Azalea Margarita seorang artis cantik papan atas yang begitu membenci Adiknya sendiri karena sakit lumpuh, Azalea tidak pernah tersenyum sekalipun terhadap Adiknya, bahkan Azalea lebih memilih tinggal di hotel milik Ayah nya karena begitu tidak ingin melihat Adik nya yang lumpuh.
Sifat dan karakter Azalea yang begitu keras, hingga begitu sulit untuk bisa jatuh cinta terhadap laki-laki manapun, hingga akhirnya Azalea di jadikan bahan taruhan oleh Fauzan Harkas sesama artis pemeran utama, dan CEO muda yang royal gemar berpesta demi mencari ke senangan ya itu Ronald Jensen.
Apey pemuda dari desa mencoba mencari ke beruntungan mengadu nasib ke kota, dengan bekal ilmu bela diri dan ke ahlian bisa menyetir, Apey mencoba adu nasib mencari rejeki ke kota demi bisa membahagiakan ke dua orang tuanya, yang ingin mempunyai ladang atau sawah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon saksi pena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga persyaratan Azalea.
Azalea di dalam perjalanan meluncur menuju restoran menyempatkan membeli air putih kemasan botol, mengenakan gaun warna putih masker yang menutupi wajah setiba di parkiran restoran langsung keluar dari mobil, dua pelayan restoran yang khusus menyambut Azalea berikut satu orang suruhan Ronald mengenakan jas menyambut Azalea di pintu restoran.
"Nona Azalea?" tanyanya menyambut di depan pintu.
"Iya!" jawab Azalea tanpa membuka masker.
"Mari ikut saya!" ajak suruhan Ronald.
"Mari Nona Azalea!" sambut kedua perempuan pelayan restoran.
Azalea melangkah di bawa ke lantai tiga yang khusus sudah di boxing oleh Ronald, beberapa pelayan di lantai tiga sudah menunggu menyambut di depan pintu.
Dua pelayan laki-laki langsung membawa Azalea masuk ke ruangan orang suruhan Ronald berjalan di depan, setiba di meja orang suruhan Ronald menarik kursi mempersilahkan Azalea duduk.
"Silahkan Nona!" ucapnya mempersilahkan.
Azalea langsung duduk menaruh tas tangannya di kursi sebelah, Azalea melihat ruangan sekitaran tanpa ada satu orangpun.
"Mohon tunggu sebentar Nona, kami akan mempersiapkannya!" suruhan Ronald sedikit membungkuk hormat lalu melangkah pergi.
Kedua pelayan laki-laki langsung ikut pergi hendak mempersiapkan menu hidangan, tidak selang lama Ronald datang membawa satu tangkai bunga di tangannya.
"Selamat datang di restoran untuk tamu khusus yang special, dan yang tercantik di dunia ini," sapa Ronald sambil menyodorkan setangkai bunga di tangannya.
Azalea langsung menerimanya tanpa tanpa berdiri dan tanpa membuka maskernya, Ronald langsung senyum setelah di terima bunganya dan langsung duduk, setelah Ronald duduk baru Azalea membuka maskernya, membuat Ronald menaikan alisnya melihat kecantikan wajah Azalea yang berada di depannya.
"Pantas saja Fauzan tergila gila, memang cantik sekali artis ini!" puji Ronald dalam hatinya terus menatap wajah Azalea.
"Lo punya uang melakukan semua ini buat gue?" tanya Azalea.
"Tentu tentu, aku ingin perkenalan ini dengan kesan yang indah," jawab Ronald.
"Gue enggan basa basi, apa maksud lo minta nomor gue ke Fauzan?" tanya kembali Azalea.
"Sebagai laki-laki normal, aku ingin mengenalmu, aku berharap bisa dekat denganmu," jawab Fauzan.
"Jika sudah kenal sudah dekat, apa lagi yang lo inginkan?" tanya kembali Azalea.
"Ya mungkin bagaimana layaknya pendekatan ke sebuah lebih dari teman, aku pengusaha aku bisa mencukupi hidup seseorang yang aku pilih," jawab Ronald.
"Apa lo sanggup membiayai hidup gue?" tanya kembali Azalea.
"Pengusaha hanya menunggu hasil uang dari para pekerjanya, sepuluh juta dua puluh juta lima puluh juta perbulan apa mungkin tidak akan cukup?" tanya balik Ronald.
"Ada tiga syarat jika lo inginkan gue," jawab Azalea.
"Tiga syarat? sepuluh syarat akan aku kabulkan," umbar Ronald.
Orang suruhan Ronald datang bersama empat pelayan membawa menu hidangan termahal di restoran itu, dengan hati hati meletakannya di atas meja berikut dua minuman yang berbeda.
"Silahkan tuan, Nona!" ucap suruhan Ronald langsung melangkah pergi di ikuti ke empat pelayan berjalan di belakang.
"Silahkan, biar terasa lebih santai ngobrolnya," tawar Ronald menggerakan tangannya.
Azalea tanpa mengucapkan terima kasih langsung menyantapnya, Azalea sudah mengetahui apa maksud Ronald yang melakukan semua itu terhadap dirinya.
"Katakan, apa ke tiga syarat itu," ucap Ronald sambil mengiris hidangannya.
"Pertama, gue inginkan rumah, kedua, gue ingin berhenti di dunia acting, dan ke tiga, lo harus menuruti semua ke inginan gue apapun yang gue inginkan, jika tidak sanggup jangan harap bisa bicara sama gue lagi," ucap Azalea.
Ronald pura pura santai mendengar tiga syarat yang Azalea ajukan, namun sebenarnya perasaan Ronald merasakan begitu kaget, semua tiga syarat yang Azalea ajukan sudah tentu dan sudah jelas akan sangat menguras isi keuangannya.
Pantas saja Fauzan tidak bisa menaklukan Azalea, ternyata Azalea begitu tidak bisa di tebak, kini dirinya sudah terlanjur memulai taruhan dan sesumbar sanggup untuk menaklukan Azalea.
"Gila, bisa bisa menguras ke uangan gua kalau begini, pantas saja si Fauzan tidak di liriknya sama sekali!" gumam hati Ronald namun pura pura dengan wajah santainya.
Azalea sendiri dalam hatinya hendak memanfaatkan Ronald, jika Ronald mampu mengabulkan ketiga syaratnya, mungkin Azalea bisa menerima diri Ronald untuk mendekati dirinya.
"Silahkan habiskan makannya, aku ingin menikmati dulu makan berdua sama kamu," ucap Ronald senyum.
Yang padahal dalam hatinya sedang menghitung, mengira ngira akan habis berapa jika memenuhi ke tiga syarat yang Azalea ajukan.
"Gue tidak akan memaksa lo untuk memenuhi ke tiga syarat yang gue ajukan, gue masih bisa mencari laki-laki lain yang sanggup untuk mengabulkannya," ucap Azalea dengan santai sambil makan.
Ronald menaruh kedua tangannya di atas meja lalu menatap.
"Rumah seperti apa yang kamu inginkan?" tanya Ronald.
"Dua lantai," jawab Azalea.
"Berhenti dari dunia acting, berapa untuk memutuskan kontrak?" tanya kembali Ronald.
"Satu milyar mungkin, atau bisa lebih," jawab Azalea.
"Syarat yang ketiga harus mengikuti semua ke inginan mu, apa yang kamu inginkan? biaya rumah dan memutuskan kontrak, bukankah itu sudah termasuk ke inginan mu?" tanya kembali Ronald.
"Tidak, gue sedang membenci satu laki-laki, apa lo mau mengikuti ke inginan gue?" tanya balik Azalea.
"Siapa laki-lakinya?" tanya balik Ronald.
"Orang yang bekerja menjaga Randika di rumah gue," jawab Azalea.
"Apa maksud kamu aku harus menyingkirkannya?" tanya kembali Ronald merasa kaget.
"Iya, itu termasuk syarat yang ke tiga," jawab Azalea.
"Huft! berat juga syarat kamu yang ke tiga ini, syarat ke satu dan ke dua aku bisa langsung mengabulkannya, tapi untuk syarat yang ke tiga, aku harus memikirkannya terlebih dahulu," ucap Ronald.
"Ok, lima hari sampai satu minggu gue tunggu keputusan lo, gue pulang dulu!"
Azalea langsung mengambil masker dan tasnya dan langsung melangkah pergi tanpa minum dan tanpa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu.
Ronald langsung menyandarkan badannya tidak percaya akan terjadi seperti itu, awal mengira akan mudah menaklukan Azalea ternyata begitu jauh dari dugaannya.
"Sial! malah gua yang terjebak, tapi gua gengsi jika bicara apa adanya sama Fauzan, bagaimanapun gua harus memenangkan taruhan ini demi harga diri gua!" gumam Ronald dalam hatinya.
Di tempat lain, malam itu Fauzan datang ke rumah Azalea yang tidak mengetahui kalau Azalea sudah tidak pulang kerumahnya, satpam yang menjaga gerbang rumah Pak Wiguna menjelaskan jika Azalea sudah tidak pulang kerumahnya.
"Kenapa Azalea sudah tidak pulang kerumahnya Pak?" tanya Fauzan yang di hampiri satpam depak gerbang.
"Soal itu saya tidak tahu," jawab satpam yang bernama Pak Yusna.
"Apakah ada masalah serius sama orang tuanya?" tanya kembali Fauzan.
"Maaf, saya tidak mau membicarakan masalah keluarga majikan saya," jawab Pak Yusna.
"Baiklah Pak, saya permisi dulu!" Fauzan dengan perasaan kecewanya melangkah pergi menuju mobil.
Pak Yusna langsung masuk kembali menutup gerbang dan menguncinya.
Apey di dalam rumah Pak Wiguna malam itu menemani Randika belajar, Randika begitu senangnya kini mempunyai teman belajar dan teman untuk bicara.
Pak Wiguna dan Bu Maharani mengobrol di ruangan depan Tv, bagaimanapun keduanya masih memikirkan ke adaan Azalea yang belum mau pulang kerumah.
"Apakah Azalea akan seperti itu terus Pah tidak mau pulang kerumah?" tanya Bu Maharani.
"Sabar saja dulu Mah, jika nanti Apey sudah terbukti bisa menjaga Randika, baru Papa akan coba bicara baik baik sama Azalea," jawab Pak Wiguna.
"Tapi jika Azalea masih tetap tidak mau pulang kerumah bagaimana Pah?" tanya kembali Bu Maharani.
"Itu keputusan Azalea, kita harus siap menerima resiko apapun, jika seorang anak sudah tidak bisa di atur memilih pergi dari rumahnya," jawab Pak Wiguna.
"Apa perlu kita minta tolong terhadap Apey, untuk membujuk Azalea mau pulang kerumah?" tanya kembali Bu Maharani.
"Itu tidak termasuk kontrak Apey Mah," jawab Pak Wiguna.
"Kali saja Apey mau Pah," ulang Bu Maharani.
Pak Wiguna terdiam sejenak menatap layar TV dengan pikiran mempertimbangkan ke inginan istrinya, apakah tidak akan mempersulit pekerjaan Apey jika dirinya meminta tolong untuk membujuk Azalea pulang kerumah.
"Baiklah Mah, Papa akan coba bicara perlahan terhadap Apey!" Pak Wiguna berdiri lalu melangkah menuju kamar Randika.
Apey dan Randika keduanya sengaja duduk di lantai berhadapan, meja belajar kecil dan beberapa buka belajar di atas meja belajar dan tergeletak di lantai, pintu kamar Randika yang terbuka Pak Wiguna datang langsung masuk menghampiri.
"Waduh, anak Papa rajin sekali belajarnya," puji Pak Wiguna ikut duduk di lantai.
"Papa," ucap Randika langsung senyum.
"Belajar apa sekarang?" tanya Pak Wiguna.
"Matematika Pah," jawab Randika kembali senyum.
"Randika pintar sekali belajarnya," puji Apey senyum.
"Kak Apey juga pintar," puji balik Randika senyum.
"Randika senang ya, sekarang punya teman belajar?" tanya Pak Wiguna senyum.
"Iya Pah, aku seneng sekali," jawab Randika senyum mengangguk berulang.
"Randika belajar sendiri dulu ya, Papa mau bicara dulu sebentar sama Kak Apey," bujuk Pak Wiguna mengusap rambut Randika.
"Iya Pah," Randika mengangguk.
"Ayo Apey, ada yang mau saya bicarakan sebentar, kita bicara di depan!" ajak Wiguna berdiri lalu melangkah keluar kamar.
"Randika, Kakak ke depan dulu ya sebentar," ucap Apey.
"Iya Kak," Randika mengangguk.
Apey senyum langsung berdiri dan langsung melangkah keluar kamar menuju depan rumah, Bu Maharani di minta membuatkan teh hangat oleh Pak Wiguna, karena Bi Minah sudah istirahat yang seharian sudah melakukan tugas pekerjaannya.
"Silahkan duduk," titah Pak Wiguna setelah di kursi depan rumah.
"Iya Pak Boss," Apey langsung duduk.
"Begini Apey, sebelumnya saya minta maaf, ini memang tidak ada dalam kontrak kerja kamu, tapi ini sebagai orang tua yang berbicara mengenai rasa ketakutan, jika saya membahas mengenai Azalea apakah kamu tidak keberatan?" tanya Pak Wiguna.
"Tidak apa apa Pak Boss, saya tidak keberatan sama sekali," ucap Apey.
"Alhamdulilah syukurlah kalau tidak keberatan, terus terang dan jujur, saya dan Mamanya Azalea, ingin meminta kamu ikut membujuk Azalea agar mau pulang kerumah,"
"Sebagai orang tua, saya dan Mamanya Azalea bagaimanapun tetap merasa was was tidak tenang dan takut jika sampai ada terjadi apa apa terhadap Azalea,"
"Ini permintaan tolong kedua orang tua Azalea yang menginginkan putrinya untuk mau kembali ke rumahnya," pinta Pak Wiguna memberanikan bicara.
Apey menghela nafasnya perlahan meskipun tidak mengetahui kepribadian Azalea sepenuhnya, namun Apey sudah bisa menebak bagaimana sikap dan karakter Azalea yang sudah berani marah terhadap Pak Wiguna waktu di hotel.
"Maaf Pak Boss, jika saya sedikit memperlakukan Non Azalea kasar, apakah tidak akan mempermasalahkannya?" tanya Apey.
"Tidak apa apa perlahan saja, karena watak Azalea sangat keras," jawab Pak Wiguna.
"Baiklah Pak Boss, saya harus merencanakannya terlebih dahulu, karena saya takut jika sampai berakibat Non Azalea malah semakin tidak mau pulang kerumah," sambung Apey.
Bu Maharani datang membawa dua gelas teh hangat, perlahan meletakannya di atas meja.
"Azalea terhasut sewaktu sekolah di SMA, dan terhasut dengan kabar berita di sosial media, hingga akhirnya sangat membenci Randika," ucap Bu Maharani.
Apey langsung teringat perkataan Bi Minah yang sama dengan perkataan Bu Maharani.
"Baiklah Pak Boss, Bu Boss, tapi saya harus merencanakan dulu semuanya, maaf saya tidak bisa janji, tapi saya akan mengusahakannya," ucap Apey.
"Iya Apey tidak apa apa, nanti cepat kasih tahu saya jika sudah menemukan rencananya," pinta Pak Wiguna.
"Baik Pak Boss, nanti saya akan langsung memberitahukannya," balas Apey mengangguk.
"Silahkan di minum tehnya," tawar Bu Maharani yang duduk di samping Pak Wiguna.
"Terima kasih," Apey perlahan meminum tehnya.
Malam itu Apey mau tidak mau harus membicarakannya dulu dengan Randika, karena bagaimanapun Apey harus mengetahui isi hati Randika terhadap Azalea bagaimana dan seperti apa.
semoga aja hbs ini gak terjadi kesalahpahaman