Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Malam hari Hana hendak tidur tetapi menunggu Hasyim belum masuk kamar juga. Sekitar pukul 10.30 Hasyim masuk kamar lalu merebahkan diri disamping Hana.
"Apa Hana sudah tidur ya?" gumam Hasyim yang masih didengar Hana karena dia tidur miring ke samping kanan membelakangi Hasyim.
"Syukurlah kalau dia sudah tidur." gumamnya lagu. Hasyim mendekat pada Hana. "Maafkan aku Hana, kamu harus masuk ke dalam keluargaku yang penuh tekanan. Aku yakin kamu wanita kuat." gumam Hasyim lalu berbaring membelakangi Hana.
Deg . . .
"Apa maksudnya? Ya Allah... Ada apa ini?" gumam Hana dalam hati tanpa terasa menetes air matanya. Lama Hana menangis hingga dia terlelap karena lelah.
"Huhuhu. Ibu." gumam Hana dalam mimpinya.
"Hana bangun, Hana. Kamu mimpi buruk?" tanya Hasyim menenangkan, mengambilkan air minum. "Minumlah Hana. Tidurlah kembali karena ini masih malam." Hana hanya mengangguk lalu membaringkan kembali badannya dengan posisi semula.
"Hana, kamu baik² saja kan?" tanya Hasyim.
"Iya kak, aku baik² saja kok." jawab Hana dengan suara seraknya.
"Kalau ingin menangislah, apakah kamu rindu ibumu?" tanya Hasyim. Huuaaa tangis Hana makin kencang. Posisi Hasyim terlentang ditempat tidurnya sambil berpikir!
"Mungkin memang benar dia rindu ibunya! Maafkan aku Hana karena kita belum bisa melakukan suatu hal yang biasa dilakukan oleh pengantin baru." gumam Hasyim dalam hati. Hasyim sempat melirik ke arah Hana yang membelakanginya.
"Hasyim, kamu tau dimana disimpan songkoknya kak Rahmanmu? Hasyim. Hasyim." panggil ibu Setia tanpa rasa bersalah. Baru saja Hasyim memejamkan matanya.
"Kak Hasyim sudah tidur bu." Jawab Hana dengan suara lembut.
"Hasyim bangun dulu. Carikan
***
Hana bangun saat subuh, dia mendengar suara adzan berkumandang.
"Alhamdulillah sudah subuh." gumam Hana pelan. Hana turun dari ranjang pelan lalu menuju kamar mandi yang ada didekat dapur.
"Kak, Kak Hasyim, bangun yuk kak shalat subuh." panggil Hana sambil menggoyang²kan lengan Hasyim yang dilapisi baju.
"Hhmm tunggu sebentar."
"Ayo kak, ini sudah subuh kak." lalu Hana bersiap untuk shalat sendirian dan membiarkan Hasyim menenangkan diri sebelum bangun.
"Kak, bangun yuk!" Hana selesai shalat dan ternyata Hasyim belum bangun juga. "Astaghfirullah. Kak bangun yuk!"
"Iya. Ini sudah bangun." ucapnya.
"Hasyim mana Han?" tanya ibu Setia ketika melihat menantunya keluar kamar.
"Masih dikamar bu! Ibu mau masak apa?" tanya Hana.
"Ini tinggal panasi daging saja, sisa makanan pesta kemarin. Nanti kita makan sama² karena rencana keluarga ibu dan keluargamu biar sekalian sarapan disini."
"Iya bu, siang nanti rencana keluargaku akan pulang kampung bu."
"Oh, siapkan saja kuenya nak, carikan dilemari kaca itu masih ada!" ucap ibu ramah.
"Iya bu." kemudian Hana melangkahkan kaki menuju lemari untuk menyiapkan kue buat keluarganya.
***
Usai mengemas kue, Hana kembali ke kamar.
"Alhamdulillah sudah bangun, ayo sana berwudhu shalat kak, ini sudah hampir jam enam."
"Iya." jawabnya singkat lalu meninggalkan kamar.
"Huft sabar Hana, semua ini adalah ujian untukmu." gumam Hana dalam hati dengan menghembuskan nafas kasar. Kemudian Hana membereskan kamar dan kembali ke dapur.
'Halo Mb, kesini saja kalau mau sarapan dan ajal semua keluarga yang lain.' ibu Setia menelfon keluarganya yang datang dari Jawa, mereka menginap di rumah keluarga Hasyim yang lain.
'Ok.' jawab Mbnya Ibu Setia singkat.
***
Tepat pukul 07.00 semua orang berkumpul untuk melakukan sarapan bersama.
"Maaf ya rumahnya sempit." ujar ibu Setia.
"Iya Tia, harusnya beli rumah itu yang besar dan luas karena keluarga banyak! Suami PNS juga." seru ibu Widia, Mbnya ibu Setia.
"Ya maunya gitu Mb Yu, tapi gimana uang sudah dipakai beli mobil."
"Uang simpanan masak gak ada bu?" tanya keluarga ibu Setia yang lain.
"Iya sudah dipakai beli tanah bu." ujarnya sendu. Pasalnya suaminya suka beli tanah kebun.
"Wah malah bagus itu Tia, apalagi yang perlu kamu khawatirkan? Kalau sudah beli tanah tinggal bangun rumah kan!" sahut Mb Widia.
"Iya itu Mb, belinya diperkampungan tanah kebun!"
"Oh, malah banyak penghasilan nanti!" masih lanjut pembahasan sampai selesai sarapan.
"Sudahlah bu, begitu saja diributkan! Malu sama keluarga yang lain." bisik pak Sugeng suami ibu Widia.
"Gak apa² pak, Setia kan banyak uang!" pak Sugeng hanya geleng² kepala melihat kelakuan isterinya. Usai sarapan mereka pamit undur diri, begitu juga dengan keluarga Hana.
***
"Hana, kamu sudah bukan tanggung jawab ayah nak! Jadilah isteri penurut untuk suamimu karena surgamu ada padanya. Jika ada ujian dan masalah keluarga selesaikan baik² dengan kepala dingin nak, setiap masalah akan ada solusinya asalkan kita mau mencarinya. Jadilah isteri yang sabar dan penyayang, yang baik ya!" jelas ayah Ahmad.
"Iya Ayah, Insya Allah Hana akan ingat pesan ayah. Ayah baik² dirumah bersama Husna ya! Kalau ada perlu apa² ayah kabari Hana ya!" ucap Hana.
"Iya kamu tenang saja, ayah masih bisa meski hanya hidup berdua dengan adikmu." ucapnya sambil tersenyum, dia mengerti kekhawatiran Hana.
"Kalau ayah ingin menikah lagi tolong kabari Hana ya ayah, kenalkan calon ibu baru kepada Hana."
"Ssttt kamu urus saja pernikahan kamu, sana bulan madu supaya keluarganya harmonis."
"Iya ayah." Hana menjawab singkat sambil tersenyum manis.
"Ya sudah ayah pamit! Itu mereka semua sudah siap." Hana mencium punggung tangan ayah sambil mengangguk.
"Hasyim, kamu jaga putri ayah ya! Jika memang kamu sudah tidak sanggup menjaganya maka kembalikan pada ayah. Sayangi dia, bahagiakan dia Hasyim, dia itu wanita hebat dan kuat seperti ibunya. Dia jarang mengeluh jika dia tidak merasa akrab pada orang itu!" pesan ayah Ahmad.
"Iya ayah." hanya itu yang bisa Hasyim ucapkan, lidahnya terasa keluh karena dia menikah hanya karena permintaan ibunya.
Ayah dan yang lainnya masuk mobil, lalu mereka melambaikan tangan sebagai tanda perpisahan.
***
"Hana, mungkin satu pekan kita disini dan akan pindah ke rumah kebun atau pondok." ucap Hasyim ketika mereka berdua sudah berada dikamar.
"Iya kak." Hana hanya menjawab singkat tanpa menatap Hasyim.
"Hana, apakah kamu menerima pernikahan ini dengan tulus?" tanya Hasyim tiba².
"Insya Allah kak, karena Hana sudah istikharah kak!" Hana mencoba untuk menatap suaminya. "Boleh aku bertanya kak?" tanya Hana.
"Bertanyalah!" ucap Hasyim.
"Apakah kakak tidak ada niat untuk menjalani pernikahan ini dengan normal?" tanya Hana hati².
"Pernikahan kita normal Hana, maksud kamu apa?" Hasyim bicara sambil menatap Hana heran dengan kening berkerut.
"Hana hanya khawatir kakak tidak dapat menerima pernikahan ini dengan baik." Jawab Hana dengan tersenyum kikuk. "Awalnya aku akan berpikir begitu kak, tapi entahlah! Setelah kakak berkata tadi malam seperti ada sesuatu hal yang kakak sembunyikan." gumam Hana dalam hati, tidak berani untuk menanyakan langsung.
"Jika mau istirahat silahkan, aku akan keluar dulu sebentar cari angin." ucap Hasyim berpamitan.
"Boleh aku peluk kakak?" tanya Hana malu² sebelum Hasyim keluar kamar.
"Boleh, kemarilah!" ucap Hasyim sambil tersenyum. "Maafkan aku Hana, aku memang belum cinta sama kamu tapi aku akan berusaha menjadi suami yang baik." gumam Hasyim dalam Hati sambil merentangkan tangannya kemudian memeluk Hana.
"Nyaman." gumam Hana dalam hati seraya tersenyum sambil memeluk Hasyim erat. "Semoga keluarga kita menjadi keluarga yang Sakinah Mawaddah Warahmah kak." gumamnya lagi penuh harap.
Mereka melepaskan pelukan masing² sambil tersenyum salah tingkah.
"Terima kasih kak." ucap Hana memalingkan muka.
"Hhmm. Aku keluar dulu Yank." ucap Hasyim mengawali kata romantis.
"Hhmm." jawab Hana singkat. "Hua kak Hasyim panggil aku Yank? Apa aku gak salah dengar?" gumamnya dalam hati sambil lompat kegirangan. "Aku dah kayak orang jatuh cinta! Gak apa²kan? Toh dia suamiku." masih dengan ekspresi bahagia.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆