NovelToon NovelToon
Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Masuk ke dalam novel / Roh Supernatural / Fantasi Wanita / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: And_waeyo

[ARC 1] Demallus-Hellixios-Rivenzha

Seorang perempuan terbangun di dunia lain dengan tubuh orang asing. Tak cukup dengan tak mengingat kehidupannya di masa lalu, sejak ia datang ke dunia itu, situasinya kacau.

Di kehidupan itu, nyawanya juga akan hilang hanya dengan satu kata dari seorang raja atau kaisar.

Namun, ia menemukan berbagai hal luar biasa dalam perjalanan, seperti makhluk sihir, teman seperjalanan yang menarik, dan alasan sekecil apa pun untuk bertahan hidup.

Meski tak terlalu dihargai, ia juga tak begitu peduli. Tapi kegelapan tak diketahui perlahan memanggilnya. Seolah memaksa melukai orang-orang yang mulai ia anggap berharga.

"Jika Anda menimbulkan kekacauan dan pergi ke jalan kegelapan di masa depan. Apa Anda bersedia membunuh diri Anda sendiri?"

Akankah kematian menjadi satu-satunya hal yang menunggunya lagi?

Give Me a Clue: Why Should I Stay Alive?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon And_waeyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 12. Kartu Petualang

Suasana di dalam ruangan itu sedikit canggung. Aesel memperhatikan orang-orang yang ada di sana. Seorang wanita berambut sebahu yang sedikit kikuk, pria muda berkaca mata yang tersenyum tapi tampak palsu, seorang pria dengan badan bongsor dan terlihat sangar, lalu seorang gadis yang terlihat lebih muda dari Aesel, tampak cuek terhadap sekitar tapi ia jelas memperhatikannya.

"Dari sebelah kiri, Anda sudah melihatnya tadi, Ivana, lalu pria licik berkaca mata itu Alaster, di sebelah kanan, Arasidion dan gadis tanpa sopan santun itu bernama Torah," jelas Rodave.

Orang-orang itu tak protes sama sekali atas pendeskripsian Rodave tentang mereka.

"Jadi, tuan Kaltaz, sekarang Anda akan memberi tahu siapa wanita itu?" ucap Torah.

"Ya, dia Aesel Fillory. Rekan seperjalanan saya. Seperti yang saya katakan, kalian akan melakukan misi pengawalan sampai Rivenzha. Khususnya untuk nona Aesel."

"Apakah dia putri atau semacamnya?" tanya Alaster.

"Apa jenis sihirnya? Aura sihirnya aneh," ucap Ivana.

Tak banyak yang bisa merasakan aura sihir orang lain. Mereka hanya akan tahu jenis sihir seseorang saat orang itu menggunakan sihir.

"Saya rasa untuk sekadar pengawalan, Anda saja sudah lebih dari cukup," ucap Arasidion.

"Anda harus menjawab pertanyaan saya dulu, bagaimana jika nona Aesel yang menjawab?" ucap Alaster.

Aesel merinding saat lelaki itu beralih menatap sambil tersenyum padanya.

"Saya yang akan berbicara. Nona Aesel bukan seorang putri. Dia satu-satunya yang tersisa dari marga Fillory yang merupakan keturunan utusan agung pertama. Ya, sihirnya cukup unik. Tapi dalam perjalanan menuju Rivenzha, akan lebih baik dia tidak menggunakan sihirnya," jelas Kaltaz.

"Hah dasar kalian, bukankah sudah kubilang? Kalian hanya akan melakukan pengawalan dan tidak boleh bertanya hal tidak penting? Kalian sudah menyetujuinya karena ini permintaan langsung tuan Kaltaz," ucap Rodave.

"Kami hanya sedikit penasaran dengan orang yang akan kami kawal. Dia tak terlihat seperti gadis lugu yang lemah, malah sebaliknya. Mungkin level misi ini lebih berbahaya dari yang saya duga." Alaster mengangkat bahu acuh sesaat.

Aesel rasa ini karena penampilan jahatnya lagi, membuatnya secara tak sengaja memutar bola mata dan mendengus.

"Bukan salahku jika aku terlihat jahat," pikir Aesel.

"Aku cukup menyukainya sikapnya, kami mungkin akan cocok," ucap Torah acuh tak acuh.

"Dengarlah, sudah kujelaskan sebelumnya pada kalian sebelum setuju dan kalian bersedia berkumpul saat ini. Misi pengawalan ini berbahaya, itu sebabnya aku langsung memberitahu pada beberapa petualang yang kurasa cukup mumpuni untuk ini. Lalu tidak menyebarkan misi sembarangan. Tuan Kaltaz dan Nona Aesel akan melakukan perjalanan ke Rivenzha, tugas kalian adalah mengawal nona Aesel sampai selamat dan dengan begitu nona Aesel tak perlu menggunakan sihir dalam perjalanan. Kalian juga tidak diperbolehkan mengorek informasi apa pun yang tidak sepantasnya tentang nona Aesel, kecuali atas izin tuan Kaltaz," ucap Rodave.

"Baiklah-baiklah, Anda sangat cerewet," kata Alaster.

"Itulah kenapa aku benci orang tua," ucap Torah.

"Sudah-sudah, meskipun kalian benar tolong jangan berkata seperti itu pada tuan Rodave," ucap Ivana sambil tersenyum meringis, ia malah semakin menggarami.

Arasidion mengangguk setuju.

"Bocah-bocah ini ...." Rodave menahan rasa kesalnya dengan menghela napas.

"Baiklah. Aku menganggap kalian sudah tahu siapa yang harus kalian kawal dalam perjalanan ini, pertemuan sekarang cukup sampai di sini. Kita akan berangkat pukul lima besok pagi dan bertemu di luar gerbang kedua Hellixios," ucap Kaltaz.

Setelah itu, Kaltaz dan Aesel keluar. Sementara yang lain masih di dalam. Entah apa yang mungkin mereka bicarakan, akan wajar jika itu tentang dirinya sebagai orang yang akan mereka kawal.

"Kenapa kita memerlukan orang-orang itu?" tanya Aesel.

"Apa maksud Anda?"

"Seperti yang saya dengar, Anda memang tampak lebih dari cukup. Saya tidak berpikir akan melakukan perjalanan berdua, tapi mereka tampak sulit," jelas perempuan itu.

"Maka saya akan menjawab, saya sudah punya rencana sendiri. Selain itu, meskipun mereka tampak tak bisa diajak kerja sama dan tak bisa diandalkan, mereka ada di antara yang terbaik di bidangnya, tentu saja saya pastikan mereka juga bisa dipercaya meski sikapnya menyebalkan."

"Tampaknya Anda sudah cukup mengenali mereka."

"Anda bisa menganggapnya begitu. Jadi Anda hanya perlu mengikuti saya."

"Tentu, saya ingat bahwa saya hanya harus mengikuti semua yang Anda katakan dalam perjalanan ini. Tapi bukan berarti saya tidak boleh bertanya, kan?"

"Ya, Anda benar. Setelah ini kita perlu membuat surat keterangan dan kartu petualang untuk Anda. Ini dibutuhkan supaya bisa masuk keluar suatu negara tanpa biaya."

Setelah beberapa saat, mereka berada di lantai dua dan menuju resepsionis.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya resepsionis itu ramah.

"Saya perlu membuat surat keterangan dan kartu petualang untuk Nona di sebelah saya."

"Baik. Apa saya perlu menjelaskan secara detail mengenai tingkatan dan kelas misi?"

"Tidak perlu, saya akan memberitahunya sendiri nanti," ucap Kaltaz.

"Baik." Resepsionis itu mengambil sesuatu dari laci lemari di sebelahnya.

Kemudian, Aesel diminta untuk memberikan cap darah pada sudut bawah kiri kertas dan sebuah kartu. Lalu, wanita itu memberikan stempel berupa logo yang Nexa lihat di depan bangunan yaitu logo guild. Di bagian kanan, ada satu stempel tanda tangan pemilik Guild.

"Ini surat dan kartu petualang untuk Anda," ucap pelayan itu.

Aesel menerimanya, melihat dengan membolak-balik sekilas. Lalu memasukannya ke dalam tas sihir.

"Terima kasih," ucap Kaltaz pada resepsionis yang melayani mereka.

Kemudian, ia mengajak Aesel keluar dari sana.

"Apa saya tidak perlu membaca apa yang tertera di surat keterengan itu? Apakah itu semacam kartu identitas?" tanya Aesel setelah mereka keluar.

"Saya akan menjelaskan mengenai hal itu di penginapan nanti."

Sikap Kaltaz entah kenapa kaku dan formal lebih dari biasanya. Aesel tak mempermasalahkan hal demikian, apalagi mereka memang tidak terlalu dekat. Ia pikir itu juga untuk citra Kaltaz sebagai kesatria di depan publik.

Aesel hanya belum terbiasa. Apalagi Kaltaz yang pertama kali mencoba mencairkan suasana saat mereka masih di menara, Aesel pikir Kaltaz tak terlalu suka formalitas. Meski sesekali tampak toleran dan santai, kembali, ia juga harus memposisikan dirinya sebagai orang yang memiliki kedudukan tinggi.

***

Mereka berangkat pagi buta. Kaltaz dan Aesel menaiki kereta kuda menuju gerbang Utara kerajaan Hellixios. Selama perjalanan itu, Aesel melihat keluar jendela kereta kuda dengan mata terkagum-kagum. Ia belum terbiasa dengan interior bangunan dunia sihir ini, sentuhan kuno dan estetis, tampak elegan.

Tapi semakin lama kereta berjalan, ia tak melihat gedung sebanyak sebelumnya. Kaltaz bilang, mereka sudah tak berada di kawasan kota. Bangunan-bangunan yang ada lebih sederhana. Orang-orang yang berlalu lalang di jalan berpakaian tidak terlalu mewah meski cukup rapi. Suasanya bagus dan tampak damai.

Lalu, Aesel menyadari sesuatu.

"Bukankah terjadi serangan sebelumnya? Saya tidak melihat adanya kerusakan karena itu." Ia akhirnya mengalihkan pandangan dari jendela dan menatap Kaltaz. Lelaki itu pikir, Aesel akan selalu melihat ke luar jendela selama perjalanan ini.

"Kami sudah membereskannya dan itu selesai kemarin. Pasukan dari kerajaan juga mencegah penyerangan terjadi lebih jauh, jadi banyak wilayah yang tidak terkena dampak, para kesatria semaksimal mungkin menahan pasukan di perbatasan," jelas lelaki itu.

1
Ind
suka heran sm penulis yema fantasi,.mereka dapat inspirasi dari mana sih,..bisa banget otaknya nyampe ke tahap itu,🥹🥹🥹..
salut sihhhh...🤩
and_waeyo: Aw makasih dah mampir sayang
total 1 replies
Dòng sông/suối đen
Jadi ingin jadi penulis.
and_waeyo: Ayoo gas nulis😖🪄
total 1 replies
AngelaG👁💜
Hati-hati, kalau terlalu sering baca cerita ini bisa jatuh cinta sama karakternya loh 😆
and_waeyo: Terima kasih, saya sumpahin pada jatuh cinta beneran deh🤍😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!