Brahma Satria Mahendra merasa lelah dengan banyak wanita yang terus mendekati serta mengejarnya. Kedua orang tuanya terutama sang ibu sering kali mendesaknya untuk segera menikah. Pernah mencintai dan berpacaran cukup lama dengan sahabatnya sejak SMA bernama Ajeng Notokusumo. Namun hubungannya kandas di tengah jalan karena Ajeng memilih fokus kuliah dan mengejar cita-citanya di luar negeri. Membuat hati Brahma tumpul dengan yang namanya cinta.
Brahma menyodorkan sebuah kontrak pernikahan pada gadis asing bernama Starla yang baru ia kenal di stasiun. Takdir membawa keduanya dalam sebuah pernikahan tanpa cinta. Hanya sekedar rasa tanggung jawab semata. Tanpa sengaja Brahma telah mengambil kesucian Starla yang dikenal sebagai primadona gang Ding Dong sekaligus klub malam ternama yakni Black Meong, karena pengaruh obat dari seseorang. Tanpa Brahma tahu, hidup Starla tak lama lagi.
Bagaimana kehidupan pernikahan kontrak mereka selanjutnya yang tak mudah ?
Bagian dari novel : Bening🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 - Penyesalan (Ajeng)
"Maaf, Jeng. Aku pikir kamu sibuk dengan pekerjaanmu di luar negeri jadi gak mau ganggu waktumu. Lagi pula pernikahanku dengan Starla, juga sengaja tidak mengundang banyak orang." Brahma membalas genggaman tangan Starla.
Tentu saja hal itu membuat Starla cukup terkejut. Namun ia tak terlalu baper dengan apa yang dilakukan Brahma di depan Ajeng. Dalam hatinya, ia berpikir Brahma bertindak hangat nan mesra padanya hanya karena ada Ajeng di depan mereka.
Bisa jadi Brahma ingin sedikit memanas-manasi Ajeng tuk membalas rasa kekecewaan lelaki ini di masa lalu saat mereka berdua putus menjadi sepasang kekasih, pikir Starla. Jadi, saat ini dirinya hanya dijadikan Brahma sebuah boneka yang berstatus istrinya semata di depan Ajeng.
"Walaupun kita sudah putus, tapi kamu tetap sahabatku sampai kapanpun. Jadi, kamu masih tetap menjadi prioritasku. Asal kamu tahu itu, Brahma Satria Mahendra."
Starla sedikit memalingkan wajahnya ke arah lain guna membuang rasa sesak di dadanya saat ini. Di depannya secara langsung mantan kekasih suaminya itu menyatakan bahwa Brahma tetap menjadi prioritas hidupnya.
Starla merasa seakan saat ini dirinya berada di tengah-tengah kedua sejoli yang sedang bernostalgia sekaligus masih saling mencintai. Sungguh ironi.
Starla juga merutuki dirinya sendiri yang entah kenapa tidak bisa mencegah perasaannya sejak awal bertemu Brahma agar tidak mencintai lelaki ini. Namun apa daya dirinya hanya manusia lemah. Hatinya tak mampu ia kendalikan sepenuhnya. Sebab, hatinya semakin dipenuhi cinta untuk suaminya itu. Semakin ia berusaha membuang cinta untuk Brahma dari hatinya, maka semakin cinta itu berkobar dan tak mampu ia padamkan.
"Maaf ya La, kalau aku jadi asyik ngobrol sendiri dengan Brahma. Maklum kami berdua lama tak berjumpa jadi banyak kerinduan yang akhirnya muncul saat ini," ucap Ajeng seraya tersenyum tipis pada Starla. Ajeng sangat tahu jika Starla pasti cemburu melihat kedekatannya kembali dengan Brahma.
"Iya, Mbak. Enggak apa-apa kok," jawab Starla yang berusaha tampak biasa-biasa saja padahal hatinya tengah rapuh di dalamnya.
"Kamu sudah tahu kan kalau aku dan Brahma dahulu pernah jadi sepasang kekasih yang cukup lama selain kita berdua sahabatan?"
"Iya, Mbak. Aku sudah tahu hal itu. Mas Brahma yang cerita sebelum kami menikah,"
"Oh ya, Brahma cerita apa lagi ke kamu soal aku?"
"Maaf sebelumnya Jeng, apa kamu masih lama di rumah orang tuaku?" sela Brahma.
"Kenapa? Apa sekarang kamu melarangku datang ke sini karena kita berdua sudah putus?"
"Bukan. Kami baru tiba di Jakarta dan masih letih. Aku sama istriku mau istirahat dulu di kamar. Kalau masih ada keperluan dengan orang tuaku, biar aku panggil Mama ke sini nemenin kamu."
"Ternyata kamu memang sudah banyak berubah. Bukan Brahma yang aku kenal dulu," sindir Ajeng.
Brahma tak menyahuti kalimat Ajeng yang barusan terlontar. Ia lebih memilih diam agar suasana tak semakin kacau karena kini mereka semua tengah berada di kediaman orang tuanya.
Akhirnya Starla pergi ke belakang sejenak untuk memanggil Bening. Dan ternyata ibu mertuanya itu sudah berada di area dapur bersih yang tak jauh dari ruang tamu. Ajeng berpamitan pada Brahma, Starla dan Bening. Sedangkan Arjuna sedang sibuk dengan perkara burungnya di belakang rumah.
"Kamu bawa gih istrimu ke kamar. Sepertinya Lala kelihatan pucat. Mungkin masih capek setelah perjalanan bulan madu kalian. Biar Ajeng, Mama yang antar ke depan."
"Iya, Ma." Brahma langsung menjawab perintah sang ibu. "Yuk La, kita ke kamar." Brahma mengajak Starla untuk masuk ke kamar.
"Lala ke kamar dulu ya, Ma."
"Iya, Sayang. Istirahat saja. Kamar kalian sudah Mama rapikan tadi," ucap Bening.
"Makasih, Ma."
"Iya," jawab Bening seraya tersenyum hangat pada menantunya itu.
Tak lupa sebelum pergi ke kamar, Starla minta maaf ke Ajeng karena tak bisa mengantar ke depan. Kemudian Brahma bersama Starla berjalan masuk ke dalam kamar pribadi mereka. Sedangkan Ajeng mendengus sebal melihat Brahma lebih memperhatikan Starla daripada dirinya.
"Pasti dia pura-pura gak enak badan biar Brahma dan Tante Bening perhatian padanya," batin Ajeng.
☘️☘️
Bening mengantar Ajeng menuju mobil mewah milik perancang busana ini, di mana sopir pribadi sudah menunggunya di sana.
"Salam ya buat Papa dan Mama kamu. Sehat-sehat selalu," ucap Bening.
"Iya, Tan. Aku seneng banget bisa main ke sini lagi. Jadi keinget banyak kenangan masa lalu yang indah di rumah ini bersama Tante dan Om sekeluarga," cicit Ajeng seraya tersenyum di depan Bening. Walaupun sejujurnya hatinya masih d0ngkol dengan pertemuan hari ini.
Mendadak langkah kaki Bening terhenti. Ajeng pun sontak otomatis ikut berhenti.
"Jeng, Tante boleh minta sesuatu hal sama kamu?"
"Apa itu, Tan?" tanya Ajeng seraya tersenyum sumringah. Dalam benaknya, ia berpikir Bening akan menyampaikan sesuatu hal penting yang sifatnya rahasia mengenai pernikahan Brahma dan Starla. Mungkin Bening masih setengah hati merestui Starla menjadi istri Brahma. Seketika harapan dalam hati Ajeng langsung membumbung tinggi.
"Setelah ini, tolong kamu menjaga jarak dengan Brahma. Tante enggak memutus hubungan antara keluarga kita sebagai teman yang baik. Tapi, perlu Ajeng tahu kalau sekarang Brahma sudah menikah. Tante hanya ingin menjaga perasaan Starla. Ajeng pasti tahu, wanita mana yang tidak cemburu melihat suaminya dekat dengan mantan kekasih di masa lalu? Tante hanya ingin rumah tangga Brahma dan Starla rukun tanpa kehadiran pihak ketiga. Semoga Ajeng paham maksud Tante," tutur Bening dengan tegas namun tetap berbalut keramahan serta kehangatan.
Faktanya ketika Ajeng tengah bercengkerama dengan Brahma dan Starla di ruang tamu, sebenarnya Bening mendengarnya. Alhasil sebagai mertua Starla sekaligus sesama wanita, ia akhirnya mengambil langkah tegas ini. Menyuruh Ajeng menjauh dari kehidupan Brahma.
Bagi seorang Bening, sebaik apapun mantan maka ia tetaplah mantan. Bisa menjadi onak berduri atau kerikil tajam dalam perjalanan sebuah biduk rumah tangga. Bening juga menerapkan prinsip tersebut dalam rumah tangganya sendiri bersama Arjuna.
Sebagai ibu kandung Brahma, ia sangat mengenal watak putranya itu. Alhasil ia yang menyingkirkan secara diam-diam bibit duri tajam yang dikhawatirkan mengganggu keharmonisan rumah tangga putra kesayangannya tersebut.
Ajeng tak menjawab apapun usai Bening berbicara padanya. Ia segera berpamitan untuk pulang. Di dalam mobil, mata Ajeng tengah berkaca-kaca. Ia tengah mengenang ketika masih berstatus sebagai kekasih Brahma. Begitu banyak kenangan manis yang sudah mereka alami bersama.
Sama sekali tak ada dalam benaknya bahwa setelah putus dari dirinya, Brahma begitu cepat mendapatkan pengganti. Ajeng meyakini Brahma masih sangat mencintainya. Kini hanya ada rasa penyesalan yang tersisa di hatinya.
"Aku menyesal, Brahma. Seharusnya waktu itu aku enggak egois. Seharusnya aku terima lamaran kamu untuk menikah. Pasti saat ini kita sudah bahagia bersama," batin Ajeng sendu.
Buliran air mata perlahan menetes membasahi wajah cantiknya.
Nasi sudah menjadi bubur maka hanya tinggal penyesalan yang tersisa di benak Ajeng Notokusumo saat ini. Brahma sudah berstatus sebagai suami dari wanita lain yakni Starla. Maka seharusnya ia sudah merelakan, namun hatinya masih belum rela melepas Brahma Satria Mahendra.
Karirnya tengah berada di puncak. Namun untuk apa semuanya itu saat ini bila hidupnya hampa tanpa kehadiran Brahma, pria yang sangat ia cintai. Sungguh, ia sangat menyesal.
Bersambung...
🍁🍁🍁