NovelToon NovelToon
Cinta Suci Untuk Rheina

Cinta Suci Untuk Rheina

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam / Slice of Life
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nofi Hayati

Tidak ada pernikahan yang sulit selama suami berada di pihakmu. Namun, Rheina tidak merasakan kemudahan itu. Adnan yang diperjuangkannya mati-matian agar mendapat restu dari kedua orang tuanya justru menghancurkan semua. Setelah pernikahan sikap Adnan berubah total. Ia bahkan tidak mampu membela Rheina di depan mamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nofi Hayati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Seperti Benang Kusut

Setelah kepergian Adnan yang penuh kemarahan, Rheina memberanikan diri untuk menghubungi Desti—mami Adnan. Ia menceritakan semua yang terjadi dengan harapan mendapat dukungan dan bantuan.

"Mami, Adnan punya hutang ratusan juta, dan tadi ada debt kolektor yang datang mencari dia. Aku benar-benar bingung dan khawatir," kata Rheina dengan suara gemetar.

Namun, jawaban Desti di telepon membuat Rheina terkejut. "Sudahlah! Kamu nggak usah lebai seperti ini. Toh, selama ini nafkah kamu dan Zahid tercukupi, kan?" jawab Desti dengan nada santai dan cuek.

"Mami, ini bukan soal nafkah. Aku khawatir dengan Adnan dan masa depan kami. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Rheina, mencoba memahami sikap mertuanya.

Desti menghela napas panjang. "Rheina, kamu nggak perlu ikut campur dalam urusan ini. Adnan yang akan mengurus semuanya. Kamu hanya perlu fokus mengurus Zahid dan rumah."

"Tapi, Mami, aku tidak bisa hanya diam dan berpura-pura semuanya baik-baik saja. Debt kolektor itu bisa kembali kapan saja," Rheina merasa semakin cemas.

"Kalau mereka datang lagi, kamu bilang saja Adnan tidak ada di rumah. Berbohong sedikit tidak apa-apa demi kebaikan keluarga," jawab Desti dengan enteng.

Rheina merasa bingung dan kecewa dengan tanggapan Desti. "Mami, aku tidak bisa terus berbohong. Ini bukan hanya tentang uang, tapi tentang kejujuran dan keselamatan keluarga kami."

Desti terdengar sedikit kesal. "Rheina, kamu harus belajar untuk tenang. Adnan yang bertanggung jawab atas keluarganya. Kamu hanya perlu percaya padanya."

"Tapi, bagaimana aku bisa percaya jika Adnan sendiri tidak jujur padaku?" balas Rheina, mencoba mengendalikan emosinya.

Desti menghela napas sekali lagi. "Rheina, ini adalah masalah yang lebih besar dari yang kamu bayangkan. Ada banyak hal yang kamu belum tahu dan tidak perlu tahu. Biarkan Adnan mengurus semuanya."

Rheina merasa hatinya semakin berat. Ia berharap mertuanya akan memberikan dukungan dan solusi, tapi justru yang didapat adalah sikap acuh tak acuh. "Baiklah, Mami. Terima kasih atas sarannya."

Setelah menutup telepon, Rheina duduk termenung. Pikiran tentang masa depan Zahid dan rumah tangganya membuatnya semakin bingung. Ia tahu bahwa ia tidak bisa hanya duduk diam dan berharap semuanya akan membaik dengan sendirinya.

Rheina memutuskan bahwa ia harus mengambil tindakan sendiri. Ia tidak bisa lagi mengandalkan Adnan atau mertuanya untuk menyelesaikan masalah ini. Dengan tekad yang kuat, Rheina mulai mencari informasi dan bantuan untuk mengatasi hutang dan mencari solusi terbaik untuk keluarganya.

--

Pagi-pagi sekali, Rheina pergi keluar rumah untuk mencari kebenaran dari yang terjadi. Ia yang selama ini hanya patuh di rumah sesuai dengan perintah suaminya, ternyata telah ditipu mentah-mentah. Untuk pertama kalinya, Rheina meninggalkan Zahid hanya berdua dengan Mbak Herlin. Selama ini, ia yang menjadi peran utama dalam tumbuh kembang Zahid, sedang Mbak Herlin hanya membantu.

Dengan hati yang berat, Rheina menuju kafe tempat ia akan bertemu beberapa teman Adnan. Ia berharap mendapatkan jawaban yang bisa menjelaskan perubahan sikap suaminya dan masalah keuangan yang menghantui mereka.

Setibanya di kafe, Rheina melihat beberapa teman Adnan sudah duduk di salah satu meja. Ia mendekat dan menyapa mereka dengan sedikit gugup.

"Halo, semuanya. Terima kasih sudah mau bertemu dengan saya," kata Rheina, berusaha tersenyum meskipun hatinya gelisah.

"Rheina, ada apa? Kenapa tiba-tiba kamu ingin bertemu kami?" tanya Raka, salah satu teman dekat Adnan.

Rheina menarik napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Aku perlu tahu tentang Adnan. Ada banyak hal yang tidak masuk akal akhir-akhir ini. Dia punya hutang ratusan juta dan toko kami sudah tutup selama dua bulan. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikannya."

Teman-teman Adnan saling pandang, seolah ragu untuk mengungkapkan sesuatu.

"Rheina, sebaiknya kamu duduk dulu," kata Raka akhirnya. "Ada sesuatu yang harus kamu ketahui."

Rheina duduk, merasa jantungnya berdebar kencang. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Raka menghela napas panjang. "Adnan terlibat judi online. Kami sudah beberapa kali mencoba menasihatinya, tapi dia tidak mau mendengar. Dia kalah banyak, Rheina. Ratusan juta."

Rheina merasakan dunia seakan runtuh di sekitarnya. "Judi online? Adnan tidak pernah mengatakan apa-apa. Kenapa dia melakukan ini?"

"Dia selalu bilang dia bisa menang besar dan menutup semua hutangnya. Tapi kenyataannya, dia hanya semakin terperosok," jawab Dedi, teman Adnan yang lain.

Rheina menahan air mata yang mulai mengalir. "Kenapa kalian tidak memberitahuku lebih awal? Aku bisa mencoba membantu."

"Kami pikir ini masalah antara kalian berdua. Adnan juga meminta kami untuk tidak memberitahumu," kata Raka dengan wajah penuh penyesalan.

"Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Aku tidak bisa terus hidup dalam kebohongan ini," kata Rheina, suaranya bergetar.

"Rheina, kami di sini untuk membantumu. Kamu tidak sendiri. Ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah ini, tapi yang pertama kamu harus lakukan adalah berbicara lagi dengan Adnan," kata Dedi.

Rheina mengangguk, meskipun hatinya masih penuh dengan kebingungan. "Terima kasih, teman-teman. Aku akan mencoba bicara dengan Adnan lagi. Aku harap dia mau mendengarkan."

Setelah pertemuan itu, Rheina merasa sedikit lega karena akhirnya mengetahui kebenaran. Namun, ia juga tahu bahwa perjalanan ke depan akan sangat berat. Ia harus menguatkan diri demi Zahid dan masa depan keluarganya.

Malam itu, saat Adnan pulang, Rheina sudah menunggu di ruang tamu. Ketika Adnan masuk, Rheina berdiri dan menatap suaminya dengan mata yang penuh tekad.

"Adnan, kita perlu bicara lagi," ucap Rheina dengan suara tegas.

Adnan terlihat lelah, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa menghindar lagi. "Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?"

Rheina menarik napas dalam-dalam. "Aku tahu semuanya. Aku tahu tentang judi online dan hutang ratusan juta itu. Kenapa kamu tidak pernah jujur padaku?"

Adnan terdiam, wajahnya berubah pucat. "Dari mana kamu tahu cerita bohong ini?"

"Cerita bohong kamu bilang, Adnan? Aku tahu semuanya dari teman-teman kamu. Tidak mungkin mereka berbohong untuk masalah sebesar ini. Sudahlah, sebaiknya kamu jujur. Kita bisa cari solusinya bersama-sama." Rheina masih mencoba membujuk.

"Oh ... jadi kamu berani-beraninya menemui teman-temanku. Kamu ingin mempermalukan aku?" Suara Adnan semaki meninggi.

"Bukan seperti itu, Adnan. Aku di sini hanya ingin tahu kebenaran dari semua hal yang kamu sembunyikan. Aku hanya berniat untuk membantu."

"Aku tidak butuh bantuan kamu. Pergi kamu dari sini," usir Adnan.

Rheina kaget mendengar ucapan Adnan. Suaminya saat ini seperti orang yang tidak dikenalnya. Wanita muda itu masuk ke dalam kamar dan mengemaskan pakaiannya dan Zahid. Dadanya terasa sesak memikirkan semua yang terjadi. Baru enam bulan lalu mamanya pergi, sekarang suaminya pun bertingkah seperti ini.

"Mbak Herlin ... ikut saya, yuk. Kemasi semua pakaian Mbak Herlin. Saya tunggu di mobil, ya." Rheina berusaha terlihat tenang.

Tanpa banyak bertanya, Mbak Herlin melakukan semua yang diperintahkan oleh Rheina. Ia tahu kondisi majikannya sedang tidak baik-baik saja.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!