Karena terlilit hutang, seorang karyawan rela menyerahkan istrinya sendiri sebagai jaminan pada seorang boss perusahaan demi mendapatkan pinjaman yang jauh lebih besar.
Usia pernikahan Lukas yang menginjak pada angka 7tahun namun tak juga dikaruniai seorang keturunan, membuat lelaki itu perlahan membenci Seruni sang istri! alasan itu pula yang membuat Lukas tega berkhianat dan membuang Seruni di kediaman Panca sebagai asisten rumah tangga.
Ketulusan serta kebaikan Panca yang begitu mencolok di awal pertemuan, akhirnya membuat Seruni terbuai, wanita itu bahkan bersedia menikah dengan Panca setelah bercerai dari Lukas demi bisa membahagiakan Nyonya Arini!
Namun siapa sangka? mental Panca yang berantakan justru membuat Seruni harus kembali jatuh bangun menjalani hubungan rumah tangga barunya.
Akankah Seruni mampu mengendalikan sang majikan dan membebaskan Panca dari bayangan trauma masa lalunya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JackRow, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sikap Ketus Sherly!?
Langit fajar perlahan mulai menyapa,
Kebiasaan Seruni yang terbangun lebih awal seketika membuat gadis itu terperanjat sembari memperhatikan sekeliling,
"Jam berapa ini? apa aku kesiangan?"
Tunggu -, Tuan Panca? dia tertidur disini?
Seruni nampak kebingungan, jemari lentik itu perlahan menyibak selimut putih tebal yang sempat membalut tubuhnya dan dengan perlahan Seruni beranjak turun.
"Kenapa tidur dibawah Tuan? bukankah seharusnya Anda tidur di ranjang?" wanita itu bergumam sembari menata selimut pada tubuh Panca dengan sangat hati-hati.
Haruskah aku membantu Tuan Panca untuk merebahkan tubuhnya? dia bisa sakit pinggang jika terus berada di posisi seperti ini? kenapa diriku jadi merasa bersalah sekarang?
Pemandangan yang tak begitu nyaman dari posisi tidur Panca seketika membuat Seruni menampilkan raut wajah khawatir.
"Tuan ..., Tuan Panca-,"
"Aaaawwwh- wwhh!! mmmmmmpphh!!" tubuh Seruni seketika ambruk dan berakhir pada dada bidang sang majikan saat Panca tiba-tiba menarik serta mendekap tubuh mungilnya.
"Tuan-, apa Anda?"
"Diam lah Runi! tolong diam lah, biarkan aku memeluk mu untuk saat ini!" suara yang begitu dalam dari lisan Panca kembali membuat Seruni terdiam hening.
Tuan Panca?? aroma ini, diriku bahkan kini mulai terbiasa dengan aroma tubuh Tuan Panca! entah kenapa? tapi cukup menenangkan, meski dia sedang mengigau? tapi Tuan Panca tetap saja bersikap manis padaku -,
Seruni tersenyum getir hidungnya yang terus tertempel pada dada Panca semakin membuat wanita itu memejamkan mata dengan pikiran yang entah kemana!?
"Sepertinya kau mulai nyaman dengan ku! benar begitu??"
A-apa?? Tuan Panca?? dia-,
Suara yang kembali terdengar dari lisan Panca seketika membuat Seruni mendorong tubuh sang majikan dan beranjak dari pelukan Panca.
"Jadi Tuan! tidak mengigau??? katakan! a-apa Tuan sengaja-,"
"Mengigau?? apa maksudmu Runi??" Panca berucap dengan senyum manis, pria berhidung mancung itu bahkan menggigit bibirnya saat melihat kepanikan dari wajah Seruni.
Apa yang telah kulakukan?? Astaga! Tuan Panca pasti berpikir yang bukan-bukan!!
"M-maaf!! sepertinya saya-,"
"Mau kemana!?"
Kalimat tegas serta tarikan kasar pada pergelangan tangannya seketika membuat Runi kembali terduduk secara paksa dipangkuan Panca dengan mata membulat sempurna.
****
"Aaaaaaghh!!! sialan!!!! kenapa dia tak kunjung menjawab panggilan dariku?? apa yang terjadi sebenarnya? kemana boss membawa pergi Seruni??"
Lukas lagi-lagi menampilkan raut wajah kesal sembari membanting ponsel dia atas ranjang, pria itu juga mengacak rambut basahnya sebelum akhirnya tertunduk memejamkan mata.
💜'Mas Lukas! kemeja hitam yang mas inginkan, saya telah menyiapkan nya di kamar! maaf karena saya belum sempat menyemir sepatu, ibu meminta supaya saya menyiapkan makan pagi terlebih dahulu, akan segera ku siapkan sepatu untuk mas nanti setelah semua pekerjaan di meja makan telah beres!'
Seruni ..., haaaaghh!! kenapa senyuman mu begitu sering melintas dipikiran ku akhir-akhir ini?
Lukas akhirnya melempar tubuh di atas ranjang dengan hanya mengenakan handuk yang terlilit di pinggang.
Rasa kantuk yang kembali menyapa pada mata Lukas seketika memudar saat seseorang tampak terdengar membuka pintu kamar dan meneriakkan namanya.
"Lukas!! Babe!! dimana diriku meletakkan stockings yang sempat ku beli kemarin?? apa kau melihatnya??"
"Hmmmm??" pria itu mengucek mata serta menoleh dan mendapati Sherly yang berjalan kesana-kemari sebelum akhirnya langkah sang wanita terhenti dan mengacak-acak tumpukan baju didalam almari hitam yang berada di tengah kamar.
"Lukas!!! bangunlah!!! bantu diriku menemukan stockings terlebih dahulu!! ini bahkan sudah hampir jam 8.00!! kita bisa terlambat untuk pergi ke kantor!!"
"Kau carilah sendiri, Sherly!! aku lelah mendengar semua celotehan yang terjadi di rumah ini! Rasanya sungguh bikin muak!!" Lukas berucap remeh sembari meletakkan lengan tangan pada wajah.
"Apa kau bilang, Lukas?? apa kau pikir telinga ku ini juga tak risih mendengar semua celotehan dari ibu juga saudara mu?? haaaaghh?? Sudah ku katakan!! lebih baik kita kembali ke apartemen!! tapi kau-, sama sekali tak ingin mendengar ku! dan sekarang kau turut menampilkan raut wajah masam seperti itu?? sungguh keterlaluan!!" suara Sherly seketika terdengar melengking dengan tatapan menajam.
Astaga wanita ini!! dia bahkan berani membentak ku dengan seenaknya!!
Lukas hanya terdiam mematung dan membiarkan segala umpatan serta caci-maki keluar dari mulut Sherly yang tak kunjung berhenti menghujani nya.
"Kak Sherly!!! maaf -, tapi ibu meminta mu untuk membantunya di dapur! karena ibu harus mengurus kakek sekarang!"
"Apa lagi ini?? apa kau pikir aku ini babu di rumah ini??" Sherly seketika membanting pintu almari dan beralih pandang terhadap Mawar.
"B-bukan seperti itu maksudnya kak! ibu hanya -,"
"Kerjakan sendiri!! apa kau tak punya tangan?? kenapa harus menyuruhku? aku ini wanita karir!!! jangan memintaku untuk melakukan hal-hal konyol seperti ini!!"
Mawar pun seketika tertunduk,
Kak Sherly!! sepertinya memang bukan seorang istri idaman!!! bisa-bisanya kakak lelaki ku membawa Mak lampir ke rumah ini!? akan lebih baik jika Seruni yang berada di rumah ini!!
"Kenapa masih diam saja disini???"
"Ee-iya kak! maaf!!"
Bentakan dari Sherly seketika membuat lamunan Mawar pun memudar, gadis itu akhirnya melangkah dengan terburu-buru meninggalkan kamar sang kakak lelaki.
Satu jam berlalu,
Segala kekisruhan di kediaman Nyonya Niti akhirnya menghilang dari telinga Lukas, pria itu kini terdiam hening dan hanya fokus memperhatikan jalanan yang mulai nampak ramai.
"Babe!! kita akan pulang ke apartemen bukan, untuk nanti malam?"
"Entahlah!!"
"Ayolah babe!! aku bisa gila jika terus-menerus berada di kediaman ibumu!!" Sherly kembali merengek sembari menggenggam lengan sang kekasih.
Dia bahkan sama sekali tak ingin peduli dengan keluarga ku! Sherly! wanita macam apa kau ini? bagaimana bisa diriku menaruh perasaan pada gadis sepertimu dari dulu?
*****
Pemandangan taman hotel ini sungguh mengagumkan! jika dipikir-pikir, bukankah ini pertama kalinya diriku bisa berkeliling dengan santai di taman hotel?
Seruni menorehkan senyum, wanita itu akhirnya memilih untuk duduk pada salah satu kursi taman yang berbentuk cukup estetik.
"Dimana Tuan Panca? dia tak mungkin meninggalkan ku di tempat ini sendirian bukan? tunggu-, apa aku akan mengingat jalan untuk kembali ke kamar?" wanita berparas ayu dengan kemeja berwarna putih itu kembali terlihat kebingungan seorang diri.
"Haruskah aku searching tentang tata letak tempat ini? Aaaaaghh!! sepertinya memang harus begitu! diriku memiliki smartphone! jadi tak perlu khawatir bukan??"
Mas Lukas? dia menghubungi ku? bahkan hingga berkali-kali,
"Haruskah aku kembali menghubunginya? tapi-, bukankah ini sudah memasuki jam kerja?" Seruni bergumam sembari menatap fokus ke arah layar ponsel yang ia genggam.
"Ada apa?? kenapa raut wajah mu tampil begitu serius honey??"
"T-tuan?? kenapa selalu tiba-tiba muncul seperti ini?" Seruni seketika tersentak saat merasakan bisikan dari Panca pada area kiri bagian telinganya.
"Apa jantung mu berdebar??" Panca terkekeh tanpa rasa bersalah, pria itu juga seketika mengayunkan kaki menuju hadapan Seruni.
"Tidak!!!"
"Benarkah? aku sungguh tidak yakin!! biarkan aku memeriksanya!" Panca berceloteh dengan semaunya sebelum akhirnya berlutut dihadapan sang wanita pujaan.
"Waaah!! ternyata benar! jantung mu benar-benar berdetak lebih kencang karena kehadiran ku!"
Astaga!! Apa yang dia lakukan??
"Berhentilah Tuan!! apa Anda tidak lihat bahwa kita sedang berada di tempat umum?" telapak tangan Seruni seketika mendorong pundak Panca saat pria itu menempelkan telinga pada dada area dadanya.
Bukan menampilkan amarah, Panca justru kembali menyunggingkan senyum lebar saat dirinya tersungkur ke belakang.
"A-apa Tuan baik-baik saja? saya minta maaf! saya-, sungguh tak bermaksud untuk berbuat kasar padamu, Tuan!" Seruni akhirnya turut beranjak dan meraih telapak tangan Panca.
"Kau mengkhawatirkan diriku??"
Suara Panca kembali terdengar lembut mendayu, saat ia berhasil mendaratkan bokong di samping tubuh Seruni.
"Mmmm-, saya? tentu saja! saya takut Tuan akan marah!"
"Marah??? bukankah memang seharusnya begitu? kau memancing amarah dalam diriku, Runi!"
Seruni yang masih tertunduk hening membuat Panca lagi-lagi menggigit bibir, jemarinya perlahan tergerak dan meraih dagu runcing Seruni hingga keduanya kembali bertemu pandang.
"Runi -, mau menjadi istriku???"
Netra indah Seruni seketika terbelalak saat Panca kembali melontarkan kalimat dengan semaunya,
Apa sebenarnya maksudmu Tuan Panca? apa kau sengaja ingin menguji kesetiaan ku pada mas Lukas, Tuan?
Aku harus berhati-hati pada pria ini, bukan?
kok kayak g ngerti kepribadian suami sendiri sih...