Hari hari SMA, adalah hari yang menyenangkan, Namun tidak dengan seorang Adelia Fitriani, masa SMA nya harus terenggut, karena hutang hutang orang tuanya, dia harus putus sekolah, dan itu menjadi awal penderitaan untuknya, akankah dia mendapatkan titik kebahagiannya lagi.
Disamping kesedihannya, ada Mahatur, yang selalu memberinya dukungan, begitupun dengan Meidina, yang sudah ia angap sebagai kakak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon latifahsv, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar duka.
Keesokan harinya..
Pagi ini, saat Lea selesai dan rapih dengan setelan kerjanya, dia membuka hpnya, dan langsung terkejut, melihat HP nya, dia langsung menganga, saat tau kabar duka, di sw temannya Meidina.
"Innalillahi, bapak Meidina meninggal," ucap Lea, menutup mulutnya, setelah melihat sw Meidina.
"Siapa yang meninggal," ucap bu Romlah, kaget mendengar ucapan Lea yang spontan.
"Bapaknya Meidina, bu, " ucap Lea, dengan bergetar.
"Innalillahi, kasian banget, sakit apa emangnya" ucap bu Romlah, sedikit kaget.
"Diabetes, setau Lea, ya kaya ga sakit aja, kalo main juga suka biasa aja bapaknya," ucap Lea.
"Ya alloh kasian banget," ucap pa Beben, yang mendengarkan percakapan anak da istrinya.
"Diabetes mah kan lemes aja, jadi ga ketara kaya sakit," ucap bu Romlah.
"Iya ma, kasian banget Meidina, kehilangan ayahnya," ucap Lea, dengan sedih.
"Nah begitu na, ujian orang tuh beda beda, liat Meidina, dia kehilangan bapaknya, beban nya berat, kamu harus bersyukur ya, kamu hanya putus sekolah, dan kan tahun depan masih bisa lanjut, coba posisi kaya Meidina, harus kehilangan ayah, mana dia masih sekolah entah seberat apa, yang dia rasakan, dan kamu belom tentu kuat," ucap bu Romlah, menasehati.
"Iya ya ma, kalau Lea ditinggal, entah gimana keadaan Lea ini, Meidina juga Lea telpon ko ga di angkat ya," ucap Lea, yang sejak tadi mencoba menelpon Meidina, tapi tak bisa bisa.
"Mungkin dia lagi berduka, lagi terpuruk, biarin aja, kamu ucapin turut berduka cita aja," ucap bu Romlah.
"Iya ya ma, " ucap Lea, sambil berpikir.
"Udah sana berangkat, keburu telat nanti, bisa telpon nanti lagi Meidinanya," ucap bu Romlah, memerintah.
"Yaudah assalamualaikum,"ucap Lea, menyalami ibunya dan bapaknya.
"Waalaikumsalam," ucap ibu dan bapak nya
Lalu Lea pun berangkat bekerja sambil dia memulai mengetikan pesan pada Meidina.
^Mei yang sabar ya, semoga kamu kuat, maaf ya aku ga bisa suport kamu dari dekat.
Tak ada balasan dari Lea diapun lalu memilih untuk lanjut bekerja.
"Lea," ucap Aslan menyapa Lea yang baru datang.
"Eh, kakak udah buka konter aja duluan," ucap Lea dengan senyum paksa nya.
"Iya lah, jam berapa ini, kamu ko tumben dateng nya telat 5 menit," ucap Aslan.
"Maaf ya ka, tadi ada kabar duka," ucap Lea.
"Kabar duka apa, dari siapa," ucap Aslan penasaran.
"Dari temen aku, bapaknya meninggal," ucap Lea.
"Innalillahi, kasian ya, yaudah udah lanjut kerja, yang penting do'ain, husnul hotimah," ucap Aslan.
"Insyaallah, husnul hotimah, kan meninggalnya aja, hari jumat," ucap Lea.
"Iya Aamiin," ucap Aslan.
Lea lalu, mengambil sapu, dan tak melanjutkan obrolannya, lagi, dia kini memulai beres beres, sampai ada customer berdatangan, kegiatannya seperti biasanya di konter.
...----------------...
Sore harinya, saat ini dia memainkan hpnya, dan ternyata dia mendapat balasan dari Meidina.
^Makasih ya, aamiin semoga aku kuat.
^Mei maaf banget, aku ga ada disamping kamu, gimana keadaan kamu sekarang, jangan nangis terus ya.
^Iya ga papa Lea, aku hancur Lea, tapi sebisa mungkin aku kuat.
^Jangan nangis ya, ikhlas in Mei, semua pasti baik baik aja, bapak kamu sekarang udah ga ngerasain sakit lagi.
^Ikhlas ga iklas, bapak ku uda ga ada, kalaupun aku ga nangis lagi, bapakku juga ga akan kembali Lea, lebih baik aku nangis, dan mencoba merasa tenang dengan semuanya.
^Kamu harus ikhlas, dan sabar menghadapi ini semua, karena pasti bapak kamu di sana udah tenang, sekarang kamu kirimin aja doa, ke bapak kamu.Jangan nangis terus, tar nya bapak kamu ga tenang di alam sana.
^Air mata aku jatuh sendiri Lea, aku ga bisa menghentikan nya.
^Ga papa kalau ga bisa berhenti, asal jangan sampai terpuruk ya.
^Yaa semoga aku baik baik saja kedepannya, makasih ya udah suport aku.
^Iya Mei, tenang aja, aku pasti bakal suport kamu, inget cerita ya kalau ada apa apa.
Tidak ada balasan lagi dari Meidina, Lea mengerti mungkin Meidina teramat sedih, karena tampaknya dia juga baru memegang hpnya. sebenernya Lea ingin menelpon Meidina tapi dia tidak akan mampu mendengar isak tangis Meidina, pernah sekali Meidina menangis di hadapan Lea, karena dia di hianati dan pada akhirnya, Lea juga ikut menangis karena suara pilu dari Lea.
"Ga ada balesnya dari Mei, kasian Mei, pasti lagi nangis, aku pengen peluk dia, andai aku dekat sama dia, aku akan memeluknya, aku juga pengen ada didekat dia, semoga Meidina kuat ya Alloh, jaga Meidina, dia orang baik," ucap Lea, dalam hati dia matanya sudah berkaca kaca.
"Lea, kenapa kamu, ko mau nangis si," ucap Aslan, yang tadi memperhatikan Lea.
"Ga ko ga papa, abis chatan ama Meidina, sedih ya kehilangan ayah, kerasa aja gitu, padahal yang kehilangan ayahnya Meidina," ucap Lea, menghapus, air mata yang tiba tiba jatuh.
"Itu namanya, kamu sayang sama temen kamu itu, karena kalau kita sayang sama orang, ngeliat dia sedih kita juga ikut sedih," ucap Aslan.
"Bener ka, aku sayang banget sama Meidina, dia tuh udah kaya kakak aku, setiap ada masalah aku selalu cerita sama dia, dan aku nyaman sama dia," ucap Lea, dengan tatapan kosong.
"Nah itu, karena kamu merasa nyaman sama dia, makannya ketika kenyaman kamu merasa sedih, kamu juga ikut merasakan nya," ucap Aslan.
"Iya kali ya," ucap Lea.
"Udah jangan melamun, udah mau magrib, solat sana, sekalian do'ain bapaknya Meidina itu," ucap Aslan.
"Iya ka, kalau gitu aku Whudu," ucap Lea dia berlalu menuju kamar mandi.
"Hidupku memang berat, tapi hanya aku yang mampu menjalaninya. Hidup orang lain mungkin tak seberat aku, tapi belum tentu aku mampu jadi seperti dia. Kadang kita lupa, bahwa apa yang Tuhan uji, adalah sekemampuan kita, terasa berat, tapi kita akan bisa menjalaninya, seandainya dia yang ada di posisi Meidina, kehilangan ayah nya, mungkin kah dia akan kuat menjalani kehidupan nya nanti, hancurnya aku masih bisa diperbaiki, hancurnya Meidina saat ini, tak akan pernah bisa diperbaiki siapapun."
Maaf tuhan, aku lupa bersyukur, bahwa ada orang orang yang lebih sakit, tapi tak seberisik aku.
Dalam hidup jadilah orang yang selalu bersyukur, pada takdir yang diberikan oleh Tuhan, Tuhan tidak pernah salah, dalam menentukan takdir, dan ya bukan kah saat dalam kandungan, kita dipelihatkan kehidupan kita, selama di dunia, dan ditannya 77x dalam sehari, oleh malaikat, mampu atau tidak untuk hidup didunia, dan buktinya kita ada didunia, berarti kita mampu menjalani hidup di dunia ini, ketika ditanya oleh malaikat.