NovelToon NovelToon
Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Di kota kecil bernama Harapan Senja, beredar cerita tentang sosok misterius yang dikenal sebagai "Sang Brandal." Sosok ini menjadi legenda di kalangan warga kota karena selalu muncul di saat-saat genting, membantu mereka yang tertindas dengan cara-cara yang nyeleneh namun selalu berhasil. Siapa dia sebenarnya? Tidak ada yang tahu, tetapi dia berhasil memenangkan hati banyak orang dengan aksi-aksi gilanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 12

Kai dan Zed berlari menyusuri gang-gang sempit Kota Fictio, napas mereka memburu seiring dengan ketegangan yang tak kunjung reda. Pikirannya terus berpacu, mencari jalan untuk menghubungi Liora Amethyst LeBlanc, wanita yang dikenal sebagai “Ratu Bayangan” di dunia bawah Fictio. Liora terkenal karena kecerdasannya yang luar biasa, kemampuannya untuk mendapatkan informasi dari tempat paling tersembunyi sekalipun, dan reputasinya sebagai orang yang tak kenal takut dalam menghadapi bahaya.

“Kai, lo yakin dia nggak akan ngebocorin posisi kita?” tanya Zed, sedikit khawatir. Meski ia sudah mendengar reputasi Liora, ada sesuatu tentang cara Kai berbicara tentang wanita itu yang membuatnya merasa tidak sepenuhnya yakin.

“Liora nggak kayak orang lain, Zed,” jawab Kai, suaranya penuh keyakinan. “Dia nggak peduli siapa lo, asalkan lo punya sesuatu yang bisa dia tukar. Dan percayalah, kita punya sesuatu yang sangat dia butuhin.”

Zed menatap Kai dengan penuh tanya, tapi tidak ada waktu untuk bertanya lebih jauh. Kai sudah menyalakan ponselnya dan mengirim pesan singkat ke nomor yang hanya dia dan segelintir orang lain yang tahu. Mereka terus berjalan dengan langkah cepat menuju salah satu distrik paling terpencil di kota itu—Distrik Haze, tempat yang penuh dengan toko-toko tersembunyi, tempat pertemuan rahasia, dan orang-orang yang hidup di luar jangkauan hukum.

Ketika mereka tiba di Distrik Haze, suasana langsung berubah. Jalanan di sini lebih gelap, dengan lampu-lampu neon berkedip-kedip seolah-olah kota itu sendiri bernafas. Orang-orang yang berkeliaran di sini tampak berbeda dari mereka yang ada di pusat kota—semua orang tampak berhati-hati, seolah-olah selalu waspada terhadap ancaman yang bisa muncul kapan saja.

“Di sini, kita akan ketemu dia,” kata Kai saat mereka berhenti di depan sebuah bar yang terlihat sangat kumuh dari luar. Bar itu tidak memiliki papan nama, hanya sebuah pintu kayu tua dengan jendela kecil yang tertutup tirai gelap.

“Kai, ini kelihatannya bukan tempat buat diskusi santai,” ujar Zed, merasa cemas. Tapi Kai tidak peduli dengan kekhawatiran Zed. Dia mengetuk pintu tiga kali dengan pola tertentu, lalu menunggu.

Setelah beberapa saat, jendela kecil di pintu terbuka, memperlihatkan sepasang mata yang penuh kecurigaan. “Apa lo punya janji?” suara berat di balik pintu bertanya.

Kai tidak ragu-ragu. “Sampaikan ke Liora bahwa ‘kunci emas’ sudah di sini,” jawabnya dengan tenang.

Mata itu memandang mereka sejenak, kemudian jendela kecil itu tertutup lagi. Mereka mendengar beberapa suara klik dari dalam sebelum pintu itu terbuka, memperlihatkan lorong sempit yang dipenuhi asap rokok dan cahaya temaram.

“Masuk,” kata penjaga pintu, seorang pria besar dengan lengan penuh tato. Zed dan Kai melangkah masuk, dan pintu itu ditutup rapat di belakang mereka.

Lorong itu mengarah ke ruangan yang lebih luas di belakang, sebuah bar bawah tanah dengan suasana yang tidak kalah mencurigakan. Di sudut ruangan, orang-orang dengan pakaian mencolok berbicara pelan sambil sesekali melirik ke arah Kai dan Zed. Zed merasa semua mata di ruangan itu mengawasi mereka, dan ia mencoba untuk tidak terlihat canggung.

“Liora ada di ruang belakang,” kata penjaga pintu yang mengantar mereka masuk, sambil menunjuk sebuah pintu kayu yang lain di ujung ruangan. Kai mengangguk dan berjalan ke arah pintu itu tanpa ragu, sementara Zed mengikuti di belakangnya dengan perasaan yang bercampur aduk antara ketakutan dan penasaran.

Mereka berhenti di depan pintu kayu itu, dan Kai mengetuknya dengan pelan. Setelah beberapa detik, pintu itu terbuka sendiri, memperlihatkan sosok wanita berambut merah yang berdiri di tengah ruangan dengan tatapan tajam yang tak terbantahkan. Dia adalah Liora Amethyst LeBlanc, yang terkenal dengan nama panggilan “Scarlet Queen” di kalangan bawah tanah Fictio. Wanita itu mengenakan pakaian serba hitam yang elegan, kontras dengan rambut merahnya yang panjang dan mengilap. Matanya, yang seolah bisa menembus ke dalam jiwa siapa pun, menatap langsung ke arah Kai dan Zed.

“Kai, Zed,” sapa Liora dengan senyum tipis yang misterius. “Aku sudah mendengar sedikit kabar tentang kalian. Tapi aku yakin ada lebih banyak yang kalian simpan. Masuklah, kita bicara di sini.”

Ruangan itu ternyata adalah sebuah kantor kecil yang tertata rapi, meskipun dindingnya dipenuhi dengan peta, diagram, dan catatan-catatan yang tampak rumit. Di sudut ruangan, sebuah meja besar penuh dengan dokumen dan beberapa perangkat elektronik yang tampak seperti barang curian dari kantor pemerintahan.

“Kami ada masalah besar, Liora,” kata Kai, langsung ke pokok pembicaraan. “Kami baru saja kabur dari markas rahasia yang penuh dengan orang-orang yang jelas berbahaya. Dan yang lebih buruk lagi, Kenshin terlibat. Dia memberikan informasi tentang kita ke mereka.”

Liora mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun wajahnya tetap tanpa ekspresi. “Itu berita buruk, Kai,” jawabnya setelah sejenak berpikir. “Tapi aku rasa, itu bukan kejutan besar. Dunia kita penuh dengan pengkhianatan, dan Kenshin mungkin hanya satu dari banyak orang yang mencoba mencari keuntungan dari kekacauan ini.”

Zed, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. “Kami butuh bantuanmu, Liora. Kami perlu tahu siapa orang-orang ini, apa yang mereka inginkan, dan bagaimana kami bisa menghentikan mereka sebelum semuanya terlambat.”

Liora tersenyum lagi, kali ini lebih lebar. “Kalian tahu bahwa bantuan itu tidak gratis, bukan? Ada harga yang harus dibayar, dan dalam dunia ini, informasi adalah mata uang yang paling berharga.”

Kai mengangguk. “Kami tahu. Kami akan memberikan semua informasi yang kami punya, tapi pertama-tama, kami butuh perlindungan. Kalau orang-orang ini tahu kami masih hidup, mereka akan datang mencari kami, dan mungkin mereka tidak akan begitu sabar lain kali.”

Liora berpikir sejenak, lalu berjalan ke meja dan mengambil salah satu dokumen yang tertata rapi. “Oke, aku akan bantu kalian. Tapi sebagai gantinya, kalian harus bekerja untukku untuk sementara waktu. Aku butuh orang-orang yang bisa kupercaya, dan kalian berdua tampaknya punya bakat dalam bertahan hidup. Setuju?”

Zed dan Kai saling pandang sejenak. Mereka tidak punya banyak pilihan lain. Mereka tahu bahwa masuk ke dalam lingkaran Liora adalah langkah berisiko, tapi dalam situasi ini, risikonya sepadan.

“Deal,” jawab Zed akhirnya, suara tekad terdengar jelas dalam suaranya. “Kita akan lakukan apa pun yang lo butuhin, Liora.”

Liora tersenyum puas. “Bagus. Sekarang, mari kita mulai bekerja. Aku punya beberapa informasi yang bisa membantu kita menyusun strategi melawan mereka. Dan aku juga punya satu kejutan kecil untuk kalian.”

Wanita itu kemudian membuka laci mejanya dan mengeluarkan sebuah amplop tebal berisi dokumen-dokumen yang tampak sangat rahasia. “Ini adalah daftar nama-nama orang yang bekerja untuk organisasi yang kalian temui. Beberapa di antaranya cukup penting. Kalau kita bisa menyingkirkan mereka atau memanfaatkan informasi ini, kita bisa menghancurkan seluruh operasi mereka.”

Zed dan Kai menatap amplop itu dengan pandangan tak percaya. Ini adalah senjata yang mereka butuhkan untuk melawan musuh mereka. Dengan informasi ini, mereka punya peluang untuk membalikkan keadaan dan membawa Kenshin ke keadilan, jika dia memang telah mengkhianati mereka.

“Gue nggak percaya lo punya ini semua,” kata Zed, masih merasa tercengang. “Dari mana lo dapet semua informasi ini?”

Liora hanya tersenyum misterius. “Itulah keahlianku, Zed. Informasi adalah kekuatanku. Dan sekarang, kekuatan itu ada di tangan kalian juga. Jangan sia-siakan kesempatan ini.”

Kai dan Zed mengangguk dengan penuh rasa terima kasih. Dengan dukungan Liora, mereka merasa lebih siap untuk menghadapi ancaman yang ada di depan mereka. Pertarungan baru saja dimulai, dan mereka tahu bahwa mereka harus siap menghadapi apa pun yang akan datang.

“Kita harus cepat, Zed,” kata Kai, matanya penuh semangat baru. “Orang-orang ini nggak akan tinggal diam. Mereka akan datang lagi, dan kita harus siap.”

“Gue tahu,” jawab Zed, suaranya penuh dengan tekad. “Dan kali ini, kita akan balik menyerang mereka.”

Dengan rencana baru di tangan dan dukungan dari Liora, Zed dan Kai bersiap untuk langkah berikutnya dalam petualangan mereka. Mereka tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh dengan bahaya, tapi mereka tidak akan mundur. Mereka telah memilih jalan ini, dan?

1
Ana@&
lanjut thor
anggita
kenshin... 😁kya nama kartun samurai.
anggita
ok Thor👌moga novelnya lancar banyak pembacanya.
xy orynthius: Aamiin
total 1 replies
anggita
like👍buat Zed brandal.☝iklan utk author.
anggita
namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!