Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.
Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.
Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.
Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.
Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .
ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Masih dengan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara.
Menikmati makanan, minuman, dessert, buah, bahkan cemilan. Sambil tertawa bersenda-gurau, tanpa menyadari bahwa di satu sudut di dalam ruangan itu ada seorang pria yang menyaksikan setiap interaksi mereka sambil menetapkan rahang dan mengepalkan tangan.
"Sudah cukup kalian bersenang-senang, sekarang giliranku memainkan peran."
Pria yang tak lain adalah Yudistira beranjak dari tempat duduknya setelah membersihkan mulutnya dengan tisu, dan mencampakkan tisu itu tanpa ampun. Meskipun dia tahu, Srikandi hanya sedang bersandiwara, nyatanya hatinya merasa tidak rela melihat gadis yang dicintainya tertawa bahagia bersama pria lain.
Berjalan dengan sikap cool ke arah tempat di mana Srikandi dan Arjun berada. Jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di atas hidungnya yang semakin menambah kharismanya.
"Jadi ini yang kau lakukan setiap hari, hanya bisa menghamburkan uang orang tua saja?" Berbicara sambil berkacak pinggang dihadapan kedua sejoli yang sedang dimabuk asmara.
"Kakak? Kakak ada di sini? Apa yang sedang Kakak lakukan?" Srikandi terkejut dengan kehadiran Yudistira.
"Cepat pulang, aku harus mengadukan tingkahmu ini kepada papa!" Serta merta Yudistira meraih tangan Srikandi dan menariknya pergi dari tempat itu, setelah mengambil kontak mobil dan sling bag milik Srikandi yang diletakkan oleh wanita itu di atas meja.
"Kakak, aku tidak mau pergi. Aku belum ingin pulang. Aku sedang berkencan dengan pacarku." Srikandi meronta mencoba melepaskan tangannya dari cekalan Yudistira.
"Hei, tunggu..!" Arjun berseru sambil mengulurkan tangannya hendak mencegah kepergian mereka. Tetapi sayang, semua itu tidak ada guna. Karena Srikandi sudah dibawa pergi.
Ingin dia mengejar, tetapi seorang pelayan menghadang langkahnya. Kini tinggallah dirinya terduduk lemas seorang diri.
"Ini tagihan Anda, Tuan." Pria itu terkesiap, keringat dingin membasahi keningnya ketika pelayan yang tadi menghadang dirinya itu menyerahkan bill padanya . Meneguk ludahnya susah payah ketika melihat harga yang tertera di bill.
"Rp. 8.950.000? Makanan apa yang baru saja kalian hidangkan? Kenapa harganya semahal ini?" Arjun syok melihat harga yang harus dia bayar.
"Maaf, Tuan. Bukankah harga tertera dengan jelas di daftar menu. Anda sendiri yang telah memilihnya bukan kami yang memaksakan pada Anda. Dan Anda juga sudah menikmatinya hingga habis tak tersisa. Kenapa baru sekarang Anda bertanya soal harga?" pelayan merasa marah dengan sikap Arjun.
Arjun menelan ludah nya dengan susah payah. Tadi dia hanya asal tunjuk. Yang penting terlihat enak dia pesan. Dia penasaran dengan makanan di restoran mewah yang belum pernah dia icipi sebelumnya. Tanpa dia melihat harga. Karena semua akan dibayar oleh Srikandi.
Dan ternyata semua memang lezat, bahkan makanan pesanan Srikandi yang tidak dihabiskan oleh wanita itu pun dia yang menghabiskan. Mana dia tahu kalau akhirnya akan seperti ini.
"Siapa pria itu tadi? Dan kenapa Srikandi memanggilnya dengan sebutan kakak? Bukankah Srikandi anak tunggal dari keluarga Wibisana, lalu itu kakak dari mana. Apakah kakak sepupu atau saudara jauh?" Di hati Arjun masih bercokol pertanyaan itu. Dia memang tidak mengenal segala tentang Srikandi dan silsilah keluarganya.
Dengan tubuh lemas Arjun meraih dompet yang berada di saku belakang. Sudah terlanjur masuk ke dalam perut, harus dibayar bukan? Akan tetapi alangkah terkejutnya dia, ketika meraba saku belakangnya. Dan ternyata dompetnya tidak berada di sana.
"Ya Tuhan...!" Seketika keringat dingin mengucur deras dari kening dan leher Arjun. Wajahnya pucat pasi.
"Bagaimana, Tuan?" Pelayan yang masih berdiri menunggu bertanya dengan tidak sabar, karena wajah Arjun menunjukkan gelagat yang kurang baik.
"Maaf," Arjun berucap sambil menelan ludahnya sekali lagi. "Saya kehilangan dompet saya. Mungkin tertinggal di kantor." Arjun memberikan penjelasan.
"Dan Anda berharap saya akan percaya?" pelayan bertanya sinis. "Modus Anda ini sudah basi!"
"Tapi saya berbicara jujur. Tadi saya merasa sudah memasukkannya dalam saku. Tapi ternyata tidak ada. Mungkin terjatuh." Arjun mencoba meyakinkan.
Mendengus kesal, pelayan itu mengambil ponsel di saku bajunya dan menghubungi seseorang, "Tolong sampaikan pada manajer untuk datang ke meja nomor 22!" ucapnya pada sambungan telepon.
"Lain kali kalau tidak punya uang jangan makan di restoran mewah. Jajan saja di pinggir jalan!" pelayan itu berbicara ketus.
Arjun mengetatkan rahang dan mengepalkan tangan menahan amarah. Ingin sekali dia mengamuk dan menampar pelayan yang telah lancang menghina harga dirinya. Akan tetapi saat ini posisinya memang sangat tidak menguntungkan.
"Ada apa ini?" Seorang pria bertubuh tambun menghampiri mereka.
"Tuan ini memesan banyak makanan, tetapi tidak mau membayar!" lapor pelayan.
Manajer menatap tajam pada Arjun. "Benarkah begitu, Tuan? Jadi.."
"Ah, tidak. Bukan seperti itu. Tapi saya benar-benar sedang kehilangan dompet saya." Arjun memotong ucapan manajer.
"Kalau begitu saya memberi waktu pada Anda untuk menghubungi kerabat Anda untuk datang dan membayarnya!" Pak manajer mencoba bersikap bijak.
"Ah, iya. Tunggu..!" Arjun mengambil ponsel di saku celana satunya lagi. Dia kemudian mengotak atik ponselnya untuk menghubungi mama nya. Tetapi sayang. Panggilan sama sekali tidak tersambung. Keringat mengalir semakin deras di sekujur tubuhnya.
"Bagaimana?" tanya manager.
"Maaf." ucap Arjun sambil menunduk.
Manajer menghela nafas kesal. "Kalau begitu saya memberi anda dua pilihan. Kita selesaikan masalah ini di kantor polisi, atau Anda ikut dengan pelayan untuk membantu bersih-bersih di dapur!" ucapnya.
"Tapi...!" Arjun hendak melayangkan protesnya. "Apa tidak bisa jika besok saya datang kesini untuk membayarnya?" Arjun mencoba bernegosiasi.
"Lalu Anda ingin mencari kesempatan untuk kabur?" manajer menatap tajam. "Boleh saja. Tidak masalah, tapi tinggalkan kartu identitas Anda di sini!"
"Itu tidak bisa, kartu saya ada di dompet, dan dompet saya hilang." Arjun benar-benar merasa frustasi.
"Tolong jangan mempersulit kami, Tuan. Silakan ikut kedapur atau mari kita selesaikan ini di kantor polisi saja. Saya tidak mau restoran ini menanggung kerugian karena ulah Anda!" Nampaknya manajer telah mulai kehilangan kesabaran.
Arjun tak lagi punya pilihan. Dia juga tidak mungkin membiarkan dirinya berurusan dengan polisi. Citranya akan sangat buruk. Dengan langkah gontai dia mengikuti pelayan
Setiba di dapur restoran
Mata Arjun membelalak disertai mulut menganga lebar melihat penampakan di hadapannya. Piring, gelas, panci dan segala perkakas kotor bertumpuk menggunung.
"Ini?" Arjun menoleh ke arah pelayan yang membawanya kedapur. "Sebanyak ini dan hanya saya sendiri?" Lagi lagi Arjun dipaksa menelan ludah.
Asisten manajer yang baru datang menyahut, "Apa Anda tahu, gaji tukang cuci piring kami sebulan hanya tiga juta saja. Sedangkan anda telah menghabiskan hampir sembilan juta. Apa anda pikir itu sepadan jika hanya dibayar dengan cuci piring semalam?"
Arjun terdiam, yang diucapkan asisten itu memang benar. Karena gaji pembantu di rumah mamanya saja malah hanya dua juta sebulan.
"Cepat kerjakan dan setelah itu anda juga harus membersihkan lantai dan juga meja setelah restoran tutup tepat jam 12 malam!" lanjut asisten.
Ingin rasanya Arjun pingsan saja. Cucian perkakas itu saja sudah pasti membuatnya kewalahan, masih ditambah harus membersihkan lantai juga.
Sedangkan ini masih baru jam tujuh. Lalu jika harus sampai jam dua belas? Apalagi dia melihat, sedari tadi pelayan yang membawa piring kotor terus saja berdatangan. Dia tidak bisa membayangkan setemuk apa tubuhnya Apa dia akan menginap di sini nantinya.
Kenapa makanan yang dia nikmati dengan tidak menghabiskan waktu sampai satu jam, harus dia bayar sedemikian mahal.
"Kalian yang bertugas cuci piring, keluar semua. Malam ini kalian bebas. Ada yang menggantikan tugas kalian!"
Di sebuah taman
Seorang pria tampan menyangga dagunya dengan kepalan punggung tangan.
Gadis cantik di hadapannya masih tertawa lepas, bahkan hingga matanya menyipit dan berair.
"Kamu tahu tidak, itu terdengar sangat lucu. Harusnya kau juga meminta pihak restoran untuk merekamnya." Srikandi berbicara masih sambil tertawa.
"Kamu sangat cantik saat tertawa seperti ini." ucapnya dalam hati.
Yudistira, sekeluarnya dari restoran memang mengajak Srikandi untuk mampir di sebuah taman. Dan sedari tadi gadis pujaannya itu tak henti-hentinya tertawa membayangkan penderitaan Arjun.
Apalagi ketika dia menceritakan bahwa dia bekerjasama dengan pihak restoran untuk semakin mengerjai Arjun. Derai tawa gadis itu semakin menjadi.
Ini pertama kalinya Yudistira melihat Srikandi tertawa lepas seperti itu. Karena biasanya gadis itu hanya berwajah datar berhadapan dengan laptop dan berkas perusahaan.
Bahkan tanpa sadar Srikandi tertawa sambil memukul-mukul bahu Yudistira dengan telapak tangannya. Tentu saja Yudistira dengan senang hati menerimanya
"Aku sudah tidak sabar untuk menghalalkanmu."
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
tapi sekarang mending, satu doang yg tembus. telkomsel. selain itu jangan harap ada jaringan.