NovelToon NovelToon
Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Inspirasi Petani Sukses Banjarnegara

Status: tamat
Genre:Tamat / Pemain Terhebat
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Esa

Pak Woto, petani sederhana di Banjarnegara, menjalani hari-harinya penuh tawa bersama keluarganya. Mulai dari traktor yang 'joget' hingga usaha konyol menenangkan cucu, kisah keluarga ini dipenuhi humor ringan yang menghangatkan hati. Temukan bagaimana kebahagiaan bisa hadir di tengah kesibukan sehari-hari melalui cerita lucu dan menghibur ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Esa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rapat Besar: Rencana Renovasi Rumah Keluarga Pak Woto

Setelah semua material bangunan dibeli dan kejadian lucu tentang kursi plastik terlewati, keluarga Pak Woto kembali mengadakan rapat keluarga di ruang tamu. Kali ini, mereka serius ingin membahas langkah selanjutnya untuk renovasi besar-besaran rumah mereka. Puthut yang duduk bersandar di sofa dengan ekspresi lelah setelah seharian belanja bahan bangunan, tetap memasang telinga karena rapat kali ini bakal menentukan masa depan rumah mereka.

"Baiklah," kata Pak Woto membuka rapat. "Sekarang material sudah dibeli. Tapi, kita perlu insyinyur yang profesional biar nggak asal-asalan renovasinya. Lagian, ini proyek besar. Rumah kita mau dibikin kayak istana!" seru Pak Woto penuh semangat.

Marni, yang duduk di sebelahnya sambil memainkan jemarinya, setuju. "Bener, Pak. Jangan asal tukang aja yang kerja, tapi harus ada arsiteknya biar desainnya bagus. Kan nggak sembarangan juga ini, kita punya tabungan besar, jadi renovasi juga harus maksimal!" katanya sambil tersenyum.

Puthut yang semula malas-malasan langsung antusias. "Wah, kalau gitu kita bakal punya rumah kayak yang di TV, Pak? Dinding kaca, atap tinggi, ada kolam renang juga?"

Pak Woto mengangguk penuh percaya diri. "Ya, kurang lebih seperti itu, Puthut. Bapak sudah ada kenalan seorang insinyur pembangunan yang katanya top di sini. Kita ke rumah dia besok, buat bahas semua rencana ini."

---

Ke Rumah Insinyur Profesional

Keesokan harinya, keluarga Pak Woto berangkat menuju rumah insinyur yang mereka tuju. Rumah insinyur itu ternyata besar dan mewah, cukup membuat Puthut ternganga sejak dari gerbang masuk.

"Masya Allah, Pak... Kalau rumah kita jadi kayak gini, saya mau ajak semua temen-temen main tiap hari!" kata Puthut dengan mata berbinar.

Pak Woto hanya tersenyum kecil, "Sabar, Nak. Kalau renovasi sukses, baru kita bisa bangga. Sekarang fokus dulu."

Mereka disambut oleh Pak Rahmat, sang insinyur profesional yang terkenal di desanya. Pak Rahmat ini sudah punya pengalaman membangun banyak rumah mewah di kota-kota besar.

"Selamat datang, Pak Woto sekeluarga. Silakan masuk, kita langsung ke ruang tamu aja biar enak diskusinya," sapa Pak Rahmat dengan ramah.

Setelah semua duduk, Pak Rahmat mengeluarkan beberapa lembar kertas besar, blueprint, dan berbagai contoh desain rumah. "Nah, ini beberapa konsep desain rumah yang bisa kita pilih. Bapak dan keluarga punya bayangan rumah seperti apa?" tanyanya.

Pak Woto mulai berbicara tentang rumah impiannya. "Saya pengennya rumah ini gede, Pak. Biar kalau cucu-cucu saya nanti main, semuanya bisa nginep. Dindingnya jangan yang biasa-biasa aja, maunya yang kokoh dan elegan. Kalau bisa, ada ruangan buat santai, yang bisa liat pemandangan sawah di belakang rumah."

Pak Rahmat mengangguk-ngangguk sambil mencatat, "Baik, jadi kita ambil konsep rumah modern dengan sentuhan tradisional. Ruang keluarga besar, dinding kaca untuk lihat sawah, plus area bermain untuk cucu-cucu."

Marni langsung menyela, "Eh, Pak... Jangan lupa, dapur harus gede! Biar saya bisa masak buat keluarga besar. Kalau bisa dapur bersih sama dapur kotor dipisah."

Puthut, yang tak mau kalah, ikut memberikan ide, "Kolam renang jangan lupa, Pak! Biar bisa berenang tiap sore."

Pak Rahmat tertawa kecil mendengar berbagai masukan. "Wah, wah, keluarga ini punya banyak ide menarik. Saya bisa bantu realisasikan semuanya, tapi tentu harus kita pertimbangkan dulu biaya dan waktunya."

---

Diskusi Kocak dan Serius

Pak Rahmat mulai menjelaskan soal biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk renovasi tersebut. Namun, di tengah penjelasan yang serius, ada momen kocak yang tak terduga.

"Jadi, untuk desain seperti ini, kita butuh waktu sekitar 3 bulan untuk pengerjaan," jelas Pak Rahmat.

Tiba-tiba, Puthut menyela dengan suara polos, "Wah, kalau 3 bulan lama juga ya, Pak. Berarti saya harus nunggu 3 bulan lagi buat bawa teman-teman nonton di rumah baru?"

Semua tertawa mendengar komentar Puthut yang lucu. Marni menepuk bahu anaknya, "Sabar, Nak. Nggak mungkin rumah dibangun secepat kilat. Kalau mau bagus, ya butuh waktu."

Pak Rahmat tersenyum sambil menambahkan, "Betul, tapi kalau semua berjalan lancar, hasilnya pasti akan memuaskan. Nanti keluarga bisa menikmati rumah baru yang luas, nyaman, dan elegan."

Di akhir pertemuan, Pak Woto mengucapkan terima kasih kepada Pak Rahmat. Mereka sepakat untuk mulai renovasi secepat mungkin.

---

Keluarga Pak Woto Siap dengan Rencana Baru

Setelah kembali ke rumah, keluarga Pak Woto masih tertawa-tawa membahas diskusi di rumah Pak Rahmat. Puthut masih saja terus membayangkan betapa serunya memiliki kolam renang sendiri, sementara Marni sibuk memikirkan dapur barunya.

Pak Woto, meskipun tampak tenang, sebenarnya juga tak sabar menunggu rumah mereka berubah menjadi istana seperti yang diimpikan. "Kita doakan aja semua lancar, ya. Semoga nanti hasilnya seperti yang kita harapkan," ujar Pak Woto sambil tersenyum penuh harap.

Rencana renovasi besar-besaran ini membawa semangat baru bagi keluarga Pak Woto. Mereka tak hanya membayangkan rumah baru yang megah, tapi juga masa depan yang semakin cerah—dengan sawah yang subur, penghasilan dari YouTube yang terus meningkat, dan rumah impian yang akan segera mereka tempati.

Satu hal yang pasti: perjalanan menuju renovasi ini akan penuh cerita, tawa, dan kebahagiaan.

Misi Renovasi Dimulai

Setelah mendapatkan misi besar dari keluarga Pak Woto, Pak Rahmat langsung bergerak cepat. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, ia sudah sibuk dengan telepon genggamnya, menghubungi tim proyek andalannya—para pekerja yang sudah ia anggap seperti bala kurawa, siap bertempur di medan proyek mana pun.

“Pak Rahmat di sini, ayo semua kumpul di kantor. Kita dapat misi besar! Rumah Pak Woto mau dibikin seperti istana. Kalian siap, kan?” ujar Pak Rahmat dengan semangat yang membara.

Di seberang sana, terdengar suara-suara pekerja yang tak kalah bersemangat, “Siap, Pak! Istana, ya? Waduh, mantap nih!”

Tak lama kemudian, bala kurawa alias tim proyek Pak Rahmat berkumpul di lapangan, membawa berbagai peralatan—mulai dari cangkul, palu, sampai alat-alat berat. Pak Rahmat berdiri di depan mereka, memberikan instruksi dengan gayanya yang khas.

“Dengar ya, misi kali ini kita akan bangun rumah mewah, modelnya modern tapi masih ada unsur tradisionalnya. Jadi, kita nggak boleh asal-asalan. Semua harus teliti, disiplin, dan kerjasama! Kalau ada yang malas-malasan, jangan harap dapat bonus,” tegas Pak Rahmat, sambil mengarahkan pandangannya ke semua pekerja.

---

Mulainya Misi di Rumah Pak Woto

Beberapa hari kemudian, tim proyek sudah tiba di rumah Pak Woto. Suara mesin alat berat dan dentingan palu mulai terdengar di seluruh penjuru halaman. Keluarga Pak Woto menyaksikan dengan penuh semangat dari teras rumah mereka. Puthut, yang dari tadi tak bisa diam, sudah mengintip ke arah para pekerja sejak mereka datang.

“Pak, lihat tuh! Mereka bawa mesin gede banget! Rumah kita pasti bakal keren abis,” kata Puthut dengan mata berbinar.

Pak Woto tersenyum lebar. “Iya, Puthut. Kita doain aja biar cepat selesai.”

Sementara itu, Marni masih sibuk di dapur membuat kopi dan teh untuk para pekerja. “Wah, mereka kerja keras banget. Biar nggak kehausan, harus disiapin yang hangat-hangat,” katanya sambil menyeduh kopi.

Pak Woto mengangguk. “Bagus, biar mereka semangat juga.”

---

Drama Lucu di Awal Pekerjaan

Di tengah semangat kerja yang tinggi, tentu saja tak lepas dari kejadian-kejadian kocak yang bikin suasana semakin cair. Salah satunya adalah ketika salah satu anggota tim proyek, sebut saja Jono, yang selalu ceroboh. Ketika ia sedang sibuk mengangkut batu bata, tiba-tiba terjatuh ke tumpukan pasir. Bukannya segera bangun, Jono malah tertawa sambil mengusap-usap pasir di wajahnya.

“Waduh, gue kayak lagi perawatan di salon, nih! Pasirnya halus banget!” ucap Jono sambil ngakak.

Tentu saja, para pekerja yang lain langsung tertawa terbahak-bahak. Pak Rahmat yang melihat kejadian itu dari kejauhan cuma bisa geleng-geleng kepala sambil tersenyum. “Aduh, Jono… kalau kamu jadi tukang becanda terus, kapan ini rumah selesai?”

Suasana kerja yang awalnya tegang pun berubah menjadi lebih ringan dan penuh tawa. Bahkan, Pak Woto yang sedang mengawasi dari jauh juga ikut tertawa melihat tingkah Jono.

“Wah, mereka bukan cuma pekerja keras, tapi juga ahli humor, ya,” kata Pak Woto sambil terkekeh.

---

Rencana Renovasi Semakin Matang

Hari demi hari, pembangunan rumah terus berjalan. Pak Rahmat dengan sigap mengawasi setiap detail proyek agar tidak ada yang meleset. Mulai dari pondasi, pemasangan dinding, hingga desain jendela kaca yang menghadap sawah, semuanya dikerjakan dengan presisi.

Pada suatu hari, Pak Rahmat memanggil Pak Woto dan keluarganya untuk memperlihatkan sketsa akhir interior rumah.

“Jadi, ini adalah denah lantai utama. Ruang keluarga di sini, dapur besar di sebelah sini, dan kolam renang di belakang. Semua sesuai dengan permintaan keluarga,” ujar Pak Rahmat sambil menunjukkan gambarnya.

Puthut langsung melonjak kegirangan. “Kolam renangnya beneran ada, Pak! Nanti saya bakal berenang tiap hari!”

Pak Woto tersenyum lebar, puas melihat progres yang ada. Marni pun ikut senang, terutama saat melihat desain dapurnya yang besar dan luas.

“Pak Rahmat, ini dapur bener-bener luar biasa. Saya bisa masak buat satu kampung kalau kaya gini!” kata Marni dengan tawa.

Pak Rahmat menepuk bahu Pak Woto. “Ya, Pak Woto. Ini baru tahap awal, tapi hasil akhirnya dijamin bikin bapak sekeluarga puas.”

---

Keluarga Pak Woto Semakin Bersemangat

Setiap hari, keluarga Pak Woto semakin antusias melihat perkembangan renovasi rumah mereka. Bahkan, Puthut sering kali ikut mengintip pekerja yang sedang memasang bata, dan terkadang ia malah membantu mengaduk semen—meskipun sering kali lebih banyak semen yang tumpah daripada yang tercampur.

“Puthut, kamu mau jadi insinyur atau mau buka usaha bangunan nanti?” goda Pak Woto suatu hari, melihat anaknya yang sibuk membantu para pekerja.

Puthut hanya tersenyum lebar, “Nggak tahu, Pak. Yang penting seru aja, bantu-bantu gini.”

Sementara itu, Marni mulai berandai-andai tentang acara syukuran nanti setelah rumah selesai. “Nanti kalau rumah kita jadi, kita undang satu kampung buat syukuran. Biar semua orang tahu kalau rumah ini adalah hasil kerja keras kita selama bertahun-tahun,” ujarnya penuh semangat.

Pak Woto setuju. “Iya, bener. Kita rayakan besar-besaran. Tapi yang penting sekarang, doain dulu biar semuanya berjalan lancar.”

Dengan semangat yang terus membara, keluarga Pak Woto dan tim proyek Pak Rahmat terus bergerak maju dalam misi mereka membangun rumah impian. Setiap hari selalu ada kejadian lucu dan menarik, yang membuat proses renovasi ini menjadi lebih berwarna.

1
Los Dol TV
hadir kunjung thor
ATAKOTA_
bagus sekali
DJ. Esa Sandi S.: makasih kaka
total 1 replies
anggita
like👍+dukungan iklan buat pak Woto☝yg lagi di sawah.
DJ. Esa Sandi S.: hehehe makasih mbak Anggita.. moga-moga rejekimu lancar ya .. tambah iman dan takwa.. aamiin
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!