Hyuna Isvara, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai seorang koki di salah satu restoran.
4 tahun menjalani biduk rumah tangga bersama dengan Aksa Dharmendra, tidak juga diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk memiliki anak.
Namun, kehidupan rumah tangga mereka tetap bahagia karena Aksa tidak pernah menuntut tentang anak dari Hyuna.
Akan tetapi, kebahagiaan mereka sedikit demi sedikit menghilang sejak Aksa mengenalkan seorang wanita kepada Hyuna tepat di hari annyversary mereka.
Siapakah wanita yang Aksa kenalkan pada Hyuna?
Bagaimanakah rumah tangga mereka selanjutnya?
Yuk, ikuti kisah Hyuna yang penuh dengan perjuangan dan air mata!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 1. Paksaan Untuk Mempunyai Anak.
"Mbak, spaghetti Bolognesenya udah siap?"
Teriakan dari seorang pelayan di sebuah restoran memenuhi dapur, terlihat keadaan dapur sangat riweh sekali karena padatnya pengunjung malam ini.
"Sebentar lagi!"
Seorang wanita yang merupakan koki di restoran itu tengah sibuk menyiapkan pesanan para pelanggan. Sudah berjam-jam dia sama sekali tidak bisa beristirahat, karena pengunjung restoran itu terus berdatangan.
Setelah makanan itu selesai, koki tersebut memencat bel yang ada di dapur agar pelayan mendengarnya. Itu sudah seperti kode bagi para pekerja untuk memberitahukan bahwa makanan sudah bisa disajikan.
"Mbak istirahat saja dulu, kami bisa menyelesaikan pesanan yang lain," ucap wanita bernama Lisa, asisten dari koki tersebut.
Wanita itu mengangguk, lalu berjalan ke arah kursi yang ada di sudut ruangan untuk mengistirahatkan diri sejenak.
"Hah, lelahnya." Keringat mengucur di tubuhnya, lalu tangannya terangkat untuk mengusap kening yang juga dibasahi keringat.
Setiap harinya, wanita bernama Hyuna itu menghabiskan waktu selama 10 jam berada di dapur. Dapur itu sendiri sudah seperti medan perang baginya, di mana semua orang sibuk ke sana kemari untuk menyajikan pesanan dari para pelanggan.
"Mbak!"
Panggilan kerja kembali terdengar membuat Hyuna langsung beranjak dari kursi menuju pantry.
Tepat pukul 10 malam, Hyuna sudah menyelesaikan semuanya dan segera beranjak pergi dari dapur untuk bertukar sip. Dia berjalan gontai menuju ruang ganti karena merasa benar-benar lelah.
"Mbak mau langsung pulang?" tanya Lisa yang berjalan di belakang Hyuna.
Hyuna menganggukkan kepalanya. "Iya Lis, Mas Aksa udah nunggu di depan."
"Duuh ... iri banget deh, liat Mbak dan mas Aksa. Kapan ya, suamiku perhatian kayak gitu?" tanya Lisa pada dirinya sendiri.
Hyuna tersenyum simpul sambil menepuk bahu asistennya itu. "Sabar, pasti nanti ada masanya." Dia berjalan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah beberapa saat, Hyuna keluar dari ruangan itu dengan wajah cerah dan berseri seolah sama sekali tidak melakukan apa-apa.
"Mas!"
Aksa yang saat itu sedang bermain ponsel mendengar panggilan seseorang, sontak dia menoleh ke arah samping di mana sang istri berada. "Hari ini Mas lihat pelanggannya banyak, Dek?"
Hyuna langsung menganggukkan kepalanya. "Banyak banget, Mas. Sampai lemes kakiku ke sana kemari." Dia cemberut dengan sangat menggemaskan.
"Yaudah, besokkan bisa istirahat penuh di rumah." Aksa beranjak dari kursi dan berjalan ke arah mobil beriringan dengan Hyuna.
"Iya, Mas. Tapi kan besok mau nyiapin annyversary kita, enggak bisa tidur lah," ucap Hyuna sambil masuk ke dalam mobil.
"Kau tenang aja, Dek. Mas udah siapin semuanya kok, pokoknya kau tinggal terima beres aja,"
"Really?" Hyuna menatap Aksa dengan mata berbinar-binar.
"Iya. Mas udah bayar orang untuk menyiapkan semuanya. Jadi gak perlu capek-capek lagi." Aksa menganggukkan kepalanya.
"Aah. Kau memang yang terbaik, Mas." Hyuna memeluk lengan sang suami dengan senang, beruntung sekali dia punya suami seperti Aksa yang selalu perhatian dan pengertian padanya.
Tidak berselang lama, sampailah mereka ke sebuah rumah yang sudah 4 tahun ini menjadi saksi perjalanan rumah tangga mereka.
Aksa menggelengkan kepalanya dengan senyum simpul saat melihat Hyuna terlelap. Tidak tega untuk membangunkannya, Aksa menggendong tubuh sang istri dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Hyuna yang berada dalam gendongan Aksa tersenyum bahagia. Dia yang sudah bangun saat laki-laki itu menggendongnya memilih untuk pura-pura tidur, sungguh istri yang sangat solehot sekali.
Aksa merebahkan tubuh Hyuna ke atas ranjang, dia lalu mengambilkan gaun malam yang biasa di pakai oleh sang istri.
"Mas!"
Aksa tersentak kaget saat Hyuna membuka kedua matanya. "Dek, kau sudah bangun?"
Hyuna terkekeh lalu beranjak duduk. "Aku udah bangun saat Mas gendong tadi. Maaf ya Mas, aku bohongi." Dia menutup mulutnya yang tertawa geli.
"Dasar kau ya Dek, apa pikirnya kau itu tidak berat?" Aksa menggelitiki pinggang Hyuna membuat wanita itu tertawa terbahak-bahak.
"Ampun Mas, ampun. Hahahah." Hyuna lalu bangun dan menimpa tubuh sang suami.
"Hyuna, jangan memancingku. Aku tau kalau kau sangat lelah hari ini." Aksa memandang Hyuna dengan sayu, hasratnya mulai naik saat ini.
Hyuna langsung mengecup bibir Aksa. "Aku memang lelah, Mas. Tapi aku tidak mau kehilangan pahala untuk melayanimu."
Aksa tersenyum senang dan langsung menyerang Hyuna untuk menyalurkan hasratnya. Mereka menghabiskan malam ini dengan adegan pemersatu bangsa.
****
Tepat pukul 9 pagi, Aksa terbangun saat mendengar suara ketukan dipintu kamarnya. Dengan cepat dia turun dari ranjang untuk melihat siapa yang sedang mengetuk pintu itu.
"Loh, Ibu? Kok pagi-pagi sudah di sini?" tanya Aksa sambil menguap menahan kantuk.
"Astaga. Hebat kalian ya, jam segini belum bangun. Mana istri kamu yang pemalas itu, hah?" Wanita paruh baya bernama Mona bersiap untuk masuk ke dalam kamar, tetapi Aksa langsung menghalangi dan menutup pintu kamarnya.
"Apa yang kau lakukan sih, Aksa? Ibu mau membangunkan istrimu itu." Mona menatap putranya dengan tajam.
"Kenapa sih, Bu? Hyuna lelah karena banyak pelanggan di restoran, jadi biarkan dia istirahat,"
"Apa, lelah katamu?" Mona berteriak marah. "Banyak kok, istri diluar sana yang bekerja tapi tidak seperti istrimu itu. Jangan terlalu memanjakannya, Aksa. Nanti dia nglunjak."
Aksa mengusap wajahnya dengan kasar, kepalanya berdenyut sakit mendengar ocehan ibunya pagi-pagi begini.
"Sudahlah, Bu. Ibu mau apa sebenarnya? Aku pusing liat Ibu marah-marah." Aksa berjalan ke arah tangga dengan diikuti olah Mona.
"Ibu mengatakan yang sebenarnya, Aksa. Istrimu itu tidak bisa dibiarkan. Udah pemalas, mandul pula,"
"Ibu!" Aksa menghentikan langkahnya dan menatap ibunya dengan tajam.
"Kenapa? Ibu hanya mengatakan kenyataannya saja." Mona lalu menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. "Sudah 4 tahun kalian berumah tangga, Aksa. Tapi istrimu belum hamil juga, apa itu namanya tidak mandul?"
Aksa menghela napas kasar, dia muak sekali mendengar ucapan sang ibu. "Anak itu pemberian Tuhan, Bu. Jika Tuhan belum memberinya, bagaimana mungkin kami bisa punya anak?"
"Ini bukan karena Tuhan, Aksa. Tapi karena istrimu mandul!"
•
•
•
Tbc.