NovelToon NovelToon
Dia Lelakiku

Dia Lelakiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Menikah dengan seseorang yang di cintai adalah impian semua orang, sama seperti Meta yang akhirnya bisa bersanding dengan lelaki yang ia cintai sejak kecil— Dipta.

Namun setelah menikah sikap Dipta yang dulu hangat, berubah semakin dingin dan tak terjangkau.

Meta tak tahu kenapa!

Namun akhirnya sebuah rahasia besar terungkap, membuat Meta bimbang, haruskah dia melepaskan orang yang ia cintai agar bahagia.

Atau membuktikan pada Dipta bahwa kebahagiaan lelaki itu ada padanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan tak terduga

Dipta tersenyum puas saat melihat penampilan sang istri. Lauren pun sama, dia mengagumi sang menantu yang tampak cantik saat itu.

Senyum di wajah Meta terkembang membuat perasaan Lauren sedikit tenang.

"Kamu pintar sekali memilih gaun Met, cantik," puji Lauren tulus.

"Ini pemberian Dipta mah," balas Meta sembari melirik sang suami.

Lauren lalu menatap sang putra bangga. Dia menepuk lengan Dipta sembari berkata, "Good job Dip."

Dipta yang mendapat pujian dan melihat sang ibu terlihat bahagia, tersenyum senang.

"Ayo kita berangkat. Mamah khawatir kita ngga kebagian tempat!" ajak Lauren.

"Mamah belum reservasi?" tanya Meta khawatir.

"Mamah lupa Met, maklum udah tua kan?" balas Lauren tanpa rasa bersalah.

"Kalau penuh kita ketempat lain juga ngga papa," sela Dipta yang tak akan melewatkan momen bahagia ini.

"Semoga aja masih ada kursi kosong. Lagi pula anak teman mamah itu akan ada di sana katanya, mamah penasaran sama dia, kamu pasti terkejut nanti," ucap Lauren yang membuat Dipta heran.

Namun lelaki itu berusaha biasa saja. Mungkin kenalan lama orang tuanya, pikirnya.

Tak lama ketiganya sampai di sebuah restoran mewah yang terlihat sangat ramai jika di lihat dari banyaknya kendaraan yang terparkir.

"Aduh kok ramai ya, mamah ngga yakin kita dapat tempat, ini," ucap Lauren gugup.

"Ya udah, kita pastiin aja dulu mah, kalau penuh ya mau gimana lagi, kita makan di tempat lain ya?" tawar Dipta.

Lauren mengangguk. Meta lalu menggandeng sang mertua menuju pintu masuk. Di sana mereka di sambut ramah oleh seorang pelayan.

"Ada yang bisa saya bantu bapak dan ibu?"

"Masih ada meja Mas?" tanya Dipta.

"Maaf mas meja kami sudah penuh semua."

Dipta berbalik dan menatap sang ibu yang tampak kecewa.

Dipta tahu tempat ini dari rekan-rekannya. Mereka memang berkata jika makanan di sana enak-enak. Sebenarnya dia juga cukup penasaran, tapi mau bagaimana lagi jika tempat itu sedang penuh pengunjung.

"Meta?" sapa seseorang dan membuat ketiganya menoleh.

"Kalian mau makan di sini juga?" ucap Vera tersenyum ramah.

Meta yang melihatnya tak merespons apa-apa. Melihat ketegangan itu Dipta lantas menengahinya.

"Ver, kamu di sini? Iya tadinya kita mau makan di sini, tapi penuh. Ya udah kami permisi dulu ya."

"Gabung aja kalau gitu Dip, kita udah pesan meja," tawar Vera.

Meta masih diam tak menjawab.

"Bolehkah Nak?" sela Lauren yang merasa senang.

Meta menatap sang mertua tak percaya. Dia sebenarnya keberatan harus makan bersama Vera. Setidaknya dia tak bisa membohongi perasaan kecewanya pada sang sahabat.

Apalagi dia melihat Vera seperti tak merasa bersalah padanya.

Sedangkan Vera, gadis itu bersorak riang karena dia berpikir akan bisa berbicara dengan Meta dan menjelaskan permasalahan mereka.

"Mah, kenapa ngga ketempat lain aja? Besok kita bisa makan di sini kalau mau?" elak Meta.

Vera yang mendengar penolakan sang sahabat merasa sedih.

"Tapi mamah ingin lihat anak teman mamah itu. Soalnya dia itu jarang-jarang ke sini," jawab Lauren sendu.

Dipta yang melihat keengganan sang istri atas tawaran Vera merasa dilema. Jika di paksakan ia yakin suasana di meja makan pasti akan terasa canggung.

Namun jika menolak, maka ia akan mengecewakan sang ibu.

Meta menghela napas lirih, dia memilih mengalah. Kenapa ngga reservasi dulu kalau mamah mau makan di sini. Gerutu Meta dalam hati.

"Ya udah," putusnya lalu menatap Vera sambil tersenyum terpaksa.

"Maaf kalau ganggu ya Ver," ucap Meta yang di balas senyuman ceria Vera.

"Ngga papa Met. Oh iya kenalin ini James, pacar aku."

Meta dan Dipta lalu berkenalan sekilas dengan sosok James. Meta memang tak tahu kalau sang sahabat memiliki kekasih, apalagi seorang bule.

Namun Meta sadar, mereka sudah tak sedekat dulu, jadi mana mungkin Vera mau repot-repot bercerita padanya.

"Ayo masuk!" ajak Vera semangat

Kelimanya lantas menuju sebuah meja dengan di antarkan pelayan tadi.

Baru juga sampai, sesorang mendekati mereka dengan napas terengah-engah.

"Untung aku lihat kamu Ver!" ucap Jelita. Tak lama gadis itu membelalak tak percaya saat mendapati seseorang di depan sang sahabat.

"Me-Meta?"

Meta, Dipta dan Lauren menatap Jelita dengan pikiran mereka masing-masing.

Jika Meta ingin sekali segera pergi dari sana. Dipta justru merasa di persimpangan. Antara menyesal karena ajakan sahabat istri dan kekasihnya. Namun juga merasa senang karena bisa melihat sang kekasih yang sejak pagi tadi merajuk padanya.

Lauren sendiri, terdiam. Entah apa yang di pikirkannya.

"Tante?" sapa Jelita dengan mata berbinar. Dia lantas mendekati ibu sang kekasih dan bersikap sok akrab.

"Kebetulan kita ketemu di sini, tante apa kabar?"

Lauren tersenyum dan menyambut sapaan kakak ipar putranya dengan ramah juga.

"Baik, kamu bagaimana?"

"Aku baru aja di rawat tante," jawabnya sendu.

Mereka semua belum juga duduk di meja yang telah di siapkan.

Vera sendiri merasa canggung. Dia pikir Jelita membatalkan rencana mereka. Namun siapa sangka sahabatnya itu justru menyusul dirinya di saat yang tak tepat.

"Kenapa?"

"Biasa tante, asam lambung aku naik."

"Ya ampun, jaga makanan kamu. Apa enggak lebih baik kamu tinggal kembali di rumah mamih papihmu? Di sana kamu lebih terjamin kan?"

Jelita tersenyum ceria saat merasa jika ibu dari kekasihnya itu memperhatikannya.

"Aku ingin mandiri tante. Lagi pula bukan karena makanan kok, mungkin karena stres," jawabnya sambil melirik sang kekasih.

Dipta yang di lirik seperti itu hanya bisa membuang muka. Kelakuan mereka tak luput dari penglihatan Meta.

"Kamu kenapa tiba-tiba ke sini Lit? Katanya enggak enak badan?" sela Vera yang merasa tak enak hati pada Meta.

"Aku ngerasa bosan, makanya aku nyusul kalian ke sini."

"Oh ya udah kalau begitu kami undur diri aja ya nak Vera, ngga enak mengganggu kalian," ucap Lauren tiba-tiba.

Vera juga tak merasa tersinggung, sebab dia tahu suasananya akan terasa canggung karena ada Jelita yang tiba-tiba bergabung.

"Loh kenapa tante, gabung aja, mejanya kan pas untuk enam orang, iyakan Ver?"

Vera tersenyum canggung tapi tak urung tetap mengangguk. Lauren pun menatap sang menantu.

Melihat semua orang menatapnya, Meta berusaha bersikap biasa dengan tetap mengulas senyum.

"Ya udah mah, gabung aja."

"Kamu ngga papa?" tiba-tiba Lauren berkata pada Meta tapi mampu membuat Dipta mematung.

"Ngga papalah tante. Saya ini kan kakaknya Meta, Vera sahabatnya Meta juga, kita kaya kumpul keluarga kan?" sela Jelita yang kentara sekali memaksa mereka.

Meta tersenyum lalu duduk di tengah-tengah antara mertua dan suaminya.

Di seberang sana, Meta berhadapan dengan Vera sedangkan Jelita berhadapan dengan Dipta.

Baru juga duduk, Meta yang tengah menata serbet di pangkuan, tak sengaja melihat kaki Jelita yang nakal tengah menggosok kaki suaminya.

Meta yang kesal, menyambar kaki Jelita dengan kecang.

"Semoga bisa sabar ya," ucap Meta tiba-tiba.

Jelita yang paham akan ucapan Meta yang menyindirnya hanya mendengus kesal.

"Kenapa Met?" tanya Lauren heran.

"Ngga mah, aku ngga tahu akan akan selama apa pesanan kita nanti," jelas Meta.

"Bisa pindah tempat sayang? Mas kangen di suapin mamah," sela Dipta yang tak ingin membuat masalah.

Jelita yang melihat Dipta dan Meta bertukar tempat, semakin bersungu-sungut.

"Aku ketoilet dulu ya," sela Jelita tiba-tiba.

Sesampainya di toilet, wanita itu mengirim pesan pada Dipta agar mau mendatanginya.

Meta yang melihat sang suami sibuk dengan ponselnya, yakin sekali jika Dipta tengah berkirim pesan dengan Jelita.

[Datang ke sini mas! Aku tunggu! Kalau enggak, aku akan bongkar hubungan kita di depan mamah kamu] ancam Jelita.

.

.

.

Lanjut

1
Teh Euis Tea
ga akan ada jelita di antara kita tp msh memikirkan jelita egois bgt si dipta
udahlah meta mending jg pergi ga usah sm si dipta lg laki2 plin plan gitu jgn di arepin
Lovita BM
terus semangat ceria 👍🏼💪🏼
Teh Euis Tea
akhirnya dipta tahu jg kebusukan bpknya dipta dan ibunya jelita
Lovita BM
diamnya wanita ,akan jd malapetaka yg menyakitinya berkali² ,
aqil siroj
tet tottttttttt.... 😄😄😄
ini belum senjata pamungkas ya 😀
Soraya
nex
Devi ana Safara Aldiva
jadi nggak respect untuk melanjutkan baca novel ini low si meta trus dengan dipta
Teh Euis Tea
meta biarkan aj terbongkar semua buar ibunya dipta tau sekalian
Lovita BM
ternyata org terdekat penjahat dan iblis sebenarnya
Viela
rasakan kau jelita.....
aqil siroj
meta meta udah disakitin begitu masih aja dipertahankan.... lama lama be go juga si meta...
Teh Euis Tea
nah kan bener si jelita di kerjain si james, si james ternyata biadab jg beruntng bkn vera yg di rusak
Soraya
dipta mg plin plan
Lovita BM
nah ,gtu kyk Dave teges gk plin plan ,
kasihan meta makan janjimu .
aqil siroj
dufudu.... mampussss
Viela
itulah konsikuensinya tukang selingkuh lho....
Soraya
lanjut thor
Devi ana Safara Aldiva
semoga meta tidak sampai punya anak sama dipta
aqil siroj
duh si jelita masuk kandang singa
Yumi Suryani
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!