NovelToon NovelToon
Sebatas Ibu Pengganti?

Sebatas Ibu Pengganti?

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Pengganti / Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:5.6M
Nilai: 4.8
Nama Author: D'wie

Hati siapa yang tak bahagia bila bisa menikah dengan laki-laki yang ia cintai? Begitulah yang Tatiana rasakan. Namun sayang, berbeda dengan Samudera. Dia menikahi Tatiana hanya karena perempuan itu begitu dekat dengan putri semata wayangnya. Ibarat kata, Tatiana adalah sosok ibu pengganti bagi sang putri yang memang telah ditinggal ibunya sejak lahir.

Awalnya Tatiana tetap bersabar. Ia pikir, cinta akan tumbuh seiring bergantinya waktu dan banyaknya kebersamaan. Namun, setelah pernikahannya menginjak tahun kedua, Tatiana mulai kehilangan kesabaran. Apalagi setiap menyentuhnya, Samudera selalu saja menyebutkan nama mendiang istrinya.

Hingga suatu hari, saudari kembar mendiang istri Samudera hadir di antara carut-marut hubungan mereka. Obsesi Samudera pada mendiang istrinya membuatnya mereka menjalin hubungan di belakang Tatiana.

"Aku bisa sabar bersaing dengan orang yang telah tiada, tapi tidak dengan perempuan yang jelas ada di hadapanku. Maaf, aku memilih menyerah!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Tempat baru

"Sus, Mas ganteng nyariin tuh," goda Mbak Mala membuat Tatiana yang sedang berjalan menuju keluar untuk segera pulang menghentikan langkahnya. Ia lantas mengalihkan pandangannya ke arah Aska yang sudah berjalan ke arahnya dengan senyum merekah.

Tatiana menghela nafas. Aska laki-laki yang baik. Bahkan ia tidak mempermasalahkan kehamilannya saat mendekat. Namun tetap saja, Tatiana merasa ini salah. Ini tidak benar. Terlebih setelah bertemu dengan ibu dari laki-laki tersebut.

"Hai Tiana. Mau pulang?"

Tatiana mengangguk dengan ekspresi datarnya.

"Bisa ... kita bicara sebentar?"

"Kita bicara di taman samping saja, Mas."

Aska tersenyum lebar. Ia pun segera mengikuti langkah kaki Tatiana.

Setibanya di taman samping klinik, Tatiana pun segera duduk di salah satu kursi. Aska hendak duduk mendekat, tapi Tatiana dengan cepat menggeser tubuhnya.

"Mas mau bicara apa?" tanya Tatiana to the point.

"Tiana, maafkan sikap mamaku kemarin ya. Dia nggak bermaksud seperti itu kok," melas Aska khawatir Tatiana menjauhinya.

Tatiana tersenyum tipis, "aku sudah maafin ibu Mas Aska kok."

"Syukurlah. Terima kasih ya. Kau memang perempuan yang sangat baik," puji Aska yang merasa senang karena Tatiana tidak mengambil hati dengan sikap sang ibu.

"Ya. Sebab aku sadar, apa yang ibu Mas lakukan itu wajar. Mana ada sih seorang ibu yang bisa begitu legowonya melihat anak laki-lakinya yang masih single tiba-tiba memperkenalkan seorang wanita hamil kepadanya? Pasti pikirannya akan bermain. Tidak tenang. Merasa was-was. Takut saj juga khawatir. Jadi lebih baik mulai sekarang Mas jauhi aku. Aku nggak mau karena kedekatan mu kepadaku jadi pemicu pertengkaran kalian," ucap Tatiana tenang, namun sanggup membuat Aska bagai tersambar petir.

Belum sempat ia memenangkan hati Tatiana, Tatiana kini justru membangun tembok tinggi. Padahal maksud hati memperkenalkan Tatiana dengan sang ibu berharap Tatiana mau menerima kehadiran dirinya. Ia pikir ibunya seorang wanita yang lembut dan baik hati, pasti tak masalah menerima Tatiana yang seorang janda. Bukankah katanya kebahagiaannya lebih penting. Tapi apa yang kini terjadi? Karena sikap sang ibu yang menunjukkan ketidaksukaannya membuat Tatiana membangun tembok tinggi yang kemungkinan makin sulit untuk dia gapai.

"Kalau tak ada lagi yang ingin dibicarakan, aku permisi." Tatiana pun gegas berdiri membuat Aska segera tersadar dari keterpakuannya.

"Tiana, bukankah katamu kau memaafkan ibuku. Lantas mengapa kau malah ingin menjauhiku? Jujur, aku mendekatimu karena aku tulus sayang padamu. Ibuku sebenarnya naik, mungkin ia terlalu syok melihat perempuan yang anaknya sukai tengah hamil. Namun aku yakin, suatu hari nanti pasti ibuku akan luluh dan mau menerima dirimu. Tidak adakah kesempatan untukku menunjukkan keseriusanku? Aku mohon bersabarlah. Aku pasti akan segera membujuk ibuku agar mau menerimamu. Aku mohon," melas Aska yang sudah berdiri di belakang Tatiana.

Tatiana lantas membalikkan tubuhnya menghadap Aska.

"Mas, yang menikah karena saling mencintai dan direstui orang tua saja bisa sewaktu-waktu berakhir, apalagi yang tidak direstui. Terlebih aku juga tidak memiliki perasaan apa-apa pada Mas. Lebih baik Mas mundur, Mas. Aku tidak ingin memberikan harapan palsu. Masih banyak perempuan di dunia ini yang lebih pantas bersanding dengan Mas. Terutama yang masih single, banyak. Sebelum rasa itu makin dalam, lebih baik sudahkan. Ibu Mas benar, aku ... tak pantas untuk dirimu."

Usai mengatakan itu, Tatiana pun gegas pergi. Ia tak menoleh ke belakang sama sekali. Tak ada keraguan dalam benaknya untuk menolak Aska. Bahkan untuk mempertimbangkan saja, ia tak kepikiran. Dirinya saja ditolak, apalagi anaknya kelak. Ia tak mau hanya karena kebahagiaan dirinya, ia lantas mengorbankan kebahagiaan calon buah hatinya.

Sementara itu, kini Samudera sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah kota. Kota itu masih terletak di pulau Jawa. Hanya saja berbeda provinsi. Samudera berencana bekerja di sebuah rumah sakit daerah yang tidak begitu besar. Indonesia memang kekurangan dokter spesialis, terutama rumah sakit daerah yang tidak begitu besar. Akibatnya, pelayanan kesehatan jadi tidak maksimal.

Samudera pergi seorang diri. Ariana sebenarnya ingin ikut, tapi berhubung tak sampai 3 bulan lagi sekolahnya selesai, Samudera memintanya tinggal di rumah kakek dan neneknya terlebih dahulu. Apalagi Samudera baru di kota tersebut. Samudera tentu harus mempersiapkan segalanya dengan baik agar Ariana kelak betah ikut dengannya. Samudera juga perlu mensurvei sekolah SD untuk Ariana bersekolah nanti di sana.

"Sam," sapa teman seperjuangan Samudera sesama dokter saat melihat Samudera muncul di area penjemputan terminal di bandara.

Sebenarnya teman Samudera itu adalah senior Samudera saat masih menjalani koas dahulu. Saat Samudera masih menjadi koas, teman Samudera sudah mengikuti PPDS. PPDS merupakan program pendidikan untuk menyiapkan dokter umum menjadi dokter spesialis di bidang tertentu. Setelah selesai menjalani program pendidikan dokter spesialis, teman Samudera pun kembali ke kota asalnya untuk bekerja di sana.

"Alhamdulillah, baik, Bang. Abang sendiri?" tanya Samudera balik sambil bersalaman.

"Aku baik. Mau mampir ke cafe dulu atau mau langsung liat mess kamu?"

"Ke cafe dulu kayaknya, Bang. Ngopi-ngopi sambil ngobrol kayaknya asik," seloroh Samudera yang langsung disetujui teman Samudera.

Kini keduanya sudah berada di sebuah cafe yang ada tak jauh dari bandara. Mereka pun segera memesan kopi sambil berbincang.

"Jadi istri kamu pergi begitu aja?" tanya teman Samudera yang bernama Rahmat setelah Samudera menceritakan alasan ia pindah ke sana.

"Iya, Bang. Sam akui, ini salah Sam sendiri. Sam selalu mengabaikannya."

"Kalo aku jadi istri kamu, aku pasti akan melakukan hal yang sama, Sam. Siapa sih yang sanggup bertahan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalu. Aku paham kau sulit melupakan mendiang istrinya itu, tapi Sam, seharusnya sejak awal kamu sadar, kamu sudah menikahi istri kamu itu. Sejak saat itu dia adalah tanggung jawabmu. Bukan hanya di dunia, tapi di akhirat. Berani menikahi artinya harus berani memegang komitmen. Meskipun saat itu kau belum cinta, tapi minimal kau memperlakukannya dengan baik. Tidak mengabaikannya. Dan perlahan mulai menerimanya sebagai pengganti istrimu. Cinta itu akan datang seiring waktu. Asalkan kau mau menerimanya dengan tulus sebagai takdirmu, pasti rasa cinta itu akan tumbuh dengan sendirinya," ujar Bang Rahmat.

Samudera menghela nafas panjang, "penyesalan memang datangnya di akhir ya, Bang. Saat ia sudah menyerah dan pergi, aku baru sadar kalau aku sudah ketergantungan padanya. Kehilangan dirinya membuatku hancur berkeping-keping. Aku memang bodoh baru menyadari kalau dia sangat berarti buatku. Aku mencintainya, Bang, tapi sayang semuanya sudah terlambat. Bahkan dia pergi tanpa memberitahuku kalau ia hamil anakku. Aku menyesal, Bang. Sangat menyesal," ujar Samudera dengan mata memerah. Andai sekarang ia sedang tidak berada di tempat umum, sudah pasti Samudera takkan menahan kesedihannya. Akan ia tumpahkan segala sesak di dada bersama tetesan air mata.

Mendengar istri dari Samudera pergi saat hamil membuat Bang Rahmat cukup terkejut. Ia sangat menyayangkan sikap Samudera yang membuat seorang istri terpaksa pergi dalam keadaan hamil. Ia tidak menyalahkan kepergian istri samudera. Mungkin hatinya sudah terlampau sakit sehingga untuk bertahan pun rasanya sulit. Meskipun terkesan tidak menyelesaikan masalah, tapi setidaknya berkat kepergian itu membuat Samudera sadar dengan arti penting sang istri bagi dirinya.

Tak ingin membuat kesedihan Samudera kian menjadi, Bang Rahmat pun mengalihkan pembicaraan dengan membahas hal yang lain.

"Jadi istri Abang juga seorang dokter?"

"Iya. Dia sebenarnya seorang dokter umum. Tapi dia bercita-cita memiliki klinik sendiri. Jadi bersama dengan beberapa rekannya, dia mendirikan sebuah klinik. Di klinik itu bukan hanya memberikan pelayanan umum, tapi ada dokter anak, dokter kandungan, THT, dan dokter gigi. Di klinik tersebut juga tersedia layanan UGD. Meskipun tidak begitu besar, tapi alhamdulilah bermanfaat bagi masyarakat di sekitar."

"Wah, istri Abang juga hebat. Tapi kenapa Abang nggak bergabung kerja di sana juga?"

"Kalau aku kerja di sana juga, kapan aku punya waktu untuk quality time dengan keluarga? Sudah sibuk di rumah sakit, mesti sibuk di klinik juga. Kita sebagai seorang dokter juga memerlukan quality time dengan keluarga Sam. Jangan karena kesibukan kita, kita sampai mengenyampingkan keluarga. Yang ada keluarga kita bisa bubar kalau begitu. Istriku saja rela cuma kerja di klinik supaya bisa sambil mengurusi anak-anak, masa' aku sebagai suami harus mengabaikan mereka. Hidup itu harus seimbang, Bro. Jangan berat sebelah."

"Abang benar. Terima kasih atas wejangannya."

"Sama-sama. Aku doakan, semoga kau bisa bertemu kembali dengan istrimu itu. Bila kalian kembali dipertemukan, perbaikilah apa yang pincang. Buktikan kesungguhanmu kalau kau sudah benar-benar berubah. Dan ... cobalah move on. Aku nggak bermaksud menyuruhmu melupakan mendiang istrimu, tapi ... aaargh, kau pasti paham kan maksudku."

Samudera terkekeh. Kemudian ia menenggak kopinya.

"Iya, Bang. Iya, ngerti. Ultimatumnya, Sam ngerti. Sam sudah pikirkan semuanya matang-matang. Sam juga sudah menyadari segala kesalahan Sam. Insya Allah, kalau kami kembali dipertemukan, Sam akan menebus segala kesalahan Sam dengan melakukan yang terbaik. Untuk saat ini, hanya satu doa dan harapan Sam, semoga saja dia dan calon anak kami selalu dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta'ala."

"Aamiin."

Setelah selesai berbincang, Bang Rahmat pun segera mengantarkan Samudera ke mess khusus dokter dan tim medis yang bukan berasal dari daerah sana.

Saat dalam perjalanan, entah mengapa Samudera seakan merasakan ketenangan saat berada di sana. Ia harap ini merupakan pertanda baik.

Begitu pula dengan Tatiana yang sedang berada di lampu merah. Seketika angin sejuk menerpa wajahnya yang saat itu menaikkan kaca helmnya. Membuat perasaan yang tadinya tidak tenang seketika damai.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Totoy Suhaya
ceritanya mengandung bwng😊
Ana Elnando
tp xlo nggak pergi dulu mah sam nggak peka
Totoy Suhaya
aku mampir
YNa Msa
hahaha 😂😂 Samudera Cemburu Lihat Raya bawa Aska
Ana Elnando
setidaknya tatiana bertemu dengan orang2 y baik...tmn2nya pun menerima dg baik
Omayuli
Biasa
Omayuli
Luar biasa
Syofie Yenti
nyesek ah
prima yanary
Luar biasa
Ira
keren
Whatea Sala
Ealaah ..sempet2nya cium tangan setelah melihat suami bersama perempuan lain,anehhh..apa aku yang aneh😐
Whatea Sala
Klu masih ingin bertahan sama samudra yaa di nikmatin aja walaupun sakit gak usah berkeluh kesah dan meratap apa lagi sampai nangis2,hidup adalah pilihan dan pilihanmu ya bertahan.pusinggg🤕
Whatea Sala
Hmm...jadi kepengen sate padang😝
Whatea Sala
Suami seperti samudra buang aja ke sungai musi biar jadi bahan campuran empek2 beres..dah gak usah di tangisi dari awal udah di kode sama yang di atas...
Wiwin Handayani
telat,,,surat cerainya sudah terbittt!!!!
SRI NURFADILA
Lumayan
SRI NURFADILA
Biasa
Wenni Indahsari
senang bisa ketemu cerita ini,, ceritanya bagus walau bikin emosi,, sedih,, tp tetap suka sama alurnya tidak bikin bosen, penasaran dgn part² selanjutnya yg d tulis authornya
Apin Cahya
Luar biasa
Apin Cahya
Lumayan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!