Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Give Me A Clue: Why Should I Stay Alive?

Chapter 1. Kekaisaran Demallus

Di suatu tempat yang bahkan cahaya mentari tidak bisa menerobos masuk. Seorang perempuan dikurung di sebuah sel.

"Nexa!"

"Nexa ...."

Kelopak matanya bergerak, perlahan, perempuan itu membuka mata. Pandangannya masih buram dan entah apa yang ia lakukan sebelumnya, kepalanya juga terasa sakit, tidak, bahkan sekujur tubuhnya terasa sakit. Perempuan itu mengernyit saat bau amis dan bau busuk menerobos penciumannya. Ia mengerjap beberapa kali, lalu kesadarannya kembali seiring dengan suara yang didengarnya semakin jelas.

Ia menoleh ke arah sumber suara hanya untuk memekik dan terperanjat kaget mendapati pemandangan yang membuat nyawanya baru saja terkumpul sepertinya hendak keluar dari tubuhnya lagi. Ia mengerjap beberapa kali untuk memastikan bahwa ia tak salah melihat bayangan sesuatu sebagai hantu, monster, atau entah apa pun itu.

"Nexa?"

"AGHHH!!!" Ia langsung berteriak saat hantu-tidak, makhluk yang dilihatnya tidak tembus pandang, mungkin lebih cocok disebut monster-itu berbicara.

Jantungnya berpacu cepat. Ia berpaling dan ingin melarikan diri, tapi tubuhnya kehilangan kekuatan, sama sekali tidak bisa digerakkan. Seperti sedang bermimpi dan ia dalam posisi tidak bisa menggerakkan badannya sama sekali.

"Apa ada yang salah, Nexa?"

Monster itu terus berbicara, sementara perempuan itu tidak tahu bahwa ia yang dipanggil. Bagaimanapun, ia tahu bahwa namanya bukan Nexa.

"Bulan hitam, sebentar lagi."

Tubuh monster itu lebih besar dari ukuran manusia pada umumnya, rambut hitam panjang yang berantakan, ada tanduk di tengah jidatnya, bola matanya putih semua, dengan wajah yang penuh luka dan bekas goresan besar, giginya tajam seperti taring dan mulutnya mengeluarkan asap tipis putih saat bicara. Ia tidak menggunakan pakaian atas, celana pun sudah compang-camping. Monster yang kotor, dan sepertinya darah telah mengering di tubuh dan pakaiannya.

Perempuan itu penasaran dengan apa yang terjadi tapi juga ingin segera keluar dari mimpi, terlebih meskipun cahaya obor cukup terang, baginya tidak ada bedanya jika itu berada di tempat yang kurang cahaya dan cukup sempit, tidak nyaman. Mimpi yang tidak seperti biasanya. Bahkan, sakit di sekujur tubuhnya terasa lebih nyata, seolah bukan mimpi yang menghantuinya selama bertahun-tahun.

Sementara itu, monster yang terus berbicara di sebelah selnya tidak ia pedulikan sama sekali. Pandangannya beralih memeriksa kondisi tubuhnya, samar ia melihat tubuh yang penuh luka dan lebam, sangat kotor dan hanya memakai gaun tipis lengan pendek yang panjangnya sampai lutut, itu pun robek di sana-sini, ia terkejut ke sekian kali.

"Ini ... ini pasti bukan aku! Kenapa aku jadi seperti ini?! Apakah ... ini neraka? Apakah aku sudah mati?"

Sayangnya, ia tak ingat kapan ia mati. Ini tidak mungkin alam baka kan? Pikirnya.

"Tujuan utama, rencana, bulan hitam."

Diliputi kebingungan, suara monster yang berat dan terpatah kembali terdengar. Bagaimana caranya supaya ia bangun? Ia tak kunjung bangun. Perempuan itu berpikir, jelas ada sesuatu yang salah. Ia kembali mengobservasi sekitar. Sel penjara makhluk itu penuh dengan potongan tangan dan kaki. Melihatnya secara langsung membuat ia bergidik dengan perut bergejolak ingin muntah.

"Kita harus cepat, pastikan tahanan itu dalam keadaan tidak bisa melawan dan pengekangnya kuat."

Suara lain terdengar dari luar sel. Sepertinya ada orang lain. Melihat kondisinya saat ini, mungkin ia dalam masalah besar.

"Saatnya pergi, saatnya pergi." Monster itu terus bergumam.

Kepala perempuan itu semakin sakit, ia meringis. "Kenapa kamu terus berbicara? Diamlah!"

"Ma-af, Nexa." Ia terdengar murung setelah ditegur sekali, maka dengan begitu perempuan itu menyimpulkan bahwa 'Nexa' adalah dirinya.

"Siapa pun itu, aku bukan Nexa yang kamu maksud!"

"Berisik sekali, sepertinya dia masih punya cukup tenaga setelah semua penyiksaan. Seharusnya lidahnya dipotong saja agar dia diam, dalam keadaan ini mungkin akan cukup menahannya untuk memulihkan diri."

Perempuan itu menoleh ke depan. Mendapati tiga orang pria dengan penampilan aneh berdiri di luar sel. Pria dengan hidung terpotong di paling kiri, pria botak dengan mata hitam legam seperti monster, dan seorang pria di paling kanan dengan tampilan yang cukup biasa tanpa bekas luka berarti, kecuali fakta bahwa setengah tubuhnya seperti seekor kuda, jauh dari kata normal.

"Ramalannya, ini kesempatanmu," ucap monster di sebelah selnya lagi.

"Akan bagus jika monster sialan itu juga segera lenyap, aku ingin mencoba bermain dengannya sekali sebelum itu, aku ingin memotong-motong semua bagian tubuhnya sampai itu tak bisa tumbuh kembali." Pria dengan ujung hidung terpotong berbicara sambil menatap bengis pada monster yang ia maksud.

"Kau tidak bisa sembarangan melakukan sesuatu pada tahanan khusus milik yang mulia. Bagaimana pun, saat ini jangan sampai yang mulia marah karena menunggu lama. Tak perlu membuang waktu lagi." Si pria botak berbicara.

"Ramalannya, sekarang malam pemurnian. Akan ada hal besar yang terjadi malam ini," ucap monster di sel sebelah. Ia jadi lebih aneh dari sebelumnya, kepalanya berputar beberapa kali sampai 180°. Dari sini setidaknya seorang manusia yang bahkan tidak suka berpikir sekali pun akan sangat yakin bahwa ini bukan lagi dunia yang ia kenal, bukan dunia yang sebelumnya ia tempati. Jika itu tidak segera berakhir dan terlalu nyata untuk sebuah mimpi, berarti bukan mimpi. 

Tapi sayangnya, perempuan itu tak ingat namanya sama sekali. Jika si monster memanggilnya Nexa, maka mungkin itu adalah namanya saat ini.

Nexa tak bisa berbuat apa pun tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Sepertinya ia juga terbiasa mengobservasi banyak hal hingga berhasil mengendalikan rasa paniknya.

Ketiga orang itu masuk sel dan melepas rantai yang mengikat Nexa di dinding. Mereka memaksanya berdiri dan menyeretnya keluar dari penjara. Nexa sulit sekadar menahan langkah karena tubuhnya yang terasa sakit. Ia memiliki pemikiran gila yang mengatakan bahwa sekarang dirinya mungkin berada di neraka dan akan disiksa. Ia bertanya-tanya apakah ini benar-benar kehidupan setelah kematian dan ia sama sekali tak ingat bagaimana ia mati.

Untuk alasan yang tak diketahui, Nexa menoleh ke belakang sesaat, padahal ia takut melihat makhluk itu. Entah kenapa meski menyeramkan, di sela pencahayaan obor, ia bisa melihat senyuman samar dari wajah si monster yang cukup rusak, itu harusnya menakutkan, tapi tidak, seolah di sana tersirat ketulusan yang membuatnya tenang. Lalu, sebelum ia benar-benar tak bisa melihatnya lagi karena berbelok, ia seolah mendengar suaranya lagi, dari jarak itu.

"Pergi, pergilah sejauh mungkin."

"Hey cepatlah!" Orang di samping kirinya, si pria hidung terpotong, menarik tangannya dengan kasar.

Jika ingin cepat, harusnya mereka melepaskan rantai di tubuhnya saja! Apalagi bola besi di kakinya yang harus Nexa seret setiap melangkah.

Ah ..., situasi macam apa ini? Kedua tangannya dirantai, begitu juga dengan leher dan kakinya. Belum lagi, rantai di kakinya menyambung dengan bola besi berat. Rantai itu seperti diselimuti api, berwarna hitam, hanya saja tidak panas sama sekali.

"Ugh ..." Nexa meringis linu di sela memaksa kakinya mengikuti langkah cepat orang-orang yang membawanya.

"Meskipun kau akan keluar, ini juga akan menjadi hari terakhirmu," kata si pria hidung terpotong di sebelah kiri, Nexa akan memanggilnya begitu.

Sementara orang di kanannya, dia hanya diam sedari tadi. Setelah cukup jauh, Nexa berpikir dirinya ada di sebuah penjara bawah tanah, ada tangga yang mengarah ke atas di depan dan banyak tangga lainnya yang tadi ia lewati. Ada juga beberapa sel lain dan di dalamnya banyak makhluk menyeramkan yang membuat bulu kuduknya merinding. Dan bau ..., anehnya meskipun bau ini begitu busuk seolah menusuk hidungnya, ia merasa terbiasa dengan mudah.

"DEMI PENGUASA LANGIT DAN BUMI APA YANG TERJADI?!!" Nexa menjerit dalam hati, otaknya ia peras untuk menemukan alasan mengapa ia berakhir seperti saat ini.

"Berapa banyak yang bisa dimurnikan dengan keadaannya yang seperti ini? Aku belum pernah melihat pemurnian." Si manusia setengah kuda akhirnya berbicara.

"Baginda Kaisar dan yang terpilih sudah menunggu pemurnian selama hampir seribu tahun, kita tidak akan tahu berapa banyak jiwa yang bisa dimurnikan dan ada batas waktu bulan hitam. Pasti tetua dan golongan tinggi akan diutamakan mengingat mereka akan segera lenyap. Mungkin sebelum pemurnian, kondisi penyihir ini juga akan diobati untuk memaksimalkan kekuatannya," jawab si orang botak.

Sesekali, Nexa terganggu oleh rasa sakit hingga berhenti sejenak untuk berpikir keras. Kaisar ya ..., Kaisar? Penyihir juga? Apa ia penyihir yang dimaksud? Seperti dongeng saja.

Eh?

Kepalanya terasa mendapat hantaman keras karena menyadari sesuatu yang ia pikir tidak mungkin. Pemikiran gila dan tak masuk akalnya mungkin saja terjadi. Memangnya dari tadi semua itu masuk akal?

Ia tidak mau jadi orang bodoh! Tapi ..., memang sulit dipercaya kalau perkiraannya benar.

Nexa menduga ia mengalami reinkarnasi, seorang perasuk mungkin lebih tepatnya. Sesuatu seperti itu banyak terjadi dalam cerita fantasi. Sekarang ia benar-benar berpikir apakah dirinya sudah mati? Dunia dari novel mana yang ia masuki? Karakter mana yang ia rasuki di situasi mengerikan seperti itu?

Setumpuk pertanyaan bermunculan di kepalanya.

Tentu saja jika berada di tempat aneh seperti ini, sihir ... atau sejenisnya. Sudah pasti ia berada di dunia lain! Nexa terlalu panik untuk menyadari ini sedari awal. Memangnya siapa yang akan langsung menduga hal mustahil seperti itu?

Belum lagi, semua situasi itu terasa asing. Nexa berpikir apakah mungkin ia telah melewatkan atau melupakan sesuatu? Sungguh sial, apakah ia memang pernah membaca cerita seperti ini? Ia bahkan tak mau menyentuh novel horror karena takut memperburuk mimpi yang selalu menghantuinya. Aneh, ia tak mengingat banyak hal, tapi cukup mengingat itu. Sebenarnya mimpi apa yang ia takuti?

Tanpa Nexa sadari, karena tenggelam dalam pikiran sendiri tentang cerita mana yang ia masuki, ia sudah keluar dari bangunan penjara itu. Nexa bisa melihat bulan setengah yang menyorot samar. Angin malam berhembus kencang menerpa tubuh dan menghempas rambutnya.

"Apa itu dia?" seorang pria berjubah muncul dari balik pepohonan. Nexa tak bisa melihat wajahnya sama sekali karena tertutup tudung jubah. Perawakannya cukup tinggi.

Ia mendekati mereka, lalu menyibak rambut yang menghalangi wajah Nexa sampai perempuan itu tersentak. Pria itu menarik dagunya sampai Nexa harus mendongak. Kini, Nexa bisa melihat mata orang itu yang berwarna ungu pekat di balik kain. Mata mereka beradu tatap selama beberapa detik. Ini terjadi begitu cepat sampai Nexa tak banyak bereaksi.

Tak lama, pria itu berhenti menatapnya. "Giliranku membawanya," ucapnya pada tiga orang yang menyertai Nexa sejak keluar dari sel.

"Kawal dia baik-baik, dia sudah sering mencoba kabur," ucap si botak.

Pria itu tak menjawab, ia hanya memegang tangan Nexa. Lalu dalam sekejap mata, Nexa ..., sudah berada di tempat yang berbeda? Apakah itu teleportasi? Sial, itu sangat mengagumkan meskipun bukan waktu yang tepat untuk kagum baginya. Nexa bahkan tidak merasakan apa-apa seperti merasa pusing dan efek samping apa pun saat teleportasi! Apakah memang tidak ada efek samping?

Terpopuler

Comments

Iind

Iind

suka heran sm penulis yema fantasi,.mereka dapat inspirasi dari mana sih,..bisa banget otaknya nyampe ke tahap itu,🥹🥹🥹..
salut sihhhh...🤩

2024-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!