Agnes Nugraha gadis remaja yang ceria dari keluarga sederhana memiliki paras yang cantik pertemuannya yang tanpa di sengaja dengan seorang pemuda kota yang ternyata seorang CEO suatu perusahaan besar di kota membuat hidupnya berubah.
Seperti apa? ikuti ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Meitania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Radit membawa Agnes keluar dari rumah Ikbal. Di susul Ikbal yang memang akan pergi ke kantor. Dan kini tinggal lah Manda dan Bunda Nining. Mereka berdua berencana menanam bunga di halaman belakang yang lumayan luas. Kemarin mereka telah membeli segala peralatan berkenan hingga bibit bunganya.
Dalam perjalanan Agnes hanya diam melihat ke laur jendela. Ingin bertanya kemana mereka akan pergi namun Agnes tak perduli kemana pun Radit akan membawanya asalkan dirinya bisa keluar dari rumah Ikbal. Tiba-tiba Agnes merasa tangan kanan nya di pegang Radit.
"Ada apa hm?" Tanya Radit lembut.
Agnes hanya menggeleng sebagai jawaban pertanyaan Radit.
"Maaf, sebenarnya hari ini ada meeting di kantor. Hanya saja aki melihat ada sesuatu di mata mu." Radit.
"Hah! Terus Kakak mau bawa aku ke kantor Kakak?" Agnes.
"Benar sekali sayang. Seharian ini pokoknya kamu nemenin calon suami kerja oke." Radit.
"Ish... Ga mau. Di sana nanti kan ada Kak Ikbal. Nanti gimana coba jelasinnya." Agnes.
"Ikbal yang meminta aku menjemput kamu sayang." Radit.
"Maksudnya?" Agnes.
"Semalam Ikbal mengirim pesan agar aku menjemput kamu di rumah. Ikbal merasa ada sesuatu yang kamu tutupi. Dan Ikbal berharap dengan kehadiran aku bisa sedikit melupakan apa yang menjadi beban fikiran kamu sayang." Radit.
"Maaf." Ucap Agnes lirih.
Radit menepikan mobilnya kemudian melepas seatbelt dan membalikkan badannya menghadap Agnes.
"Ada apa?" Tanya Radit lembut.
Namun, tanpa di sangka Agnes menghambur memeluk Radit dan menumpahkan segala kegundahannya dalam pelukan Radit. Radit pun membalas pelukan Agnes dan mengusap punggung Agnes dengan lembut. Radit membuatkan Agnes menumpahkan segala Keluh kesahnya.
Setelah sedikit tenang Agnes melepas pelukannya dan dirinya kembali merasa bersalah karena kemeja yang di kenakan Radit basah oleh air matanya. Agnes mengusap kemeja Radit sambil masih terisak.
"Maaf, kemejanya jadi basah." Ucap Agnes di sela isaknya.
"Tidak apa-apa nanti juga kering." Radit.
"Sudah bisa cerita?" Radit.
"Jalan aja dulu, nanti Kakak terlambat. Kan tadi katanya mau meeting." Jawab Agnes.
"Baiklah. Tapi janji ya jangan di pendam sendiri. Sekarang ada aku, jadi tak perlu sungkan untuk mengatakan apapun yang kamu rasakan." Radit.
Agnes hanya mengangguk sebagai jawaban. Radit kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Sampai di kantor Radit keluar di tempat parkir biasanya. Radit tak melepaskan genggaman nya pada Agnes sepanjang perjalanan menuju ruangannya.
Arif dan Ikbal yang menunggunya di lobi melihat Radit dan Agnes yang saling menggenggam. Mereka berdua menunjukan ekspresi yang berbeda. Arif dengan kekagumannya melihat kecantikan Agnes dan ke terkejutnya melihat bos sekaligus sahabatnya yang membawa seorang perempuan. Sedangkan Ikbal merasa senang karena Agnes bisa keluar dari rumahnya dan menikmati kebebasannya.
Bukan tak tau ataupun tak mengerti dengan keadaan Agnes. Ikbal tau Agnes pasti merasa tertekan karena segala sesuatu yang akan di lakukan harus selalu atas persetujuan Manda di tambah lagi Agnes tak bisa pergi kemana pun seenaknya tanpa ijin dari Manda bahkan tak jarang Manda pun ikut kemana pun Agnes pergi.
"Pagi Bos." Sapa Ikbal dan Arif.
"Pagi." Jawab Radit singkat sementara Agnes hanya menundukkan kepalanya saja.
Mereka bertempat pun memasuki lift khusus petinggi tanpa ada percakapan apapun. Arif hanya menyenggol Ikbal sebagai rasa penasarannya dan Ikbal hanya mengangkat bahunya saja.
"Arif, perkenalkan ini calon istri saya." Ucap Radit dengan percaya diri.
"Hah! Eh, Arif asisten pribadi bos." Ucap Arif.
"Agnes." Jawab Agnes singkat.
Kemudian Agnes duduk di sofa dan Radit duduk di sampingnya.
"Loh, bos Ikbal ga di kenalkan?" Arif.
"Untuk apa? Dia sudah kenal." Jawab Radit.
Arif pun menatap Ikbal meminta penjelasan.
"Maaf Pak Arif, Agnes adik kandung saya." Jawab Ikbal.
"Hah Apa?!" Arif.
"Biasa aja Rif."
"O ya, bagaimana persiapan meeting pagi ini sudah siap?" Radit.
"Hm.. Sudah Pak. Semuanya sudah siap berkasnya sudah saya siapkan." Ikbal.
"Baiklah. Beritahu saya jika sudah dekat waktunya. Sekarang kalian bisa keluar." Radit.
Arif dan Ikbal pun meninggalkan ruangan Radit meninggalkan Radit dan Agnes. Namun, bukannya Arif pergi ke ruangannya malah mengikuti Ikbal memasuki ruangannya.
"Loh, Pak Arif ada apa?" Tanya Ikbal.
"Ish... Kamu perkenalkan Radit sama Adik kamu?" Arif.
"Tidak Pak." Ikbal.
"Terus itu mereka."
"Mereka saling mengenal terlebih dahulu dan saya baru tau beberapa hari yang lalu Pak." Ikbal.
"Serius?" Arif.
"Iya Pak. Karena adik saya tinggal di bandung dan saya di sini. Pak Radit mengejar adik saya sejak adik saya di bandung Pak." Ikbal.
"Di bandung?" Arif.
"Benar Pak." Ikbal.
Kemudian Ikbal menjelaskan bagaimana perkenalan Agnes dan Radit hingga akhirnya Radit mengklaim jika dirinya calon suami Agnes. Arif pun faham dan salut pada sahabatnya itu yang mampu menemukan cintanya.
"Kamu jangan khawatir. Radit pasti akan membahagiakan adik mu. Adik mu berada di tangan yang tepat." Arif.
"Terima kasih Pak Arif."
Kemudian Arif pun kembali ke ruangannya. Sementara di ruangan Radit Agnes tengah menyandarkan dirinya di bahu Radit.
"Nanti aku tinggal ya. Jika perlu sesuatu di sudut itu ada kulkas kamu ambil apa saja yang kamu mau." Radit.
"Makasih Kak." Agnes.
"Mau cerita sekarang?" Radit.
Agnes menegakkan tubuhnya menghadap Radit kemudian menundukkan wajahnya. Radit pun mengangkat dagu Agnes agar bisa menatapnya. Namun, bukannya bicara Agnes malah meneteskan air matanya kembali. Radit pun mengusapnya dengan lembut kemudian membawanya masuk ke dalam pelukannya.
"Jika terlalu berat tidak usah sekarang." Radit.
"Aku egois ngga sih Kak kalo aku juga pengen me time. Aku lelah harus terus mengikuti apa kata Manda. Dengan alibi bayi di dalam perutnya aku ga bisa menolak hiks... hiks..." Agnes.
"Kenapa kamu ga bilang kakak sayang?" Radit.
"Aku ga mau jadi tukang ngadu. Tapi Manda ga bisa ngerti." Agnes.
"Sekarang bagaimana jika kamu pergi ke salon menikmati perawatan lengkap?" Radit.
"Aku jelek ya sampai-sampai Kakak minta aku perawatan?" Agnes.
"Tidak sayang. Mau terlalu sempurna untuk aku. Aku bangga bisa berada di sisi kamu. Bisa mendapatkan bunga desa seperti kamu." Radit.
"Gombal." Agnes.
"Jadi bagaimana? Mau perawatan di salon atau mau berbelanja menghabiskan uang calon suami mu ini?" Radit.
"Aku tunggu Kakak saja di sini boleh?" Agnes.
"Yakin kamu tidak akan bosan sayang?" Radit.
"Kalo bosan nanti aku bilang." Agnes.
"Baiklah. Setelah aku selesai meeting kita makan di luar ya." Radit.
"Oke." Agnes.
"Aku tinggal ya." Radit.
Setelah mendapat ijin dari Agnes Radit pun meninggalkan Agnes seorang diri di ruangannya. Agnes hanya duduk sambil berselancar di dunia maya.
Ceklek...
"Maaf, anda siapa?"
🌼🌼🌼