Azzam tidak menyadari bahwa wanita yang ia nikahi bukanlah kekasihnya, melainkan saudara kembarnya.
Sejak kepulangannya dari Kanada, sebenarnya Azzam merasa ada yang aneh dengan kekasihnya, ia merasa kekasihnya sedikit berubah, namun karena rasa cintanya pada sang kekasih, ia tetap menerima perubahan itu.
Bagaimana jika suatu saat Azzam mengetahui yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shangrilla, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penasaran
Happy reading..
Sore ini, Azzam dan Zura tiba di rumah orang tua Zura. Rasa Rindu sudah menumpuk di dada Zura, melihat rumah masa kecilnya.
Tidak heran kalau baru beberapa Minggu tinggal di rumah Azzam sudah membuat Zura merasa rindu dengan rumahnya ini, karna sedari kecil Zura tidak terbiasa hidup terpisah dengan kedua tuanya.
Bahkan saat Zahwa memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Kanada, Zura memilih tetap berada di dalam negeri bersama kedua orangtuanya.
"Assalamualaikum.." ucap salam Azzam kala pintu rumah terbuka dari dalam.
"Wa'alaikumsalam," jawab Ayah dan Ibu Zura bersamaan.
Ayah dan Ibu Zura, menyambut mereka dengan pelukan hangat. Mereka bahagia karena akhirnya putri mereka datang dan akan menginap di rumah.
"Ayo ayo masuk," ajak Ayah Zura.
Aroma masakan rumahan segera menyergap indera penciuman mereka. "Tumben Ibu masak sore?" tanya Zura. Karna biasanya Ibunya kalau masak hanya sekali saja, di pagi hari.
Masak pagi untuk sarapan dan makan siang, nanti malamnya bikin menu yang praktis, atau beli di luar.
"Kan kalian pulang, jadi Ibu masak special untuk kalian." jawab Ibu Zura.
"Seharusnya tidak perlu repot-repot, Bu." sahut Azzam, ia merasa tidak enak hati karena merasa kedatangannya malah membuat Ibu mertuanya jadi harus repot-repot masak.
"Tidak repot nak Azzam," jawab Ibu Zura.
"Lagian tidak tiap hari juga," Ayah Zura menimpali.
"Mau makan sekarang atau nanti?" tanya Ibu Zura.
"Nanti saja, Bu. Kami belum lapar," jawab Azzam.
"Kalau begitu kita duduk saja dulu di ruang keluarga sambil ngobrol," ajak Ayah Zura. Dan mereka pun duduk di sofa yang tersedia di ruang keluarga tersebut.
Dan sore ini suasana di rumah orangtua Zura terasa hangat dan menyenangkan. Azzam dan Zura duduk berdampingan di sofa, tertawa bersama mendengar cerita-cerita lucu yang dibagikan oleh ayah Zura. Sementara ibu Zura ke dapur menyiapkan minuman dan cemilan untuk teman mereka ngobrol.
Zura, sesekali menoleh dan menatap Azzam dengan senyum yang mengembang di bibirnya, dalam hati ia berterima kasih karena telah mengajaknya menghabiskan waktu di rumah orangtuanya.
Dia merasa bahagia bisa kembali ke rumah tempat dia dibesarkan, tempat yang penuh dengan kenangan manis masa kecilnya. Azzam, melihat kebahagiaan di wajah istrinya, merasa lega dan puas karena keputusannya membawa mereka ke sini.
Zura mendekatkan diri ke Azzam dan berbisik, "Terima kasih, Sayang. Ini sangat berarti bagiku." Azzam hanya menggenggam tangan Zura, matanya berkata bahwa kebahagiaan istrinya adalah prioritasnya.
"Apapun akan aku lakukan demi melihat kamu bahagia, sayang." ucap Azzam.
Weekend ini, bukan hanya sekadar menginap, tetapi sebuah perjalanan penuh nostalgia dan cinta, memperkuat ikatan antara Azzam, Zura, dan keluarga yang telah menyambut Azzam sebagai salah satu dari mereka.
"Bagaimana dengan usahanya nak Azzam?" tanya Ayah Zura.
"Alhamdulillah semua berjalan dengn baik, Yah." jawab Azzam.
"Minuman datang," ucap Ibu Zura sambil membawa nampan berisi beberapa gelas minuman dan juga cemilan.
"Jadi ngerepotin Ibu," ucap Azzam. "Sayang, kenapa kamu nggak bantuin ibu tadi?"
"Tidak repot nak Azzam, ini tinggal ngambil aja, semua udah di bikin dari tadi." jawab Ibu Zura.
Mereka lanjut ngobrol hangat di temani minuman dan cemilan yang di bawakan Ibu Zura.
"Sayang, aku ke kamar sebentar ya? Mau naruh tas ini," ucap Azzam pada Zura.
"Iya, Mas. Mau aku temani?"
"Tidak usah, cuma naruh tas ini sebentar, setelah itu aku kembali lagi kesini." jawab Azzam.
"Saya ke kamar sebentar, Yah." pamit Azzam pada Ayah mertuanya.
"Silahkan, Nak." jawab Ayah Zura.
Azzam beranjak dari sofa, ia berjalan sambil membawa tas nya. Tas yang berisi pakaian ganti untuknya dan juga perlengkapannya selama beberapa hari tinggal disini.
Sejenak, mata Azzam tertuju pada pintu kamar misterius itu, hatinya terbakar rasa ingin tahu. Tetapi sebelum tangannya sempat menyentuh handle pintu, langkahnya terhenti saat Zura muncul di belakangnya dengan senyum hangat.
"Yuk, ke kamar saja, Mas." ajak Zura sambil menarik lengan Azzam perlahan.
Azzam menoleh, memandang wajah Zura yang tampak ceria, namun ada kilatan kegelisahan yang sekejap terlihat di matanya. Rasa penasaran Azzam semakin menjadi, namun dia memilih untuk mengikuti Zura.
Mereka berjalan bersama menuju kamar Zura, meninggalkan pintu kamar rahasia itu tertutup rapat, menyimpan segala misteri di baliknya.
Di dalam kamar, Zura membantu Azzam menyimpan tasnya. Azzam memperhatikan setiap gerak Zura, bertanya-tanya tentang rahasia apa yang mungkin tersembunyi di kamar sebelah. Namun, dia memutuskan untuk tidak mengungkitnya, tidak ingin merusak suasana hangat yang telah mereka bangun.
To be continued.