Terpaksa Menikah Demi Kembaranku

🌷Night Club🌷

Malam semakin mencekam, terlihat suasana yang begitu sepi, tapi tidak dengan tempat ini yang tak lain adalah Night Clubs, tempat itu semakin malam kian makin ramai, hampir 50% pengunjung tempat itu dari kalangan pembisnis yang selalu berdatangan ke tempat itu, untuk sekedar menghilangkan rasa penat di otaknya yang seharian full berkutat dengan berbagai berkas dan segala macam kegiatan mereka di kantor, ada juga dari sebagian mereka yang mencari kepuasan di tempat itu guna menyalurkan hasrat mereka.

Seperti halnya dengan seorang pria yang sedang duduk di sebuah meja paling ujung, tampak pria itu sedang sibuk dengan beberapa orang sahabatnya, Axel, Erwin, dan juga Danis dengan minuman wine di gelasnya.

"Lex.. Kenapa kau tidak undang aku, kalau kau sudah menikah?" tanya Axel sembari menenggak wine yang dia genggam.

"Apa itu penting buat mu, Ha? Sedangkan kau saja sibuk dengan wanitamu, bahkan kau sering ke luar negeri!" Alex berdecak kesal pada sahabat nya yang protes mengenai tidak mengundang sahabatnya ke pernikahannya.

"Terus Bagaimana dengan perasaanmu, apa semudah itu kau melupakan sosok Deswita..." sahut Erwin penasaran dengan perasaan sahabatnya saat ini.

"Tentu saja tidak! sampai kapan pun aku tidak akan pernah melupakannya, bahkan sampai sekarang hanya nama Deswita lah yang bersemayam di lubuk hatiku, dan selamanya tidak ada seorang pun yang mampu menggantikan sosok Deswita!!" terang Alex dengan tegas mengutarakan isi hatinya.

"Lalu bagaimana dengan wanita yang kau nikahi itu, aku dengar kau menikahi saudara kembarnya Deswita?" tanya Danis yang begitu kepo dengan urusan sahabatnya.

"Kau tahu bukan? aku menikahi wanita itu atas dasar paksaan dari Opa dan juga kedua orang tuaku, karena Opa sudah berjanji dengan Opa sahabat wanita itu, sialnya aku akan di coret dari daftar ahli waris Harison, bila tidak mau menikahinya. Terlebih lagi undangan pernikahan ku dengan Deswita sudah tersebar ke segala penjuru, jadi mau tidak mau aku terpaksa menikahinya, guna menyelamatkan nama besar keluarga Harison," terang Alex pada ketiga sahabatnya.

"Kau sudah belah duren?" sindir Axel.

"Ciih... Mana Sudi aku menyentuh wanita yang sudah membunuh Deswita, menjijikkan!!" jawab Alex dengan sorot mata yang begitu tajam.

"Ha... Ha... Ha..." Axel, Erwin dan juga Danis terbahak, dengan penuturan sahabatnya barusan.

"Oh ya Lex, apa kau ingat dengan seorang gadis yang selalu mengejarmu waktu kita di kampus dulu... Aku rasa dia sangat mencintaimu, tapi sayang kau justru memilih Deswita, wanita yang sudah berhasil mencuri hatimu, padahal seingatku dulu kau sama sekali tidak mencintai Deswita..." tanya Erwin kembali yang masih kepo dengan perjalanan cinta sahabatnya itu.

"Siapa yang kau maksud? Aku tidak mengerti, bahkan aku sama sekali tidak tahu siapa nama gadis itu," balas Alex penasaran dengan sosok gadis yang di ceritakan Erwin padanya.

"Jelas kau tidak mengenalnya karena pada saat itu kau terlihat begitu cuek, kau seolah tidak memberikan ruang untuk seorang gadis yang ingin mendekatimu, bahkan dia selalu mengirimimu dengan berbagai kata ungkapan cinta dan sebuah hadiah lainnya yang di tujukan pada dirimu, tapi sedikitpun kau tak menggubrisnya. Aku, Axel dan Danis lah yang menerima hadiah itu semua sesuai yang kau perintahkan dulu," terang Erwin mengenai sosok gadis yang selama ini menaruh hati ke Alex.

"Dan gadis itu adalah Jessica Artayuda," imbuhnya.

"Haiiish.. berhentilah membicarakan gadis itu lagi, aku tidak ingin membahas apapun saat ini, malam ini aku hanya ingin bersenang-senang dengan kalian, dan melupakan sejenak segala macam pikiran yang ada di otakku," sahut Alex malas.

"Sudahlah.. ayo kita rayakan pesta kita ini," Axel menjentik kan jari tangannya, memanggil empat wanita seksi yang sudah mereka pesan. Keempat wanita itu berjalan menghampiri meja Alex sambil menuangkan wine di gelas mereka.

Jam sudah menunjukkan Dua dini hari, tampak Carlos masih setia menemani Tuan Muda nya di sebuah Night Clubs, sampai akhirnya ketiga sahabatnya sudah mulai meninggalkan tempat itu, tersisa hanya Alex seorang yang berada di meja tersebut. Carlos yang melihat Tuan Muda nya sudah mabuk, langsung membawa Tuan nya pulang ke mansion.

🌷🌷🌷

Tak lama kemudian, Carlos sudah sampai di depan lobby Mansion. Alex yang sudah mabuk diantar Carlos ke lantai dua memasuki kamar. Sementara Pak Heru memanggil Denada yang sudah tertidur lelap di kamarnya.

"Maaf... Nyonya Tuan Muda sudah pulang, dan dia mabuk lagi," terang Pak Heru.

"Apa? mabuk... Apa itu sudah kebiasaan Kak Alex, selalu mabuk?" tanya Denada kaget yang tak percaya dengan apa yang di katakan oleh Pak Heru.

Pak Heru hanya bergeming, dia takut salah bila terlalu banyak bicara.

Denada mulai berjalan ke arah kamar Alex yang tidak jauh dari kamarnya. Saat dia membuka pintu kamar, ada Carlos yang baru menaruh tubuh Alex di atas ranjang.

"Malam Nyonya... Maaf telah mengganggu tidur anda, saya permisi dulu," Carlos membungkuk lalu meninggalkan kamar Tuan nya.

Denada menatap tubuh pria yang sedang terbaring di atas ranjang, laki-laki yang sangat membenci dirinya, hanya cacian dan makian yang selalu keluar dari bibir tebalnya. laki-laki itu selalu menyalahkan dirinya atas kematian Deswita saudara kembarnya sekaligus kekasih yang di cintai oleh Alex. Tapi walau bagaimanapun juga dia adalah suami yang di pilihkan Daddy nya untuk menggantikan posisi Deswita.

Meski Denada memiliki sifat egois, namun jauh di dalam lubuk hatinya dia begitu terhenyak melihat keadaan Alex yang begitu kacau malam ini. Denada menghela nafas panjang, dia mendekati ranjang Alex, bagaimana pun juga dia seorang istri yang harus mengurus kebutuhan suaminya.

Denada menatap lembut wajah suaminya yang tampan dan terlihat garis tegas di wajahnya. dia membuka sepatu, dasi dan jas Alex yang masih melekat di tubuhnya dengan hati-hati. Bau alkohol sangat menyengat dari bibir dan tubuh Alex, membuat Denada ingin muntah, karena dia tidak terbiasa mencium bau alkohol. Denada ingin membuka kancing baju Alex, tapi dia ragu, takut Alex marah bila tersentuh oleh dirinya yang sudah di klaim sebagai pembunuh Deswita.

"Deswita... Deswita... Jangan pergi..., aku mohon tetaplah disini bersamaku, aku sangat mencintaimu! Dan kau wanita sialan!! mengapa kau datang dalam kehidupanku!!! Kau pembunuh.. Kau telah membunuh Deswitaku!!!" teriak Alex dengan mata masih terpejam.

Alex terus meracau tak henti memanggil nama seseorang yang tak lain adalah Deswita, makian dan umpatan terus dia ucapkan dan berhasil menohok hati Denada. Seketika buliran bening pun meluruh dari ujung ekor matanya.

Kak Alex sebegitunya kah kau membenciku, meski dalam keadaan tak sadar pun yang kau ingat hanya keburukanku saja... Kau selalu menyalahkan ku atas kematian Kak Deswita tanpa mendengarkan penjelasan ku terlebih dulu... Denada.

Melihat kemeja Alex yang basah dengan alkohol, Denada memberanikan diri membuka kemeja itu, dengan cekatan Denada mengambil air hangat di baskom, dibersihkan dengan handuk kecil untuk mengelap badan Alex, sementara celana bahan yang masih melekat tidak berani dia lepas. Denada berjalan menuju walk in closet, dia mengambil kaos dan memakai kan ke badan Alex. Saat Denada akan beranjak, tiba-tiba Alex menarik tangannya.

"Deswita... Tolong jangan pergi lagi, aku mohon tetaplah disini, aku sangat merindukanmu..." racau Alex yang menggenggam kuat lengan Denada.

"Tidak... Aku bukanlah Kak Deswita... sadarlah Kak Alex..." pinta Denada sembari terus meronta berusaha melepaskan genggaman tangan besar itu dari lengannya.

"Tidak! Aku mohon jangan lakukan itu...

.

.

.

🌷Bersambung🌷

💐Maaf ya hari ini author terlambat update, karena author sedang nggak enak badan, dan untuk besok author usahakan up seperti biasanya ☺️🙏