Dihadapkan pada kenyataan bahwa lelaki yang dicintai tidak bertanggung jawab, Alana nekat bunuh diri. Namun, ibu Daffa memohon kepada Gafi, anak tertuanya, untuk menikahi Alana menggantikan adiknya, padahal lelaki itu sudah punya kekasih.
Gafi terpaksa setuju demi menyelamatkan aib keluarga dan anak dalam kandungan Alana. Namun, Gafi membuat persyaratan, yaitu keduanya akan bercerai setelah Alana melahirkan.
Sesuai kesepakatan yang telah dibuat, keduanya pun bercerai. Alana membawa anaknya dan hidup bahagia. Namun, kebahagiaan itu tak bertahan lama. Daffa dan Gafi kembali untuk menagih cinta yang dibuang dahulu.
Persaingan cinta antara dua bersaudara, siapakah yang menjadi pilihan Alana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Tiga
Gafi memeluk erat Alana. Beruntung wanita itu tak mengelak. Dia juga melakukan ini agar Daffa tak menganggu dirinya apa lagi sang putri.
Daffa memandangi Alana dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dalam hatinya sangat menyesal dulu menyia-nyiakan wanita itu hanya untuk kesenangan sesaat. Sebenarnya dari semua teman kencannya, bersama Alana yang dilakukan karena cinta, yang lain hanya karena napsu.
"Apa Abang pikir aku bodoh? Walau aku tidak tinggal denganmu, aku tau berita mengenai kamu. Aku tau jika kamu dan Alana sudah pisah! Sejak empat tahun lalu. Jika memang Alana tak mau kembali denganku, bisa serahkan saja putriku. Aku bisa menjaga dan membesarkan seorang diri tanpa maminya," kata Daffa dengan percaya diri tinggi.
Entah mengapa, setelah melihat wajah lucu putrinya, Daffa jadi ingin memilikinya. Bukankan itu darah dagingnya, jadi dia pria paling berhak mendapatkan kasih sayang sang putri dengan panggilan Papa, pikir Daffa.
"Kami masih sah suami istri karena aku tak pernah menjatuhkan talak untuknya. Lagi pula secara hukum Adele adalah putriku. Kau tak bisa dengan mudah merebutnya. Kau harus berhadapan denganku jika masih terus nekat melakukan itu!" ucap Gafi.
Daffa tersenyum sinis. Posisinya memang sulit karena tak pernah mengakui kehadiran Adele dari dalam kandungan. Di tambah dia tak pernah menikahi wanita itu, dengan secara otomatis anak itu adalah milik Alana sendiri.
"Secara hukum aku mungkin kalah, tapi jangan lupa jika aku adalah ayah biologisnya. Suatu saat aku ingin dia kembali lagi padaku!" ucap Daffa.
Setelah mengatakan itu, dia berjalan meninggalkan Alana dan Gafi. Dia teringat akan rapat yang ingin dihadiri bersama Jason. Dalam hatinya berpikir, kenapa abangnya ada di sini. Apakah akan menghadiri rapat juga?
Wanita itu menarik napas lega.Tak pernah dia bayangkan Daffa akan menuntut putrinya. Dia tak akan sanggup jika harus kehilangan sang putri. Alana akan melakukan apa saja demi sang buah hati.
"Kamu pulang denganku saja. Biar mobilnya di bawa supirku," ucap Gafi.
Gafi lalu berjalan menuju mobil Alana. Membuka pintunya. Lalu tersenyum melihat Adele yang sedang bermain tablet. Putrinya itu sangat tenang. Patuh dengan ucapan maminya.
"Adele, Sayang. Sini sama Papi, Nak. Kita pulang dengan mobil Papi aja," ucap Gafi sambil merentangkan tangan agar Adele mau digendong. Tanpa ragu bocah itu langsung memeluk Gafi.
Adele yang berada di gendongan Gafi mengecup pipi pria itu sambil tersenyum. Dibalas dengan senyuman juga sama papinya.
"Apa Om benar papinya aku?" tanya Adele masih kurang yakin.
"Tentu saja, Sayang. Jangan panggil Om lagi. Aku ini papi kamu!" jawab Gafi meyakinkan bocah itu.
"Jadi aku tak perlu nabung lagi buat beli Papi?" tanya Adele dengan polosnya. Gafi menatap wajah anaknya itu dengan terkejut. Jadi selama ini sang bocah menabung hanya untuk bertemu dengannya. Terharu dengan semua itu, dia langsung memeluknya.
"Kamu tak perlu menabung hanya untuk membeli papi. Mulai hari ini Papi janji, tak akan meninggalkan kamu. Kita akan bersama terus. Adele juga akan bertemu Oma. Adele mau, Sayang?" tanya Gafi.
Mendengar Gafi menyebut mamanya, Alana jadi teringat dengan mertuanya yang begitu baik dan menyayanginya. Dia menjadi rindu juga. Pasti mama Dewi sangat kecewa dengan keputusannya kemarin.
"Aku juga ada, Oma?" tanya Adele lagi.
"Iya, Sayang. Oma pasti sangat menyayangi kamu. Kita akan temui Oma secepatnya," jawab Gafi.
Gafi lalu mengajak Lana masuk ke mobilnya. Mobil Alana di bawa supir. Pria itu membawa Alana dan Adele menuju hotel berbintang tempatnya menginap. Dia merasa itu tempat yang aman untuk keduanya.
"Mas, kenapa kita ke hotel?" tanya Alana saat memasuki halaman parkir hotel.
"Aku menginap di sini. Untuk sementara kamu juga di sini. Aku takut Daffa melakukan sesuatu padamu dan Adele," jawab Gafi.
Gafi lalu mengajak Lana dan putrinya menuju kamar yang dia tempati. Dengan tahu Lana masuk. Kamar yang Gafi pilih sangat luas.
"Aku tidur di sini, Papi?" tanya Adele.
"Iya, Sayang. Kamu dan mami tidur di sini dengan Papi."
Setelah meletakkan tubuh Adele ke ranjang, dia mendekati Alana. Maminta istrinya itu untuk duduk.
"Kamu di sini saja. Aku harus rapat dengan Pak Jason. Nanti kita bicara lagi. Banyak yang ingin aku tanya, termasuk kepentingan kamu ada di kantor itu. Jangan kemana-mana. Di sini ada Pak Burhan, dia itu bukan sekedar supir. Tapi juga sebagai body guard. Dia akan menjaga kamu. Aku pergi. Rapatnya sudah lama tertunda!" ucap Gafi. Dia lalu mengecup pucuk kepala Alana.
Alana menarik napas. Ingin rasanya mencium tangan Gafi seperti yang dulu sering dia lakukan.
"Hati-hati, Mas!" Hanya kata itu yang terucap dari bibirnya. Gafi tersenyum mendengar ucapan istrinya itu. Dia lalu mendekati sang putri. Mencium pipinya.
"Papi pergi. Kamu mau apa, nanti Papi belikan?" tanya Gafi.
"Aku mau es krim yang banyak," jawab Adele dengan riang.
"Pulang rapat Papi belikan. Sekarang kamu dan mami di sini dulu."
Gafi pamit setelah mengecup pipi gadis kecilnya. Rasanya dia sudah tak sabar ingin membawa mereka kembali. Pasti mamanya akan sangat bahagia. Dia belum mengatakan pada mama Dewi jika bertemu Alana, takut jika wanita itu tak mau ikut. Mama Dewi pasti akan bertambah sedih jika mengetahuinya.
**
Gafi kembali ke kantor Jason. Ternyata mereka akan bekerja sama. Begitu juga Daffa. Dua jam rapat, mereka akhirnya bubar.
Gafi tak ada menyinggung mengenai Lana pada Jason. Dia ingin mendengar dari bibir wanita itu dulu tentang hubungan mereka.
Saat Gafi akan masuk ke mobil, dia melihat adiknya Daffa. Pria itu lalu mendekatinya.
"Ada apa, Bang?" tanya Daffa dengan santainya seperti tak ada masalah.
"Aku cuma ingin mengingatkan kamu, jangan pernah dekati Lana atau putriku! Aku tak akan tinggal diam jika kamu melakukan sesuatu dengan mereka!" ancam Gafi.
Bukannya takut, Daffa justru tersenyum mendengar ucapan saudara laki-laki nya itu. Dia lalu menatap tajam ke arah Gafi.
"Dia putriku, bukan putrimu! Kanapa Abang melarang aku mendekati Alana, takut dia lebih memilihku dan meninggalkan Abang?" tanya Daffa dengan tersenyum sinis.