Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dipaksa ke kota.
Tak terasa, adzan magrib sudha berkumandang.
"Lea, ayo ambil whudu, solat magrib," ucap nenek nya, memangil dari ruang tamu.
"Baik ne" ucap Lea, diapun keluar dari kamar.
Lea pun melaksanakan solat magrib, setelah selesai solat magrib, dia pun berada di ruang tamu, bersama nenek nya, dan tiba tiba ada seseorang yang mengetuk pintu.
"Assalamu'alaikum" ucap seseorang.
"Wa'alaikumsalam" ucap Lea, dan neneknya.
"Siapa ya itu, magrib magrib," ucap nenek Lea, lalu diapun berdiri da membukakan pintu.
"Eh, nak Renald, ayo masuk," ucap nenek Lea, yang melihat Renald dan mempersilahkan nya masuk.
"Renald," ucap Lea, lalu dia pun kembali berkata, "mau ngapain ren, kesini," ucap Lea.
"Iya na, ada apa ya," ucap nenek Lea.
"Ini nek, maaf ya mengganggu, Renald kesini mau jemput Lea," ucap Renald.
"Ngapain kamu jemput aku, orang aku mau nginep disini," ucap Lea.
"Iya na, biarkan Lea menginap, lagian kan dia dirumah saya, sebagai neneknya," ucap nenek Lea.
"Sebentar aja Lea, mama ku menyuruhku untuk menjemputmu, aku ga tau mau ngapain," ucap Renald, memaksa.
"Ngapain emangnya sii, penting banget," ucap Lea, dengan kesal.
"Kayanya, lumayan penting, kalau kamu mau nginep, tar aku anterin lagi ko," ucap Renald, memberi penawaran.
"Hum, yaudah deh, nek, Lea mau ikut renald dulu ya," ucap Lea, pasrah.
"Emang ga bisa besok aja, ini malem loh," ucap nenek Lea.
"Ga papa lah, nek, mungkin bener bener penting," ucap Lea.
"Hum, yaudah kalau gitu," ucap nene Lea.
"Aku mau pake kerudung dulu, ren," ucap Lea.
"Yaudah" ucap Renald.
Lea kini sudah memakai kerudungnya.
"Ayo" ucap Lea, melangkah.
"Lea, beneran ga papa, ga besok aja, nene ko jadi khawatir, ini malem loh," ucap nenek Lea, ragu melepas Lea.
"Ga papa lah nek, sekalian Lea juga mau ambil buku buku Lea, lumayan kan di anterin, ga jalan kaki, bolak balik," ucap Lea, meyakinkan neneknya.
"Yaudah, kalau gitu hati hati," ucap nene Lea.
"Iya siap ne, ayo Ren," ucap Lea, diapun mencium tangan nenek nya, terlebih dahulu.
Renal pun menyalami tangan nene Lea, terlebih dahulu, lalu merekapun berangkat, menuju rumah Renald, Lea dan Renald tak banyak bicara selama perjalanan.
Kini sudah sampailah mereka, dirumah renald, Lea turun dari motor tersebut, lalu Renald juga turun, dan kini mereka mulai memasuki rumah Renald.
"Assalamu'alaikum" ucap Lea.
"Wa'alaikumsalam" ucap bu Lilis
"Sudah datang kalian, Lea tante mau bicara, sama kamu," ucap bu Lilis.
"Iya tante, gimana," ucap Lea, menatap tantenya.
"Kamu malam ini, ikut pamanmu ke kota susul ibumu," ucap bu Lilis, dengan datar.
"Hah, kenapa aku harus menyusul, ibuku," ucap Lea heran.
"Lea, memeng nya siapa yang akan menjamin kamu, ibumu akan kembali kesini, dengar ya Lea, aku tidak mau, sampai seperti ibumu, yang disusahkan oleh Rahayu dulu, lalu nanti aku akan disusahkan olehmu," ucap bu Lilis, dengan jutek.
"Disusahkan apa tante, maaf, kalau Lea tinggal berdekatan dengan tante, akan menyulitkan tante, tante tenang saja, Lea akan tinggal bersama nenek Lea kok, seperti hari ini, Lea juga ke rumah nene Lea, dan selama mama Lea pergi, apa pernah, Lea minta tolong ke tante, tidak kan," ucap Lea, dengan tegas.
"Kau tinggal bersama nenek mu, akan menyusahkan nenek mu, Lea, ibumu saja pergi, dan sekarang tante memintamu, menyusul ibumu, supaya apa, supaya ibumu juga kembali, mengurusmu," ucap bu Lilis, dengan nada tinggi.
"Tapi kan, ibu juga pergi untuk bisa melunasi hutang, tante," ucap Lea, mengelak.
"Bagaimana jika malah ibumu pergi, dan tak kembali, bagaimana nasibmu, bagaimana jika tak membayar hutangnya, hutangnya kan banyak, ya walau hutangnya pada bank keliling, di anggap lunas, karena ibumu kabur, tapi kenapa tak kau ikuti saja, ibumu, bekerja sana," ucap bu Lilis, berkacak pinggang.
"Tante kenapa, tante kejam sekali, apa salah Lea," ucap Lea, hampir menangis.
"Tante bukan kejam, bukan apa, tante hanya memintamu, pergi bersam ibumu, sekolah bisa keluar, atau pindah, yang penting sekarang kau hampiri ibumu, nanti sudah kau menghampiri ibu mu, terserah bagaimana nanti," ucap bu Lilis.
"Tapi tante," ucap Lea.
"Tidak ada, tapi tapian Lea, kau berangkat sekarang juga, dengan paman mu, tak perlu banyak bicara, jangan menyusahkan kedepannya, lihat saja nanti, akan seperti apa," ucap bu Lilis, dengan suara tegasnya.
Lea mencoba menahan tangisnya.
"Sudah lea, ayo kita pergi, maaf om, bukan apa apa, urusan nanti kamu bisa menyusul, lebih baik, kau ikuti ibu mu dulu," ucap pa Rohman.
Lea dengan tangisnya, hanya mengikuti saja, dia tidak punya energi untuk berbicara lagi, lebih baik dia ikuti saja, semua kemauan tantenya biarkan dia puas, apapun keadaan ku, tanteku yang harus disalahkan..
Lea pun sekarang berada di perjalanan, bersama om nya, dia tak banyak bicara apa apa.
"Lea om benar benar minta maaf, ini bukan kemauan om, om harap, kau iklas ya, apapun yang akan terjadi nanti," ucap pa Rohman.
"Iya om," ucap Lea, dengan pelan.
"Tantemu itu telalu takut, dengan hal yang tak perlu dia khawatirkan, tapi na, alangkah lebih baiknya, memang kau bersama ibumu, om takut, kalaupun kau tinggal disini, kau tinggal dengan permusuhan, dari keluarga ibumu, makannya ini yang membuat om, mau membawamu, pada ibumu," ucap pa rohman.
"Iya om, ga papa," ucap Lea, dengan tatapan datar.
Sebenarnya selama perjalanan, Lea ingin sekali, berbicara pada ibunya, bahwa dia saat ini, sedang dibawa ke kota, tapi biarlah, biar ibunya tau, saat melihat nya langsung, ketika sudah ada dikota.
Perjalanan hampir 6 jam, hingga kini sudah tiba, di kontrakan yang ditempati ayah dan ibunya.
"Assalamualaikum," ucap pa Rohman, sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam," ucap pa Beben.
"Ben," ucap pa Rohman, menyalami.
"Oh rohman, kamu baru balik lagi ke kota, tumben mampir kesini, sama siapa itu," ucap pa Beben, menyalami, dan menatap Lea.
Sedangkan Lea, sambil menahan air matanya, ia berada di belakang tubuh pa Rohman, yang hanya terlihat kepalanya saja.
"Ini, anakmu ben," ucap pa Rohman, melirik ke arah belakang.
"Hah, anakku, siapa, Lea," ucap pa Beben.
Lalu Lea meperlihatkan wajahnya, pada ayahnya.
"Iya ben, aku bawa kesini, kasian anakmu, ditinggal sendirian di kampung, dan yang pasti, aku bawa, karena takut, nantinya dia malah dicerca, oleh keluarga istrimu," ucap Rohman.
"Oh yasudah, terimaksih sudah membawa anakku, Lea, ayo masuk ke kontrakan," ucap pa Beben, mengajak Lea.
"Yasudah, aku mau ke kontrakan ku," ucap pa Rohman, pamit.
"Iya silahkan," ucap pa Beben.
Lalu, pa rohman pun pergi.
"Lea, ayo masuk nak," ucap pa Beben, sambil memegang tangan Lea.
Lea pun mengikuti masuk, kedalam kontrakan.
"Loh, bapak ko, bawa Lea," ucap bu Romlah, menatap heran.
"Iya Lea, di anterin sama Rohman," ucap pa Beben.
"Lea, kamu ko bisa ikut kesini, kenapa ko ga bilang mama," ucap bu Romlah, meminta penjelasan.
Lea diam saja, dia lalu menangis, dan memeluk ibunya, dia enggan berbicara sama sekali.
"Udah bu, biarin istirahat dulu aja bu, kasian cape, perjalanan jauh, jangan banyak ditanya tanya dulu," ucap pa Beben, melihat kesedihan anaknya.
"Yaudah Lea, ayo nak, kamu tidur aja, tuh sama adek kamu, Muni," ucap bu Romlah, menuntun Lea, untuk duduk.
Flasback selesai.