangan sidang dikampus tersebut. Reynald pun mulai menjalankan aksinya.

Reynald menunggu diparkiran, sambil memperhatikan mahasiswa yang keluar dari gerbang kampus. Tak lama kemudian dia melihat seorang gadis yang berpakaian kebesaran,seperti biasanya. Rambutnya diikat asal, dan kaca mata tebal menutupi matanya yang bening.

Tak ada yang mencolok dari penampilan Zee, biasa saja. Begitu juga dengan tas ransel yang dipakainya, terlihat agak lusuh. Beberapa buah buku berada ditangan kirinya.

Gadis itu berjalan menuju halte bis, yang tidak jauh dari gerbang kampus.

Seorang gadis setengah berlari menghampiri Zee, dan mereka kelihatan duduk berdua di halte sambil menunggu bus yang akan lewat. Namun setelah beberapa saat bus yang ditunggu pun tidak kunjung datang.

Reynald kemudian menjalankan mobil mewahnya perlahan menuju halte bis, dan turun menghampiri keduanya.

"Kalian mau pulang?" Tanya Reynald.

Keduanya tampak kaget dengan kehadiran Reynald. Apalagi saat pria itu menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang.

Awalnya Zee menolak, tapi karena bus tak kunjung datang Zee dan temannya Hana, bersedia diantar pulang oleh Reynald ke Apartemen mereka.

Bersambung.