Di sarankan membaca novel pertama nya dulu yang berjudul "Terpaksa Menikah dengan Pembantu" biar lebih nyambung dan tau jalan cerita nya 🥳
.
.
Sejak Dimas menolongnya waktu ia hampir dilecehkan oleh preman, Chaca langsung jatuh cinta pada pandangan pertama padanya.
Ditambah waktu ia tahu bahwa Dimas adalah kakak ipar dari sahabatnya dan ayah dari seorang pangeran kecil yang sangat menggemaskan bagi Chaca.
Chaca Aninditha yang memang sedari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu merasa iba dan sedih kala mengetahui Aiden anak dari Dimas juga memiliki nasib hampir sepertinya. Dan itu semakin menjadikan kan motivasi untuk terus membuat agar Dimas mencintainya.
Yuk ikuti kisah Chaca untuk mengejar cinta Om Duda...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Makan malam
Sangat jarang bagi Chaca ikut duduk di meja makan saat makan malam. Karena biasanya Chaca akan lebih memilih makan di luar atau nanti makan saat semua sudah selesai makan.
"Chaca, bagaimana kuliah kamu Sayang?" Tanya Faris lembut di sela makannya.
"Hem lancar pah." Jawab Chaca menganggukkan kepalanya.
"Iyalah lancar, kerjanya nyontek terus." Kata Leona mencibir.
"Kok kakak ngomong nya gitu sih?" Kata Chaca sedikit kesal. "Bukankah kakak yang suka nya nyontek." Sambungnya.
"Jaga mulut lo ya!" Ucap Leona tak terima.
"Chaca hanya sering mendengar saat Kakak merengek di telfon meminta contekan kepada kak Johan." Ucap Chaca menyindir.
"Mah, Chaca tuh fitnah Leona." Ujar Leona mengadu manja kepada Lana.
"Chaca lebih baik kamu diam daripada memfitnah Kakak kamu!" Ucap Lana dingin.
"Fitnah?" Tanya Chaca tersenyum getir. "Coba Mama ngomong gitu sekali aja saat kakak yang memfitnah Chaca mah, sekali aja." Ucapnya menatap Lana dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Leona gak mungkin memfitnah siapapun, dia anak baik tidak seperti kamu. Anak pembawa sial." Ucap Lana berdecak.
Prang!!
Faris sengaja menyenggol gelas yang di sebelahnya hingga gelas itu terjatuh dan pecah berhamburan. Membuat perdebatan antara Chaca dan Lana terhenti.
"Maaf pah, lain kali gak usa ngajakin Chaca makan bareng lagi. Maaf ... " ucap Chaca menundukkan kepalanya kepada Faris. "Chaca permisi." Ucapnya lagi lalu segera pergi meninggakkan meja makan.
"Puas kamu!" Ucap Faris dingin dan menatap Lana dengan tajam.
"Cih bela saja terus anak pembawa sial itu." Kata Lana berdecak kesal.
"Tutup mulut kamu Lana!" Bentak Faris yang sudah jengah dengan sikap Lana kepada Chaca selama ini.
"Papah!" Seru Leona tidak menyangka bahwa Faris bia membentak Lana demi Chaca.
"Leona kamu pergi ke kamar kamu." Ucap Faris tanpa menatap kearah Leona.
"Tapi pah-- " kata Leona yang seperi tidak rela meninggalkan sang mama dan papa yang aka bertengkar.
"Leona ...!" Seru Faris sekali lagi membuat Leona mau tak mau pergi meninggalkan ruangan itu.
"Berhenti menangis atas kesalahan kamu sendiri Lan." Ujar Faris yang melihat Lana menangis. Meskipun dalam hati Faris sangat ingin memeluk sang istri dan menghapus air mata nya namun ia tak akan melakukan itu lagi karena akan semakin membuat Lana terus menyalahkan Chaca dan tak menganggap Chaca di rumah ini.
"Kamu lihat Pah, kamu lihat tatapan anak kamu Leona saat kamu membela anak pembawa sial itu hah. Kamu tau betapa terluka nya dia saat melihat papa kandungnya membela anak pembawa sial hah!" Pekik Lana dengan kencang dengan berderai air mata.
"Chaca bukan pembawa sial!" Tekan Faris sekali lagi. "Dia anakku, Leona dan Chaca adalah putri ku."
"Apa kamu tidak merasa malu berbicara seperti itu kepadaku hem?" Tanya Faris dengan sinis. "Kamu memikirkan Leona terluka karena aku membela Chaca. Tapi kenapa kamu tidak memikirkan bagaimana terluka nya Chaca setiap hari karena kamu tidak pernah melihatnya dan menganggapnya ada di rumah ini hah!" Ucapnya lagi dengan suara yang tinggi.
"Untuk apa aku mikirin anak pembawa sial kaya dia. Sampai mati pun aku tidak akan sudi menganggap dia anakku." Ucap Lana dengan tajam.
"Tutup mulut kamu! Jangan sampai tanganku kembali menampar wajah kamu." Ucap Faris dengan mengepalkan tanganya kuat, giginya hingga menggerutuk karena menahan kesal dan amarah oleh sifat istrinya.
Entah bagaimana lagi caranya agar Lana bisa menerima Chaca. Padahal Chaca adalah anak kandungnya. Anak yang dia kandung selama 9 bulan dan ia lahirkan dengan penhb perjuangan.
"Tampar ... Silahkan kamu tampar aku lagi Pah, hanya demi anak pembawa sial kaya dia kamu tega terus menyakiti aku!" Seru Lana setengah berteriak.
Plaakkk!
Sesuai permintaan Lana, Faris langsung memberikan tamparan cantik di wajahnya.
"Berhenti berbicara Chaca anak pembawa sial!" Ucap Faris dingin dan tajam. "Kalau kamu tidak bisa menyayangi nya, setidaknya BERHENTI MENYAKITI HATINYA."
Setelah mengatakan itu Faris segera pergi meninggalkan meja makan, Faris tidak ingin lepas kontrol karena setiap kali ia membahas Chaca, hati Faris ikut terluka. Meskipun Chaca bukan anak kandungnya tapi Faris sudah menyayangi Chaca dan menganggap Chaca adalah darah dagingnya. Terlepas dari siapa ayah kandung Chaca, Faris menyukai Chaca karena ia adalah gadis periang dan penurut juga mandiri. Faris malah merasa kasian kepada Chaca, akibat ulah ayah nya dia harus menderita seperti itu.
"Tolong lihat Chaca sekali aja mah, sekali saja mama lihat Chaca. Chaca juga anak mama, anak yang pernah hidup dalam rahim mama." Gumam Chaca yang sedari tadi menguping perdebatan Faris dan Lana. Hati Chaca sangat sakit setiap kali mendengar ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Lana dan pembelaan Faris terhadapnya. Chaca tidak menyangka bahwa Faris sebegitu menyayangi nya.