Dibalik Topeng Sang Brandal

Dibalik Topeng Sang Brandal

bab 1

Malam itu, kota Harapan Senja terasa lebih sepi dari biasanya. Jam menunjukkan pukul sebelas lewat lima belas menit, dan hanya suara jangkrik serta angin yang berhembus pelan mengisi keheningan. Jalanan kota yang biasanya ramai oleh aktivitas warga kini lengang, menyisakan cahaya lampu jalan yang redup menyinari aspal yang dingin.

Di sebuah gang kecil di sudut kota, seorang pria berdiri tegak dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku jaket kulit hitamnya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng yang menutupi hampir seluruh bagian atas kepalanya. Topeng itu bukanlah topeng biasa. Bukan sekadar topeng balap atau topeng Halloween yang bisa dibeli di toko. Ini adalah topeng buatan khusus, dengan detail yang canggih, membuat pemakainya terlihat seperti hantu modern yang keren sekaligus mengerikan.

Pria itu adalah *Zedrick Alessio Valenstein Zafiero Radithya*, alias Zed, tapi malam ini, dunia mengenalnya sebagai "Sang Brandal." Sang Brandal tidak muncul di sembarang tempat, dan tidak untuk sembarang urusan. Dia muncul hanya ketika keadilan tidak bisa ditegakkan oleh hukum atau ketika ada seseorang yang benar-benar membutuhkan bantuan dengan cara yang nggak biasa.

Suara langkah kaki yang teredam terdengar dari kejauhan, semakin mendekat. Zed berbalik, menghadap sumber suara. Dari bayangan muncul dua pria dengan wajah penuh keringat dan mata yang tampak gelisah. Mereka adalah target Zed malam ini.

"Kita harus cepet, sebelum ada yang ngeliat," bisik salah satu pria, sambil terus memandang sekeliling. Temannya hanya mengangguk setuju, tak berani membuka mulut. Di tangannya, tergeletak sebuah kantong besar yang tampak berat dan berisi sesuatu yang berharga.

Zed menyeringai di balik topengnya. “Kayaknya kalian buru-buru banget, ya?” ucap Zed dengan suara yang diubah, dalam dan menggema, membuat kedua pria itu berhenti mendadak.

"A-apa-apaan tuh?!" Salah satu pria menoleh panik, matanya melebar saat melihat siluet Sang Brandal yang berdiri tegap dalam kegelapan.

“Yah, cuma mau kasih saran aja,” lanjut Zed, suaranya tenang tapi menusuk, “Kalian sebaiknya mikir ulang soal ngerampok. Apalagi di daerah gue.”

Pria yang lebih besar dari keduanya langsung panik, tangannya gemetar saat hendak mengeluarkan sesuatu dari saku jaketnya. Tapi, Zed sudah lebih dulu bertindak. Dalam satu gerakan cepat, dia melompat ke depan, menangkap tangan pria itu dan membantingnya ke tembok gang.

Pria itu meringis kesakitan, kantong besar yang tadi dipegang jatuh ke tanah dengan suara keras, isinya berserakan—tumpukan uang tunai! Sementara itu, pria satunya berusaha melarikan diri, tapi baru beberapa langkah, Zed sudah menyusul dan menendangnya hingga jatuh tersungkur.

"Udah, nyerah aja deh," kata Zed santai sambil berdiri di atas kedua pria yang kini merintih kesakitan. "Gue nggak suka berlama-lama buat urusan kayak gini."

Kedua pria itu terdiam, wajah mereka pucat pasi. Mereka terlalu takut untuk bergerak. Zed mengeluarkan ponselnya, menyalakan kamera, dan mengambil foto mereka berdua. "Buat jaga-jaga aja, siapa tau kalian lupa wajah gue," ucapnya dengan nada menggoda.

Setelah itu, Zed mengambil kantong uang dan menatapnya sejenak. "Yah, uang hasil nyolong ini kayaknya lebih baik balik ke yang punya, ya?" Dia pun memasukkan kantong itu ke dalam jaketnya, sebelum dengan satu lompatan, menghilang ke dalam kegelapan malam.

***

Beberapa blok dari tempat kejadian, di sebuah kamar kos kecil, Zed membuka topengnya dan menghela napas panjang. Rambut hitamnya yang biasanya rapi sekarang berantakan, wajahnya berkeringat. Meski terlihat tenang saat beraksi, dalam hatinya selalu ada ketegangan setiap kali dia memakai topeng itu. Tapi dia tahu, ini adalah satu-satunya cara untuk melakukan apa yang harus dilakukan.

Dia menatap topeng di tangannya. “Hari pertama yang lumayan,” gumamnya, sebelum meletakkan topeng itu di atas meja, tepat di sebelah laptop yang terbuka. Di layar laptop tersebut, ada sebuah artikel berita tentang dirinya: *"Sang Brandal: Pahlawan atau Musuh Baru di Harapan Senja?"*

Zed tersenyum kecil. “Let the games begin,” bisiknya sambil mematikan lampu kamar, membiarkan kegelapan malam menyelimuti dirinya.

Begitu Zed berbaring di tempat tidurnya yang sempit, pikirannya melayang pada apa yang mungkin terjadi besok. Kota ini penuh dengan masalah, dan Sang Brandal hanya baru memulai. Apa yang akan terjadi jika ada yang mengenalinya? Atau lebih buruk lagi, bagaimana kalau rahasianya terbongkar?

Namun sebelum rasa khawatir itu semakin mendalam, kelelahan mengambil alih, dan Zed pun tertidur dengan tenang, siap untuk petualangan berikutnya.

***

Di tempat lain, di rumah mewah yang luas, *Cassandra Evelyne Mahendra Putri* alias Cassie sedang menatap layar komputernya dengan dahi berkerut. “Sang Brandal... siapa sebenarnya kamu?” gumamnya pelan. Dia merasa tertantang, penasaran sekaligus tergelitik oleh sosok misterius ini. Dan dia tahu, ini baru permulaan.

Cassie mengklik sebuah artikel yang baru saja dipublikasikan oleh seorang jurnalis lokal, sambil matanya berbinar penuh semangat. “Besok, aku harus mulai cari tahu lebih banyak,” tekadnya, sambil menutup laptop dan meraih jurnal kecilnya. “Mungkin ada sesuatu yang bisa aku temukan dari semua ini.”

Dengan senyum di bibir, Cassie mematikan lampu kamarnya dan berbaring, membiarkan malam membawanya pada impian yang penuh teka-teki.

*Di balik topeng Sang Brandal, ada rahasia yang lebih besar dari yang bisa dibayangkan siapa pun.*

***

Keesokan harinya, di kampus Harapan Senja, suasana kampus masih lengang ketika Zed sampai. Matahari belum sepenuhnya muncul dari balik gedung-gedung, dan udara pagi yang sejuk membawa aroma embun segar. Zed, dengan penampilan yang sangat berbeda dari malam sebelumnya, berjalan santai memasuki gerbang kampus. Jaket kulit dan topeng misterius kini tergantikan dengan hoodie abu-abu dan kacamata hitam yang menutupi matanya yang sedikit mengantuk.

Seperti biasa, Zed menyelinap ke kelas pagi, berusaha tidak menarik perhatian. Namun, hari ini sedikit berbeda. Beberapa mahasiswa yang lewat mulai membicarakan sesuatu dengan antusias. Sepintas, Zed mendengar nama yang membuatnya hampir tersedak kopinya: *Sang Brandal*.

"Gue dengar semalam Sang Brandal beraksi lagi, kali ini di dekat pasar," kata seorang mahasiswa kepada temannya saat mereka berjalan melewati Zed. "Katanya dia nyelametin seorang nenek dari rampokan! Keren, kan?"

Temannya mengangguk dengan semangat. "Iya, gue penasaran banget siapa sebenarnya dia. Kayaknya dia deket banget sama kita-kita, ya nggak sih?"

Zed tersenyum tipis mendengar percakapan mereka, namun berusaha untuk tetap tenang. Dia tahu, semakin banyak orang yang tertarik pada Sang Brandal, semakin besar risiko identitasnya terbongkar. Tapi ada juga rasa puas yang ia rasakan—aksi-aksinya tidak sia-sia, dan efeknya mulai terasa.

Saat Zed masuk ke kelas, dia langsung mencari tempat duduk di pojok ruangan, seperti biasa. Tidak lama kemudian, Cassie datang dan duduk di kursi di depannya. Mereka sering satu kelas, namun tidak terlalu dekat. Tapi hari ini, Cassie tampak lebih bersemangat dari biasanya.

“Hei, Zed,” sapa Cassie, membalikkan badan dan menatapnya. “Dengar-dengar ada berita seru nih tentang Sang Brandal. Kamu tahu nggak?”

Zed berusaha terlihat acuh tak acuh, meski di dalam hatinya ia sedikit cemas. “Ah, gue nggak terlalu ngikutin berita kayak gitu. Lagian, siapa sih yang percaya sama pahlawan bertopeng kayak gitu?”

Cassie tertawa kecil. “Yah, gue sih penasaran banget. Bayangin aja, seorang cowok yang nggak dikenal, pake topeng, terus tiba-tiba muncul buat nyelametin orang. Keren, nggak sih?”

Zed hanya mengangkat bahu. “Mungkin dia cuma cari perhatian.”

Cassie mengernyitkan alisnya, lalu tersenyum. “Mungkin. Tapi gimana kalo dia emang pahlawan sejati? Coba bayangin, seorang mahasiswa biasa yang punya kehidupan ganda. Pasti seru banget, kan?”

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

namanya panjang banget.. dowo tenan yoh🤔.

2024-08-25

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!