Semoga kisah nikah dadakan Atun Kumal dekil, dan Abdul kere menang judi 200 juta ini menghibur para readers sekalian...🥰🥰🥰
Happy reading....!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayang Rindu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di usir emak
"Ngapain kamu pulang?"
Atun terdiam sejenak menikmati wajah berkerut perempuan yang sudah membesarkan dirinya itu. Kerinduan dan kekhawatiran yang mengganggu hatinya kini terobati setelah menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri. Bahwa emak baik-baik saja, walaupun bersikap tak menyambut, itu memang sudah biasa baginya.
Abdul pun hanya diam, mengiringi langkah Mak Rodiah menuju ruang tamu sederhana itu.
"Atun kangen dan khawatir sama emak." ucap Atun pelan. Dia sudah siap dan sangat yakin bahwa sebentar lagi kemarahan Mak Rodiah akan meledak.
"Gak perlu khawatir, apalagi sok merindukan emak. Kamu itu anak durhaka yang hanya menyusahkan." sahut Rara yang kemudian berdiri di samping emaknya.
"Maaf, ini semua salahku. Aku yang melamar Atun tanpa memberi tahu emak." jawab Abdul tak mau istrinya di sudutkan Rara.
"Ya, kamu memang salah. Kamu sudah menghancurkan rencana pernikahan Atun dan Pak Sukma. Harusnya Atun sudah menjadi istri dari orang kaya yang sudah pasti kehidupan kami juga akan ikut terjamin. Tidak seperti ini!" bentak Mak Rodiah memarahi Abdul.
"Kamu juga! Mau-maunya kamu di nikahi sama laki-laki pengangguran, luntang-lantung gak jelas begini." lanjut Mak Rodiah kepada Atun.
"Mak, mas Abdul memang miskin, tidak seperti pak Sukma. Tapi Atun cinta sama Mas Abdul." jawab Atun, pelan namun tegas.
"Heleh! Cinta-cinta opo Tun? Cinta taik kucing!" Mak Rodiah meradang mendengar pengakuan anak bungsunya yang polos nan bodoh menurutnya itu. Perempuan paruh baya itu berkacak pinggang, menatap Atun dengan penuh emosi. "Ini baru satu Minggu! Nanti, kalau sudah bosan kamu akan mencium busuknya dan melihat buruknya!" teriak Mak Rodiah tersenyum sinis.
"Mak, kami datang untuk menjenguk emak, sekalian mau menyampaikan bahwa kami sudah menikah sah sebagai suami istri. Setelah ini kami juga akan tinggal di rumah ku." jelas Abdul tak mau terjadi pertengkaran antara Atun istrinya dan emak Rodiah yang terkenal galak luar biasa itu.
"Hoh, sudah sombong kamu ya! Baru juga punya duit sak iprit, gayamu sudah seperti suami idaman yang bertanggung jawab. Cuihhh!" Mak Rodiah meludah, ingin sekali ia memukul pria yang saat ini sudah menjadi menantunya itu.
"Mak, mas Abdul memang bertanggung jawab. Dia baik dan tulus mencintai Atun, dia juga tidak ingin Atun menderita." bela Atun, namun semakin membuat panas hati emak Rodiah.
"Tau apa kamu tentang Abdul suamimu yang sok ngganteng dan sok kaya ini hah?" sergah Mak Rodiah kepada Atun. "Apa kamu lupa selama ini dia hanyalah pria pengangguran yang miskinnya mengalahkan kita? Ditambahkan lagi ibunya yang mata duaitn itu! Apa kamu pikir menikah dengan dia akan bahagia? Selama ini aku yang membesarkan dan memberimu makan Tun!" Marah Mak Rodiah.
"Tapi Atun lebih ikhlas menjadi istri Mas Abdul daripada pak Sukma Mak. Masak iya Atun menikah dengan kakek-kakek? Atun malu Mak, malu...." kali ini Atun melawan, dia tak ingin emaknya semakin menyudutkan Abdul.
"Kamu benar-benar goblok Tun.....!" Mak Rodiah mengepalkan tangannya, ingin memukul Atun. Namun Abdul segera tanggap, ia meraih tubuh istrinya agar berada di belakangnya.
"Stop Mak, jangan pukul Atun lagi!" ucap Abdul.
"Laki-laki tidak berguna seperti Kamu lebih baik tidak ikut campur, ini urusan aku dan Atun! Aku yang membesarkannya dengan susah payah, bukan kamu apalagi ibumu yang kere dan sombong itu! Kamu_"
"Mak, Kita sedang membahas aku dan Atun. Kalaupun Emak tidak suka padaku, emak tidak perlu menyangkut-pautkan emak ku. Dia tidak tahu apa-apa." potong Abdul sebelum ibu mertuanya itu menyelesaikan ocehan dan hinaannya.
"Pergi!"
"Mak!" mohon Atun, ia masih ingin bicara kepada perempuan yang membesarkannya itu.
"Pergi kataku! Kamu dan Abdul tidak di inginkan di rumah ini. Mulai sekarang kamu tidak perlu datang lagi ke sini dengan alasan apapun. Kecuali kamu meninggalkan Abdul dan bersedia menikah dengan Sukma! Baru kamu boleh datang." jelas Mak Rodiah sambil menunjuk lantang ke arah pintu keluar.
"Mak...." gumam Atun dengan bergetar, matanya mulai basah. Sungguh kata-kata yang keluar dari mulut emaknya terasa menusuk hati dan jantung Atun hingga terasa begitu sakitnya.
"Ya sudah, kita pulang." ajak Abdul, pria itu merangkul bahu Atun untuk segera meninggalkan rumah ibu mertuanya.
"Mak... Atun minta maaf." ucap Atun masih menatap emaknya meskipun Abdul merangkulnya keluar.
Mak Rodiah membuang muka, enggan menatap wajah Atun yang sedang menangis.
"Dah lah Tun. Sebaiknya kamu pulang." ucap Rara, ia tidak merasa iba, namun sedikit terselip rasa iri kepada adiknya itu. Sikap Abdul dinilai lebih baik ketimbang suaminya Bima, pria botak itu hanya merayu ketika sedang bernafsu saja.
"Permisi." Abdul memaksa Atun keluar kali ini.
"Mas, kok kamu tidak mendukung aku?" rengek Atun ketika sudah di luar rumah.
"Bukan tidak mendukung, tapi keadaannya akan semakin buruk kalau kamu memaksa tetap berbicara dengan emak. Aku juga tidak mau kamu sampai dipukul lagi sama emak Tun, sudah cukup. Sekarang kamu adalah istriku. lebih baik kita pulang." jelas Abdul.
Atun masih menoleh dan memandangi rumah emaknya. Meskipun di sana banyak derita yang di jalaninya, namun di sana pula ia memiliki keluarga. Hanya di sana.....
"Mulai sekarang, kita hanya akan menjalani semua berdua. kamu lupakan saja emakmu yang tidak menginginkan mu." ucap Abdul ketika mereka sudah berada di rumah mereka.
Atun tampak diam, duduk dengan tatapan kosong.
"Tun." panggil Abdul lagi, pria itu duduk di samping Atun.
"Iya Mas." jawab Atun.
"Sudah ya, jangan sedih lagi." rayu Abdul.
Atun tersenyum seraya menghembus nafas beratnya. " Iya Mas."
Meskipun masih belum bisa melupakan ucapan-ucapan emak Rodiah yang begitu marah padanya, namun Atun tidak ingin berlarut dalam kesedihan. "Ini jalan yang sudah ku pilih, sudah resiko." gumamnya di dalam hati.
"Dek, sepertinya makan gorengan enak sore-sore begini." ucap Abdul sambil membawa teh hangat untuk istrinya.
Atun tampak senang, kemudian melihat ke depan jendela.
"Biar Atun beli sebentar." ucapnya sambil beranjak, meraih dompet diatas meja kayu.
"Pisang gorengnya juga ya dek!" ucap Abdul.
"Iya." sahut Atun kemudian bergegas keluar menuju gerobak gorengan.
Ya, gerobak jalan yang menyediakan gorengan hangat itu memang mangkal di pertigaan setiap sore, buka dari jam 3 hingga malam hari.
"Beli lima belas ribu saja ya Mang." ucap Atun kepada pria paruh baya penjual gorengan itu.
"Oh, boleh-boleh. Sebentar ya Tun." jawabnya senang, pria itu membungkus beberapa gorengan untuk orang yang sudah membeli terlebih dahulu.
"Atun?" seorang ibu muda menyebut namanya.
"Mbak Tuti." Atun tersenyum ramah.
"Yaelah, kamu cantik setelah jadi istri Abdul." ucapnya begitu bersemangat sambil menepuk pundak Atun.
"Hehe." Atun nyengir kuda melihat tingkah tetangga jauhnya itu.
"Kalau tahu Abdul bakalan menang dua ratus juta, aku aja bersedia menikah dengan dia." sambung perempuan yang berdiri di sebelah Tuti.
"Hah!" Atun terkejut hingga melongo sejenak.
seumur hidup itu terlalu lama untuk mendampingi org yg kecanduan judi ..sudah dihancurkan kenyataan jgn lah meninggikan harapan mu Tun 😌😌
Dibalik lelaki yg sukses ,ada wanita yg terkedjoet dibelakang nya..sukses dah si Abdul bikin kejutan buat emak nya sama kamu Tun..dan tunggu aja akan ada kejutan lain nya /Pooh-pooh//Pooh-pooh/
judul nya ganti Istri Ayahku ternyata Ibuku,dan Ayahku ternyata Laki Laki 🙀😿
orang kaya emang suka begitu, lagunya tengil..kek duit nya halal aja ( kasino warkop )