Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12.
Mbok Piyah , Ningrum dan beberapa orang tampak membawa mangkuk mangkuk besar dan juga piring piring besar berisi sayuran dan lauk pauk. Mereka melangkah menuju ke meja makan yang luas yang berada di pojok ruang pendopo yang sudah terlapisi taplak batik berlapis plastik transparan tebal, di atasnya sudah ada bertumpuk tumpuk piring bersih dan juga gelas gelas kosong bersih di atas nampan.
Tidak lama kemudian Pak tukang kebun pun datang turut membantu membawakan mejic com besar yang terlihat berat karena sudah berisi nasi matang... di belakangnya tampak Bu Kades berjalan menuju ke para tamu.
“Selamat siang bapak bapak dan Ibu Hasto maaf saya baru bisa menemui sekarang tadi sedang sibuk di belakang dan menemui Mamanya Andien di dalam.. sekarang beliau sedang tidur.” Ucap Bu Kades yang berdiri di belakang tempat duduk Pak Kades.
“Dan karena hari sudah siang, dan di meja sudah tersedia makanan seadaannya.. kami persilakan Bapak bapak dan Ibu Hasto untuk beristirahat makan siang sejenak.. nanti bisa kita lanjut kita pikirkan cara kita untuk mencari Andien.” Ucap Bu Kades sambil menatap para tamunya..
“Terima kasih Bu...” jawab mereka semua kecuali Pungki. Pungki pun melihat arloji di pergelangan tangannya..
“Belum juga jam satu siang kenapa sudah dijamu makan siang..” gumam Pungki di dalam hati.. dan rupa nya Bu Kades melihat gerak gerik Pungki..
“Maaf Mas, memang lebih awal maksudnya nanti habis makan kita bisa langsung ke masjid untuk sembahyang dzuhur bersama, Pak Kyai menunggu di sana nanti kita bersama sama mendoakan keselamatan Andien.” Ucap Bu Kades sambil menatap Pungki. Dan Syahrul tampak mengangguk anggukkan kepalanya dia sangat setuju jika dilakukan sembahyang bersama untuk keselamatan Andien. Papanya Andien pun tampak setuju..
“Baiklah mari kita semua makan dulu, semoga nanti setelah kita sembahyang bersama kita mendapatkan cara terbaik untuk menjemput Andien.” Ucap Pak Kades sambil mempersilahkan tamu tamunya bangkit berdiri..
Sedangkan Pungki tampak dia masih duduk, Syahrul yang siap berdiri pun berbisik ke arah Pungki..
“Kamu jalan jalan saja di luar siapa tahu di kebun Pak Kades ada kunyit nanti tidak usah mampir pasar kalau bisa minta di sini. Kamu tanya orang orang Pak Kades sana.. Aku kira ada tanaman kunyit di sini.” Bisik lirih Pungki..
“Mas, kok berat banget ya.. tadi aku bisa menahan tapi sekarang aroma gulai itu tampak sedap sekali..” bisik lirih Pungki pula..
“Maka aku bilang kamu cepat cepat pergi keluar, sebelum orang orang membawa piring berisi makanan dan duduk lagi di sini.” Bisik lirih Syahrul lagi..
“Ayo cepat sana!” Ucap Syahrul sambil menepuk pundak Pungki. Karena tampak ada seorang bapak polisi dan Rico sudah memegang piring berisi makanan dan siap melangkah ke tempat duduk semula. Pungki pun cepat cepat bangkit berdiri dan melangkah keluar dari pendopo itu.
Tampak beberapa orang bertanya pada Syahrul kenapa Pungki tidak ikut makan dan Syahrul pun menjawab Pungki sedang puasa.
Di saat Pungki sudah di luar pendopo tampak seorang laki laki pegawai Pak Kades yang tadi membukakan pintu gerbang berjalan dengan Sopir nya Mamanya Andien menuju ke pendopo dan mereka berpapasan..
“Mas kok tidak ikut makan?” tanya Pak Sopir dan pegawai Pak Kades.
“Tidak Pak, apa di sini ada pohon kunyit Pak?” tanya Pungki sambil menatap pegawai Pak Kades.
“Ha ha ha ha ada Mas, tapi bukan pohon nanti saya tunjukkan. Buat obat ya Mas.” Ucap pegawai Pak Kades itu.
“Iya, maksud saya tanaman kunyit.” Jawab Pungki mungkin karena begitu menahan banyak godaan hingga salah ucap alias keseleo kisah.
“Sebentar Mas, tunggu sini, saya antar Mas sopir ini dulu masuk. Saya makannya juga nanti kok.” Ucap pegawai Pak Kades.
“Biar saja saya tidak usah diantar Pak, terima kasih.” Ucap Pak Sopir dengan santun dan pegawai Pak Kades pun mempersilahkan Pak Sopir melanjutkan langkahnya ke pendopo.
“Ayo Mas, di kebun samping saja yang dekat. Ada banyak tanaman kunyit itu termasuk tanaman toga nya Bu Kades itu.” Ucap pegawai Pak Kades sambil melangkah di samping Pungki. Sesaat mereka berdua sudah sampai di kebun samping tanaman obat keluarga Bu Kades.. Pegawai Pak Kades pun langsung menuju ke bedengan yang ada tanaman kunyit nya..
“Ini Mas..” ucap pegawai Pak Kades sambil mencabut tanaman itu dengan alat yang ada di kebun itu..
“Pak, saya butuh sepanjang janur.” Ucap Pungki dengan serius.
“Ya tidak ada Mas, kunyit yang panjangnya sepanjang janur.. “ ucap pegawai Pak Kades tampak bingung..
“Hmm itu Pak mungkin maksudnya itu digabung gabung sampai sepanjang janur.” Ucap Pungki sambil meraih tanaman kunyit yang ada di tangan pegawai Pak Kades..
“Kok aneh Mas biasanya orang butuh satu jari, satu ons, satu genggam ini kok sepanjang janur.. sampeyan sedang ngelmu ya? Nglakoni? Hati hati loh Mas kalau nglakoni nanti sampeyan bisa melihat demit demit yang tidak tampak.” Ucap pegawai Pak Kades dengan nada serius sambil menatap Pungki yang wajah pucat nya tampak semakin pucat karena takut melihat demit demit.
“Kalau sampeyan tidak kuat malah bisa jadi gila atau sakit dan lebih parah lagi bisa koit alias dead.” Ucap pegawai Pak Kades lagi.
“Tapi ini yang menyuruh Mas Syahrul teman ku yang tadi itu Pak.” Ucap Pungki dan tampak dia pun mulai takut dan ragu ragu apalagi kini perutnya sudah terasa sangat lapar sekali.
“Ya coba ditanya lagi sana, apa resiko nya kalau orang nglakoni. Kalau yang saya dengar dengar sih begitu Mas bisa melihat demit demit atau bahkan diikuti oleh demit demit itu. Terus memang ada yang jadi sakti bisa ngobati dan lain lain nya..” ucap pegawai Pak Kades itu lagi.
“Sudah sana tanya dulu nanti saya siapkan kunyit nya. Kalau tidak jadi juga tidak apa apa nanti saya kasih ke Mbok Piyah pasti dia juga butuh buat bumbu dan jamu.” Ucap pegawai Pak Kades.
Pungki pun dengan tampak lesu lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah lagi menuju ke pendopo..
Saat di dekat pintu pendopo dia melihat Rico bersama dua orang Polisi keluar dari pintu pendopo. Rico menatap tajam ke arah Pungki.. Pungki yang sedang kalut pikirannya mengabaikan begitu saja dia ingin segera bertanya pada Syahrul..
“Melihat jin bocil meringis saja begitu menakutkan juga jin kera tukang bakso.. hiii apalagi demit demit lainnya...hiiii..” gumam Pungki dalam hati sambil mengangkat kedua bahunya sambil geleng geleng kepala dengan cepat. Bergidik ngeri.
Saat sampai di pendopo tampak Syahrul masih duduk di kursi sambil tangan kiri memegang piring dan tangan kanan memegang sendok tampak begitu menikmati makan siangnya.. Syahrul memilih menu gulai ayam, acar dan tempe goreng kesukaannya. Dia tampak kaget saat Pungki sudah masuk sebelum adzan dzuhur berkumandang.
“Belum selesai Pung makannya. Maaf ya...” ucap Syahrul dan tampak di piring nya masih ada gulai ayam lezat. Pungki pun duduk di samping Syahrul dan berbisik lirih di telinga Syahrul agar tidak ada orang mendengar.
“Iya Mas, di kebun tanaman obat Bu Kades ada kunyit Mas. Tapi aku mau tanya apa setelah aku sudah menjalankan syarat aku bisa melihat mahluk mahluk gaib Mas?”
..
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.