Candra Firgon seorang pianis sekaligus pewaris tunggal keluarga konglomerat mengalami kecelakaan, hingga membuatnya tidak dapat melihat.
Tapi dirinya merasa beruntung, ada seseorang wanita yang mencintainya dengan tulus. Menikah dengannya, mengatakan banyak kalimat indah.
Tapi bagaikan pelangi yang pudar setelah hujan terhenti. Istrinya menghilang kala pengelihatannya kembali.
"Petter! Temukan Giovani, tidak peduli pada apapun!" Teriaknya murka.
Sedangkan Petter menunjukkan senyuman kariernya."Baik tuan..."
Banyak hal yang disembunyikan istrinya. Termasuk beberapa hal yang mencurigakan, parfum istrinya terkadang tercium dari tubuh Petter.
Apa istrinya berselingkuh dengan Petter kemudian melarikan diri?
Ada banyak tanda tanya... juga hal mencurigakan yang disembunyikan asistennya.
"Uuueekk..."
"Petter kamu kenapa?" tanyanya.
"Tidak apa-apa, tuan saya ingin mengundurkan diri."
Bau perselingkuhan tercium menyengat. Apa istrinya yang menemani ketika dirinya buta, berselingkuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengunjungi
Anehnya Candra hanya tersenyum, dirinya tidak kesal mengetahui tingkah aneh istrinya. Tidak ada manusia yang sempurna, seperti dirinya jika dibandingkan dengan Petter.
Tapi satu hal yang disadari olehnya, betapa indah wanita ini. Mengapa? Seperti perasaan nyaman telah mengenal sejak lama.
"Maaf, menekannya terlalu kuat." Candra tersenyum, masih memeluk istrinya dari belakang.
"Lain kali jangan melakukannya. Ini memalukan." Gerutu Giovani, sifat yang bagaikan membuat Candra nyaman. Seperti sudah mengenal Giovani dalam waktu yang cukup lama.
"Tidak ada yang memalukan, kamu bahkan memandikan ku dari sebelum kita menikah." Candra tertawa kecil.
Tapi bagaimana kebahagiaan ini akan berlangsung? Entahlah. Membimbing Candra mandi? Tidak! Lebih tepatnya mandi bersama dalam bathtub berukuran cukup luas.
Hari yang menyenangkan, hanya itulah yang mungkin terjadi selanjutnya. Bagaimana seorang majikan meminta pasangan pada Jin Aladinnya.
Pasangan yang menerima Candra apa adanya. Mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer. Menyisirnya pelan mengatakan dirinya tampan.
Memakan sarapan bersama, tidak mengetahui wajahnya. Tapi bagaikan Candra lebih peka akan sifat istrinya.
Alunan suara radio terdengar di waktu sarapan mereka. Memutuskan untuk menjadi lebih sederhana. Bagaikan pasangan suami-istri sesungguhnya.
Walaupun sampai sekarang Giovani tidak menyangka dengan kejadian semalam. Bagaimana bisa si lembek menjadi beringas walaupun tidak dapat melihat.
"Giovani, aku ingin menghubungi Petter." Ucapnya ragu, mengeluarkan handphone dari sakunya. Meminta Giovani untuk menyambungkan telepon pada sang asisten.
"Sebentar!" Giovani gelagapan, segera memasang handphonenya sendiri dengan mode silent. Barulah mulai menghubungi Petter dengan menggunakan handphone Candra. Inilah yang namanya menghubungi diri sendiri.
"I...ini, aku ke dapur dulu. Membuatkan jus untukmu." Ucap Giovani menyerahkan handphone pada Candra, berlari dengan cepat menuju dapur, bahkan sampai terjatuh, terpeleset mengingat lantai yang licin.
Hingga pada akhirnya mengangkat panggilan di dapur. Mengatur suaranya menjadi suara Petter, begitu tegas tapi tipikal suara pria yang lembut.
"Halo tuan!" Ucapnya mengangkat panggilan, sedikit mengintip Candra yang duduk seorang diri di meja makan.
"Bagaimana kabarmu?" Tanya Candra ragu.
"Aku baik-baik saja. Omong-ngomong selamat atas pernikahanmu. Maaf, aku belum sempat membelikan kado." Menunggu apa yang akan dilakukan Candra. Giovani mengintip mengamati ayang.
Tapi di luar dugaan, awalnya pemuda itu terlihat menitikkan air matanya bagaikan sedih. Tapi beberapa saat kemudian raut wajahnya berubah daftar tanpa senyuman atau ekspresi apapun."Jangan pernah ganggu Giovani lagi."
Satu kalimat yang diucapkan Candra pada Petter. Sedangkan Petter, eh salah Giovani yang berada di dapur entah kenapa ketakutan melihat raut wajah Candra.
Menelan ludah kasar."Aku tidak mungkin mengganggu istrimu."
"Bagus! Jangan pernah menunjukkan kelebihanmu di depan Giovani. Jangan pernah menyapanya lagi." Candra menghentikan kalimatnya sejenak."Tidak! Maksudku jangan pernah terlihat di hadapannya lagi."
"Jadi begini Candra jika sudah cemburu?" Batin Giovani, mengintip setan. Eh salah! Pemuda lembek bagaikan krupuk tersiram air.
"Aku mengerti, omong-ngomong aku mendapatkan E-mail dari tuan Calr. Katanya dia ingin membuka cabang perusahaannya di negara ini, jadi memerlukan beberapa investor." Ucap Petter dengan nada serius. Time is money, semakin banyak uang yang mengalir ke rekening Candra, semakin banyak pula uang yang dimiliki olehnya.
"Selidiki dulu latar belakangnya. Selebihnya aku serahkan padamu." Titah Candra.
"Baik!" Kala Petter hendak mematikan panggilannya. Suara Candra kembali terdengar.
"Petter, kamu sudah seperti saudara bagiku walaupun kita lahir dari rahim dan bibit yang berbeda. Karena itu aku harap kamu tidak mengecewakanku." Candra menghela napas kasar, mengepalkan tangannya. Satu? Tidak, cukup banyak wanita lebih tertarik pada Petter dibandingkan dengan dirinya yang hanya musisi.
Aura CEO gila mendominasi selalu terlihat di sekitar Petter. Sedangkan dirinya? Hanya aura sad boy yang menyebar. Seperti orang yang dikatakan terlalu baik untuk menjadi kekasih.
"Mengecewakan? Jika ini tentang uang---" Suara Petter yang terkekeh sedikit terdengar.
"Ini tentang Giovani." Lagi-lagi nama memuakan itu terdengar. Mengapa Candra menjadi begitu pencemburu sekarang.
Bahkan dulu saat menjalin hubungan dengan Titania, Chandra tipikal orang yang seperti ini.
"Giovani lagi! Jika aku katakan kami memiliki darah yang sama, apa kamu percaya!?" Tanya Petter.
"Tidak! Kamu pernah bercerita memiliki seorang adik yang masih remaja. Jadi hubungan darah antara kamu dan Giovani adalah sepupu. Tapi berapa orang yang melanggar norma, menjalin hubungan dengan sepupunya sendiri? Lagipula kamu pernah mengatakan, seluruh keluargamu kecuali kedua orang tua dan adimu berada di pulau lain. Saudara!? Aku tidak bodoh memberikan celah untuk kalian berselingkuh." Watak protektif seorang Candra.
"Terserahlah, Giovani juga bukan tipeku." Suara Petter mengelak semua tuduhan.
Tapi hanya sejenak, Candra terdiam. Bagaikan merasa ada yang aneh. Suara radio di seberang sana, sama dengan suara radio di tempat ini.
"Petter, kamu dimana sekarang?" Tanya Candra curiga.
"Aku? Sedang mengamati seseorang yang aku cintai." Jawaban Petter. Tapi memang benar bukan Giovani tengah mengamati Candra.
"Kamu di villa bukan!? Aku mendengar suara radio yang sama dengan di villa. Dimana kamu!?" Teriak Candra murka. Sudah mulai berfikiran negatif, padahal baru semalam mendapatkan jatah.
"Sial! Sial! Sial! Mampus!" Batin Giovani tidak tau harus bagaimana.
Hingga ide gila tercetus di benaknya. Dirinya mengubah suara dengan cepat. Bagaikan pengisi suara.
"Maaf! Paman!" Suaranya bagaikan anak kecil dan aliran air.
Kembali menggunakan suara Petter. Seakan-akan menjauhkan handphonenya."Tidak apa-apa. Nak, dimana ibumu? Mau paman belikan ice cream?"
"Ma ...mau..." Jawaban ragu bagaikan anak yang hampir menangis.
Tidak disangka bukan? Giovani memiliki kemampuan mengubah suara seperti dubber profesional.
"Tuan muda, aku sedang di warteg saat ini. Jadi wajar saja terkadang memutar saluran radio dengan frekuensi yang sama. Aku tidak akan selingkuh dengan istrimu. Aku berjanji, bersumpah, tidak akan---" Kalimat Petter disela.
"Jangan hanya janji caleg! Aku akan mengirimkan bonus padamu. Kita tetap teman, walaupun mungkin aku---" Kali ini kalimat Candra yang disela.
"Kita tetap teman." Satu kalimat hangat dari Petter.
"A...aku minta maaf!" Candra mengakhiri panggilannya.
Pandangan Giovani beralih ke arah Candra yang menangis terisak di ruang tamu. Kasihan si kerupuk lembek, mungkin itulah kalimat yang tersimpan dalam hati sang istri.
Tapi tidak, jemari tangan Candra mengepal. Berbagi hal tidak penting dicemaskan olehnya. Memilih antara Giovani atau Petter? Keduanya begitu berarti baginya. Membiarkan mereka bersama? Satu-satunya hal yang tidak akan dilakukan olehnya.
Jemari tangannya mengepal, mungkin setelah dapat melihat nanti dirinya akan pelan-pelan belajar menjadi lebih baik dari Petter. Barulah memberhentikan nya, tapi bagaimana jika istrinya kabur bersama Petter.
Ketakutan yang berlebih, apa ini dapat dikatakan gangguan mental?
Entahlah, tapi yang pasti Giovani ataupun Petter akan selalu menemaninya. Walaupun segalanya akan berubah. Kala Candra dapat melihat, bagaimana seorang Giovani menghilang. Dan bagaimana seorang Petter yang gila uang mengundurkan diri?
*
Sementara itu di tempat lain. Mobil melaju, air mata Titania mengalir. Tidak tahan dengan tingkah suaminya lagi. Mencari sandaran hidup adalah tujuannya. Siapa lagi selain Candra. Sekalian cuci mata, mengamati Petter sedang apa.
Pipinya terasa kebas oleh tamparan. Maskaranya luntur akibat terlalu sering menangis. Tapi bukankah cinta mirip dengan kentut? Mungkin Titania tengah mengendus berapa busuknya kebohongan cinta.