Menjadi pria idaman banyak wanita? Sungguh tidak pernah terlintas dalam pikiran seorang pemuda berusia 22 tahun yang akrab dipanggil Bayu.
Pemuda kampung yang tidak pernah percaya diri untuk menjalin hubungan spesial dengan wanita, tidak pernah menyangka, keputusannya merantau ke ibu kota, membuat Bayu menjadi pria yang paling diinginkan para wanita.
Apakah hal itu membuat Bayu senang? Atau justru Bayu akan mendapat banyak masalah karenanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekhawatiran Bayu
"Astaga! Kenapa para wanita kota kayak gitu amat ya? Apa mungkin, kehidupan di kota besar memang sebebas itu? Bisa-bisanya pakai daster nggak pakai apa-apa lagi," gumam Bayu begitu si pemilik rumah benar-benar hilang dari pandangan matanya.
Pemuda itu pun lantas melanjutkan pekerjaannya dengan masih disertai rasa heran dan pikiran yang kemana-mana. Bayu seakan tidak peduli dengan kaosnya yang basah. Yang penting dia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat.
Hingga beberapa menit kemudian.
"Nih, kamu ganti baju dulu," suara pemilik rumah, kembali membuat Bayu terkejut. Pemuda itu pun secara spontan menoleh, dan rasa terkejutnya bertambah kala matanya menangkap pakaian yang dikenakan si pemilik rumah.
Kali ini, Mira memakai baju yang lebih seksi dari yang sebelumnya. Entah itu sengaja dilakukan wanita tersebut atau tidak, tapi yang pasti membuat jiwa laki-laki Bayu sedikit meronta.
Mira memakai atasan yang cukup longgar dan panjangnya hanya sampai sebatas di bawah dada, hingga perut putih serta pusarnya terpampang begitu jelas. Sedangkan dibagian bawah, Mira menggunakan celana yang cukup ketat dan pendek dan memamerkan sebagian pahanya yang putih, senada dengan warna kulit dibagian perutnya.
"Kok bengong? Ini pakaiannya," Mira kembali bersuara sembari menyodorkan sebuah kaos. Sontak yang Mira katakan sukses menyadarkan Bayu dan membuat pemuda langsung tersipu.
Dengan rasa malu serta gugup, Bayu bangkit dan menerima pakaian berupa kaos. Bayu tidak berani menatap si pemilik rumah secara langsung karena Bayu tahu, si pemilik rumah sedang menatapnya cukup dalam.
"Makasih," jawab Bayu canggung begitu kaos sudah berpindah tangan. Namun, setelah menerima kaos tersebut, Bayu malah terlihat bingung sampai membuat kening Mira berkerut, merasa aneh melihat tingkah pemuda tersebut.
"Kenapa? Kok kamu, kayak orang bingung? Kamu gak mau ganti baju?" tanya Mira.
"Emm... iya, Bu, ini mau saya ganti. Tapi maaf, pintu kamar mandinya saya tutup dulu," ucap Bayu pelan dan masih terlihat jelas rasa gugupnya.
Kening Mira semakin berkerut dan tentu saja wanita itu semakin heran. "Emang kenapa pintunya ditutup?" tanyanya heran sembari berpikir. Namun, beberapa detik kemudian, "apa kamu malu, ganti baju di depan saya?" tebaknya.
Dengan ragu, Bayu pun mengangguk pelan dan anggukannya, suara tawa Mira langsung pecah.
"Hahaha... kenapa malu?" tanya Mira heran sekaligus gemas. Sepertinya wanita itu baru kali ini menyaksikan pria sepolos Bayu.
"Maaf, Bu, saya tidak terbiasa ganti baju di depan lawan jenis," jawab Bayu pelan dan masih nampak tersipu.
"Astaga! Hahaha..." seru Mira. "Masa sampai segitunya? Lagian kan cuma ganti kaos doang, nggak buka celana? Atau mau aku bantu ganti baju?" goda wanita itu.
Bayu sontak terkesiap dan dia semakin dibuat salah tingkah. "Waduh, nggak usah, Bu," jawabnya cepat. "Aku bisa sendiri."
"Hahaha ...baiklah, kalau kamu malu, aku pergi deh ya," balas Mira sambil senyum-senyum. Tanpa menunggu balasan dari Bayu, wanita itu pun segera balik badan dan melangkah meninggalkan Bayu.
"Benar-benar, pria yang unik," gumam Mira. "Padahal ganteng loh. Apa mungkin dia selugu itu? Duh, jadi penasaran."
Begitu Mira menghilang dari pandangan, Bayu seketika dapat bernafas dengan lega. "Kok gini amat ya godaan hidup di kota. Jangan-jangan status perjakaku sebentar lagi akan hilang kalau menghadapi banyak wanita seperti Ibu tadi," gumamnya sembari menggelengkan kepala.
Dengan gerakan cepat, Bayu segera mengganti baju, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya yang berkali-kali terhenti.
Sementara itu di tempat lain. Di sebuah rumah berlantai dua, nampak seseorang sedang menatap layar ponselnya dengan tatapan serius. Sesekali senyum orang itu terkembang dengan mata yang terus fokus pada benda pipih di tangannya.
"Amanda, kamu kenapa? Kok senyum-senyum gitu? Apa kamu udah gila?" celetuk seseorang hingga sosok yang dipanggil Amanda sontak mengalihkan pandangannya. Amanda pun hanya membalasnya dengan senyuman lalu matanya kembali menatap layar ponsel.
"Astaga! Lagi lihat apaan sih? Kayaknya seneng banget," sosok itu pun semakin mendekat dan karena penasaran, dia pun mengarahkan pandangannya ke layar ponsel yang dipegang Amanda. "Ya ampun, betah banget lihat video itu? Nggak bosen?"
"Nggak dong," balas Amanda tanpa menoleh ke arah sosok yang baru datang. "Ini tuh seru tahu, Ris. Lihat pria ini? Dia benar-benar kayak pahlawan tahu nggak? Keren banget."
Sosok yang akrab dipanggil Riska seketika mengerutkan keningnya, lalu tak lama setelahnya dia menggelengkan kepalanya. "Astaga! Ingat, woy! Kamu udah punya suami. Hati-hati, nanti suami kamu bisa ngamuk karena cemburu."
Seketika Amanda sontak mencebikan bibirnya. "Emang kamu pernah lihat, Pras cemburu akhir-akhir ini?" ucapnya sembari sesekali menatap sahabatnya.
"Hehehe... udah nggak pernah sih," balas Riska karena dia tahu betul, memang seperti itulah keadaannya. "Tapi kemarin, dia kayak panik banget dengan kejadian yang menimpa kamu. Sepertinya dia masih pangat peduli sama kamu deh, Man."
Amanda langsung menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu dia meletakan ponsel di atas sofa,;tempat dia duduk. "Ya... karena kemarin kan, banyak wartawan yang datang. Dia jarus jaga nama baik dong, Ris. Nggak mungkin kan, dia mempertontonkan kepada masyarakat kalau rumah tangga kita sedang tidak baik-baik saja."
Riska pun tersenyum miris dan dia mengangguk beberapa kali. "Apa hubungan kalian sudah separah itu?"
Senyum masam Amanda seketika terkembang. "Asal kamu tahu, kemarin dia keluar kota itu bukan karena ada pekerjaan."
"Apa!" seru Riska terkejut. "Astaga! Masa sih? Dia pergi sama..." sambung wanita berambut pendek itu.
Amanda kembali tersenyum. Dengan melihat senyuman sahabatnya, Riska sudah tahu jawabannya. "Sialan! Dua orang itu memang harus dikasih pelajaran, Man. Biar nggak ngelunjak! Terutama wanita gatal itu," ucap Riska mendadak emosi.
"Penginnya sih begitu, tapi kamu tahu sendiri kan? Mereka pandai berkelit? Nanti ujung-ujungnya, aku yang disalahkan," balas Amanda nampak tidak ada emosi sama sekali di wajahnya.
"Terus kamu akan diam saja gitu?" tanya Riska tanpa mengurangi emosinya sedikitpun.
"Ya nggak juga sih. Aku cuma ingin mengikutinya permainan mereka," balas Amanda dengan sikap yang begitu tenang.
"Maksud kamu?" tanya Riska lagi. Kali ini dia sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran sahabatnya.
Senyum Amanda pun kembali terkembang. "Kalau Pras aja bisa selingkuh, kenapa aku nggak?"
"Apa! Astaga! Kamu akan membalasnya dengan perselingkuhan juga?" ucap Riska nampak syok dan tak percaya dengan apa yang dikatakan sahabatnya.
"Terus, apa kamu mau, aku meratapi nasib, menangis, dan memohon pada Pras agar tidak berkhianat? Cihh, dikiranya aku nggak punya harga diri apa gimana," balas Amanda masih nampak santai.
Kening Riska berkerut. Matanya menatap tajam sahabatnya. Wanita tengah berpikir, mencerna ucapan Amanda yang menurutnya sungguh diluar perkiraan.
"Jangan-jangan selama ini, kamu diam-diam sudah menjalin hubungan dengan pria lain?" tuduh Riska.
"Nggak lah, ngaco kamu," bantah Amanda.
"Eh ya siapa tahu. Buktinya, kamu sangat enteng mengatakan ingin selingkuh juga. Emang ada laki-laki yang ingin kamu dekati?"
"Ada dong," jawab Amanda, wajahnya nampak berbinar.
"Siapa? Edwin? Atau Justin? Atau..."
"Bukan semua," bantah Amanda.
"Lalu? Siapa?" tanya Riska semakin penasaran.
Amanda pun kembali tersenyum, lalu dia mengambil ponselnya. Amanda menunjukan layar ponsel yang kembali menyala. "Dia, pemuda yang menolongku kemarin."
"Apa!"