Santi sigadis kecil yang tidak menyangka akan menjadi PSK di masa remajanya. Menjadi seorang wanita yang dipandang hina. Semua itu ia lakukan demi ego dan keluarganya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11_Kehidupan Santi yang penuh Pengorbanan
“Ah malas,” teriak Ridho dari dalam dapur, meski ia sudah muak memakan ubi rebus, tetapi perutnya lapar meminta untuk diisi.
Jadi mau tidak mau, ia harus memakan ubi rebus. Ia sudah mengambil piring, hendak memindahkan beberapa potong ubi rebus murni tanpa campuran apapun baik gula ataupun garam ke dalam piringnya.
“Kalian berdua mau makan enak tidak, kalau mau cepat ke mari,” ujar Santi, seraya mengeluarkan satu lembar uang berwarna biru senilai lima puluh ribu rupiah dari kantung bajunya
Mendengar kakaknya Santi berbicara, Ridho dan Ujang saling tatap kemudian berlari ke ruang tengah.
“Kakak bilang apa tadi?” tanya Ujang dan Ridho bersamaan.
“Nih ambil, belikan makanan di warung, belikan Indomie lima dan telur ayam lima butir, sisanya belikan jajanan, jajanan apa saja sesuka kalian, tapi jangan lupa belikan juga jajanan yang sekiranya bisa di makan oleh sisil dan lili. Dia tidak bisa makan makanan pedas, jadi belikan lah dia roti seharga seribu dua buah. Nanti telor sama Indomienya kakak masakkan, kalian pasti lapar kan,” ujar Santi tersenyum kepada adik-adiknya.
“Ini seriusan mbak? Mbak lagi banyak uang ya, dapat dari mana mbak uang sebanyak ini?” tanya Ridho. Ujang juga mengangguk.
Santi hanya tersenyum, “itu uang dari temen mbak, jadi kalian belikan lah, kalian pasti bosan kan makan ubi rebus terus? Oh ya ini kakak tambahin lima puluh ribu lagi, belikan juga beras dua liter, hari ini kalian makan nasi dengan lauk Indomie telur,” Santi mengeluarkan lagi uang kertas berwarna biru dari kantongnya, dan memberikan uang itu kepada Ridho.
“Wahhh banyak sekali uang kamu mbak,” ujar Ujang.
“Bener kak, uang kakak banyak banget, dari mana?” Ridho kembali bertanya.
Meski ia masih kelas enam SD tapi dia sudah tahu bagaimana keadaan ekonomi di rumah mereka. Di rumah mereka ia sangat jarang melihat uang berwarna biru seperti ini.
“Itu uang dari temen mbak, kemarin mbak nemenin dia bekerja, dan kakak di kasih upah,”
“Wahhh, sering-sering aja mbak nemenin temen Kaka itu bekerja, agar kita bisa makan enak terus,” ujar Riski.
Santi hanya tersenyum melihat kepolosan adiknya itu.
“Oh ya, kalau ada sisanya belikan mbak belau satu, yang harga lima ratus rupiah saja,” pinta Santi.
“Okeyy, siap mbak, laksanakan, kurir siap berangkat,” ujar Ridho bersemangat.
Ridho dan Ujang pun berlari menuju warung, mereka saling bercanda di jalan.
Santi tersenyum melihat tingkah adiknya itu.
‘Ternyata orang-orang salah, orang bilang uang tidak bisa membeli kebahagiaan, tapi buktinya hari ini aku bisa membeli kebahagiaan adik-adikku dengan uang.’ batin Santi.
Uang yang dipegang Santi tinggal satu juta sembilan ratus ribu rupiah. Ia menoleh ke belakang, di sana ada adiknya Sisil dan lili yang tengah bermain boneka sarung
Hatinya mulai kembali teriris. Ia ingat, bahwa suami Bu Nuni ada menjual boneka Barbie, ada jepitan rambut, dan juga ada kalung kalung imitasi. Sebab suami Bu Nuni, pak Deri namanya adalah penjualan mainan ke liling, yang biasanya berkeliling ke luar kampung dan mangkal dipesta-pesta.
Jadi, Santi pikir pasti di rumah Bu Nuni ada stok barang mainan jualan suaminya, pak Deri. Jadi ia memutuskan untuk mengajak kedua adiknya ke rumah Bu Nuni. Bu Nuni merupakan seorang ibu rumah tangga, jadi ia selalu berada di dalam rumahnya, meskipun suaminya pergi berjualan keliling.
“Dek sini!” Panggilnya kepada ke dua adiknya.
Sisil dan Lili datang.
“Ada apa mbak?” tanya Sisil.
Sisil dan Lili sama sama masih membawa boneka sarung mereka.
“Sini bonekanya,” pinta Santi lembut kepada kedua adiknya.
Sisil dan Lili saling pandang, tetapi tetap memberikan boneka itu kepada kakaknya Santi.
Setelah boneka sarung itu sampai di tangan Santi, Santi langsung membukanya, dan menghancurkan boneka sarung itu.