NovelToon NovelToon
Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Tabib Pilihan Langit : Ditemukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Spiritual / Pusaka Ajaib / Ilmu Kanuragan / Penyelamat
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: Mardi Raharjo

Pemuda tampan yang sakit-sakitan dan pengangguran di usianya yang telah 30 tahun meski bergelar sarjana, ia dicap lingkungan sebagai pengantin ranjang karena tak kunjung sembuh dari sakit parah selama 2 tahun.

Saat di puncak krisis antar hidup dan mati karena penyakitnya, Jampi Linuwih, mendapat kesempatan kedua.

Jemari petir, ilmu pengobatan, hingga teknik yang tak pernah ia pelajari, tiba-tiba muncul dalam pikirannya. Ia dipilih langit untuk mengemban tugas berat di pundaknya.

Mampukah ia memikul tanggung jawab itu? Saksikan perjalanan Jampi Linuwih, sang Tabib Pilihan Langit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3_ Sinar Mentari

Keberhasilan Jampi mengobati mbah Surti pun tersebar ke lingkungan sekitar mereka. Nama Jampi yang sejak semula menjadi bahan ghibah pun, kini semakin ramai menjadi buah bibir.

"Bu Eki, apa benar Jampi sekarang bisa perdukunan?", tanya Erni, tetangga di kiri rumah Jampi.

" Dukun? Kata siapa Er?", heran bu Eki. Ia merasa hanya menceritakan bahwa mbah Surti sudah membaik hanya dengan wiridan di kasur milik Jampi.

"Ya, bu Eki tahu sendiri. Jampi kan sekolah di mana, bukan sarjana kesehatan kok bisa menyembuhkan orang. Itu kan praktik perdukunan namanya", sahut Erni kemudian berbisik ke telinga Nurul, teman rumpi satu geng di lingkungan mereka.

" Halah, mana ada. Kalau dukun, ya bawa-bawa kemenyan, bawa sajen, minimal makan bunga di malam jumat kliwon terapinya", sanggah bu Eki, tak terima putranya dikatakan sebagai dukun.

"Kok sewot sih bu. Kan kami cuma tanya. Kalau sewot begitu, jangan-jangan memang dukun", Erni masih kekeh dan mencari celah perdebatan.

" Halah, terserah kamu lah Er. Sudah kuberitahu apa yang terjadi. Perkara percaya atau nggak itu urusanmu sendiri. Toh anakku tidak mengganggu lingkungan juga", ucap bu Eki sembari berlalu, menutup gerbang pintu rumahnya. Meski bu Eki sudah pergi, ia masih mendengar sayup-sayup obrolan tetangga mengenai Jampi.

" Uh, tahu begini, aku ngga bakal cerita sama geng julid itu", dengus bu Eki sembari menepuk bibirnya. Ia hanya ingin agar putranya tidak lagi menjadi bahan ghibahan, menunjukkan bahwa putranya itu anak yang berguna bahkan spesial.

"Kenapa bu? Kok cemberut? Tadi habis beli jamu ke depan kan?", tanya Jampi penasaran melihat air muka ibunya yang tengah duduk di ruang makan.

" Heh, maafin ibu ya nak. Kamu malah jadi bulan-bulanan geng julid itu", jawaban bu Eki semakin membuat alis Jampi mengerut.

" Itu loh, mereka menganggapmu sekarang berprofesi sebagai dukun. Heh, ibu juga yang salah. Kenapa harus menceritakan keberhasilanmu mengobati nenekmu itu. Mereka sih, mulutnya nggak bisa bagus kalau bicara. Nyinyir saja bawaannya", kesal bu Eki.

"O, itu toh. Ya biarkan saja lah bu. Kan masih mulutnya yang nyinyir, bukan rektumnya. Coba kalau rektumnya yang ngomong, kan heboh sekampung", jawab Jampi, berusaha menenangkan hati ibunya. Ia tahu maksud baik ibunya dan paham dengan kebiasaan tetangga yang selalu mencari celah buruk keluarga.

" Bisa saja kamu. Rektum bicara ya di akhirat sana", ujar bu Eki sembari tertawa kecil mendengar candaan Jampi. Mereka pun berbincang ringan sembari menikmati kunir asem dan beras kencur di meja makan.

"Oh ya nak, kapan kamu menikah? Kan sudah sehat sekarang", celetuk bu Eki tiba-tiba, hampir membuat Jampi menyemburkan jamu yang ada di mulutnya.

" Engh, ibu nih, kebiasaan. Tunggu aku telan dulu nih jamunya, baru bahas yang unik-unik", elak Jampi, enggan langsung menanggapi pertanyaan ibunya.

"Halah, kan sudah biasa ibu tanyakan ini. Segera kerja, apa saja yang penting halal, cari pacar sana, masa cuma temen cowok doang yang main ke rumah. Risih dinyinyirin tetangga. Anak ibu kan ganteng, masa disangka homo cuma karena kamu hanya punya temen cowok yang datang ke rumah", jelas bu Eki, ingin segera mendapat menantu.

Jampi tidak segera menjawab sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung, apa yang harus dikatakan. Pekerjaan itu tidak sulit, bahkan lowongan kuli pun banyak. Ia juga cepat belajar, tidak sulit menyesuaikan diri dengan tuntutan pekerjaan. Tapi, lain halnya dengan mencari jodoh, bukan hal mudah.

" E, malah garuk-garuk cengengesan. Pokoknya, kalau kamu nggak segera punya calon, ibu carikan kenalan ibu. Banyak itu anak temen ibu yang nungguin kamu, tetangga juga ada, tinggal pilh satu, pacarin, ijab qabul, udah, tinggal buatin cucu buat ibu", jawab bu Eki cepat dan bersemangat.

Maklum, di usianya yang telah lanjut, ia ingin segera menimang cucu. Lebih penting, ia ingin putranya segera berumah tangga, punya peran yang lebih besar sebagai pemimpin.

"Iya bu, ibu tenang saja. Aku akan berusaha secepatnya. Tapi, jangan tergesa-gesa. Salah nikah nanti malah bahaya. Banyak tuh yang nikah asal asalan, belum setahun sudah pisahan", ucap Jampi agar ibunya tidak terlalu mendesaknya menikah dan memberi cucu.

" Ya harus, cepet lah. Ibu ini nggak tahu usianya sampai berapa. Kamu jangan lama-lama, udah 30 tahun, bujang, nanti berkarat itu, baru tahu rasa kamu. Bapakmu saja umur 25 sudah nikah, padahal kerjaan serabutan begitu. Mana dapatnya bidadari kaya ibu lagi", tutur bu Eki dengan percaya diri.

"Iya, ibuku yang cantik jelita, tiada duanya, tidak lapuk dimakan usia, cantik selamanya sampai menjadi ratu bidadari surga. Aduh!", jawab Jampi, membuat bu Eki memberi tamparan di pundak Jampi nampak menyakitkan.

Bu Eki dulu adalah pelatih pencak silat, tentu tenaganya tidak ringan meski telah menua dibanding perempuan seusianya.

" Udah, ibu tunggu. Dalam satu bulan, tidak ada progres, siap siap saja", ancam bu Eki sembari pergi meninggalkan Jampi yang masih meringis mengelus pundaknya yang terasa kebas.

"Huf, ibu ini makannya apa. Tangannya kecil dan halus, tapi tamparannya", lirih Jampi yang meringis, mengintip pundaknya di balik kain, telah memerah.

Ia hanya menggelengkan kepala dan terus mengelus pundaknya. Hari berlalu, Jampi yang mencari pekerjaan pun berhasil mendapat pekerjaan sebagai penjaga konter sekaligus teknisi.

" Alhamdulillah. Semoga ini menjadi awal yang baik", ucap Jampi yang mendapatkan pekerjaan pertamanya setelah lama melamar pekerjaan ke mana-mana.

Jampi adalah sosok pendiam, namun saat tertentu, ia akan menjadi obor dan tombak melawan ketidakbenaran. Banyak perusahaan yang menolaknya karena karakternya itu, tentu perusahaan butuh kestabilan daripada karyawan yang mudah beradaptasi namun suatu ketika mengacau ketenangan.

Pagi itu, Jampi masuk ke ruangan teknisi untuk pertama kali.

"Kamu anak baru ya?", tanya seorang senior kepada Jampi yang baru masuk di hari pertama kerja.

" O, iya mas", singkat Jampi, tidak terbiasa basa basi.

"Eh, dengar-dengar, kamu ijazahnya sarjana. Apa nggak sayang, sekolah tinggi cuma kerja begini?", tanya senior itu menelisik.

" Oh, biasa mas. Cuma kertas saja kok. Yang penting kerjanya halal, saya mampu, dan membuka pintu rezeki", jawab Jampi santai sembari menata barang di etalase berisi stok part pengganti dan peralatan teknis.

"O, gitu toh. Oh ya, aku Tino. Kamu siapa?", tanya senior tadi.

" Jampi mas", jawab pemuda itu pendek saja.

"Jampi? Jamu?", kekeh Tino mendengar nama pemuda di hadapannya sembari memegangi perutnya.

" Iya mas, kenapa memangnya?", heran Jampi melihat seniornya semakin terpingkal-pingkal dan menepuk pahanya berulang kali.

"Uh, uh, nggak apa-apa, nggak apa-apa, uh", sahut Tino sembari menghapus air mata yang keluar karena terlalu keras tertawa.

" Maaf ya, kepo. Maksudnya namamu Jampi itu apa?", tanya Tino yang terlihat mengulum senyum, mencoba menahan tawa.

Jampi pun mengobrol ringan, memperkenalkan diri, menjalin hubungan rekan kerja, sembari menambah wawasan tentang lingkungan kerjanya.

Hari itu pun berlalu. Dengan cepat, Jampi mempelajari dasar-dasar menjadi teknisi elektronik ponsel dan laptop lebih dalam, karena dia sudah terbiasa memperbaiki laptop. Bahkan, seniornya pun terkejut melihat progres Jampi yang begitu mengagumkan.

Ia tak heran, kenapa pemuda ini bisa begitu cerdas. Jelas gelar sarjananya bukan sekedar gelar.

1
Andi Suliono
judulnya tabib,tapi ceritanya jauh dari hal2 tabib y thor
Tabuut: dinikmati dulu, baru sequel pertama : ditemukan
total 1 replies
ahmad nabawi
ceritanya menarik, original
Jimmy Avolution
hadir
Aman 2016
lanjut Thor 💪
Aman 2016
top top markotop lanjut Thor 💪
Aman 2016
mantab Thor 💪
anggita
hadiah iklan lagi buat thor.
anggita
like👍☝iklan, semoga novelnya lancar jaya.
Tabuut: aamin. terimakasih./Smile/
total 1 replies
anggita
si Jampi jadi Sakti👏💪
31_PUTU WIDIARTA
Keajaiban kata
Yoko Littner
Wah, gak kerasa sampe akhir. Makasih thor!
Alexo. ID
Keren abis, pengen baca lagi!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!